PSG vs Real Madrid, Memori Zidane di Kota Cinta
Bagi pria kelahiran Marseille pada 23 Juni 1972 itu, kota penuh cinta di Prancis adalah Bordeaux. Zidane empat tahun berada di kota Bordeaux.
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dodi Esvandi
TRIBUNJAKARTA.COM - Di antara ratusan atau bahkan ribuan kota di dunia, Prancis kerap disebut sebagai salah satu kota yang paling romantis.
Setidaknya ada 20 lokasi romantis yang juga menginspirasi tempat lain dunia untuk mengungkapkan keteguhan cinta sepasang kekasih di ibu kota negara Prancis tersebut.
Sebut saja misalnya puncak menara Eiffel, Carrousel du Louvre, atau jembatan yang melintasi sungai Seine, Pont Alexandre III.
Sebagian besar orang di Prancis juga mengamini pandangan tersebut.
Namun tidak dengan Zinedine Zidane.
Bagi pria kelahiran Marseille pada 23 Juni 1972 itu, kota penuh cinta di Prancis adalah Bordeaux.
Tonton juga:
Zidane memang pernah menghabiskan empat tahun berada di kota Bordeaux.
Kurun waktu 1992 hingga 1996 ia habiskan di pinggiran Sungai Garonne bersama klub kota tersebut.
Ia pun kali pertama merasakan pentas internasional dan debut timnas Prancis saat masih membela klub sepak bola Bordeaux.
Gelar Piala Intertoto 1995 dan ikut mengantar klub berjuluk Les Girondins itu ke final Piala UEFA (sekarang Liga Europa) jadi salah satu prestasi mantan playmaker terkemuka dunia tersebut.
"Ada ritual dari orang orang di sini, ketika mereka melihat anda berjuang mereka akan mulai berteriak 'Zizou! Zizou!', dan itu menekan saya, mereka [suporter Bordeaux] membantu saya berkembang," ujar Zidane seperti dikutip dari harian Spanyol, Marca.
Baca: Tugas Efektif Sniper MCA, Bagi Berita Bohong dan Sebar Virus
Meski Paris bukan termasuk dalam daftar kota penuh cinta versi Zidane, pria keturunan Aljazair itu sebenarnya juga punya banyak kenangan manis di kota tersebut.
Yang paling dikenang sepanjang sejarah tentu gelar juara Piala Dunia tahun, 20 tahun silam. Di Stade de France, stadion terbesar di kota tersebut, ia membawa Les Bleus menang 3 0 atas timnas Brasil.
Zidane sendiri dinobatkan sebagai man of the match berkat sumbangan dua golnya.
Tonton juga:
Pada Rabu (7/3/2018) dinihari nanti untuk pertama kalinya Zidane akan kembali ke Paris dalam kapasitasnya sebagai pelatih.
Ia akan mendampingi Real Madrid bertandang melawan PSG di leg kedua babak 16 besar Liga Champions.
Sebagian orang mungkin akan menganggap kepulangan ini sebagai sesuatu yang sentimental.
Namun tidak dengan Zidane. Ia enggan melakukan hal yang spesial jelang kehadirannya di tanah airnya tersebut.
"Memang benar ini akan jadi pertama kalinya bagi saya," katanya seperti dilansir Soccerway.
"Bahkan jika saya pergi ke Prancis untuk pertama kalinya sebagai pelatih, saya akan menyiapkan permainan seperti biasa," tegas Zidane.
Berbeda dibanding tahun 1998, kali ini Zidane tidak akan membawa anak asuhnya tampil di Stade de France, melainkan di Parc des Princes.
Kandang PSG itu dikenal sebagai tempat yang angker. Tim tuan rumah selalu menang dalam 19 laga kandang di berbagai ajang.
Menurut pelatih PSG, Unai Emery, faktor Parc des Princes ini bisa jadi penentu nasib PSG.
Namun, Zidane mengaku tidak takut terhadap keangkeran itu. Dia sudah punya kiat tersendiri agar Madrid jadi tim pertama yang sanggup lolos dari kekalahan di sana pada musim ini.
"Hal yang harus kami lakukan adalah fokus pada permainan kami tanpa terlalu memikirkan soal atmosfer (di stadion)," urai Zidane usai kemenangan Los Blancos atas Getafe, Minggu (4/3/2018) lalu.
"Kami sudah terbiasa menghadapi atmosfer yang sulit. Kami akan sangat fous dan kami punya pemain pemain yang tahu persis menyikapi hal itu dengan tenang."
Tonton juga:
PSG sendiri sebagai tuan rumah sebenarnya dihadapkan pada misi sulit.
Skuat Unai Emery itu wajib menang dengan skor minimal 2-0 atau unggul tiga gol untuk memastikan langkah ke delapan besar.
Persoalannya, mereka tidak akan tampil dengan kekuatan terbaik, setelah Neymar dipastikan absen karena cedera.
Gelandang PSG, Thiago Motta mengakui absennya bintang asal Brasil itu adalah kerugian bagi Les Parisiens.
Namun, menurut mantan pemain Barcelona itu, ada hal yang lebih penting.
Itu adalah keyakinan dari semua komponen untuk menang dan membalikkan keadaan.
"Liga Champions selalu berbeda. Kami harus tampil dengan permainan hebat. Kami harus menghadapi lawan dengan keyakinan bisa lolos. Kami harus merasakan hal itu di lapangan dan di tribun. Bila mampu merasakannya, kami akan bisa menularkan itu kepada para fans dan kami akan mendapatkan atmosfer yang hebat," terang dia lagi.
Baca: Pembelian Tiket Mudik Lebaran Kereta Api Sudah Dibuka Loh
Motta malah yakin PSG bisa menang 2-0 atas Madrid.
"Kami tahu bahwa kami akan menghadapi sebuah tim besar. Namun, semuanya akan tergantung cara kami menghadapi pertarungan. Aku kira kami punya skuat yang cukup kuat untuk mengalahkan Madrid. Di sana, kami kalah 1 3, tapi aku yakin menang 2 0 di kandang adalah hal yang mungkin dilakukan," ujarnya.
Keyakinan serupa diungkapkan Javier Pastore. "Di sepak bola, segalanya mungkin. Kami bisa melakukannya karena kami punya pemain pemain fantastis dan tim hebat. Kami hanya perlu mengeluarkan segenap kemampuan yang dibutuhkan untuk memenangi pertandingan dan lolos ke perempat final," ungkap pemain asal Argentina tersebut.
Pastore juga menegaskan, berhasil membalikkan keadaan dan mengandaskan Madrid akan jadi hal yang luar biasa.
"Ini sangat penting bagi klub, para fans, dan kami. Itu sungguh akan luar biasa!" tegas dia.