9 Fakta Turis Arab di Puncak Bogor: Takut Cicak, Suka Hujan Sampai Tak Mau Pakai Helm

Kios-kios yang didirikan oleh warga pun sebagian besar diberi tulisan Arab sebagai desain untuk menyambut kedatangan mereka.

Tribunnews.com/Bian Harnasa
Sejumlah Wisatawan Timur Tengah menikmati kawasan puncak Bogor, Kamis (31/7/2017). Banyak warga Timur Tengah yang bermukim di sana, ada juga kunjungan wisata. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNJAKARTA.COM, CISARUA - Keberadaan wisatawan asal Arab di kawasan Puncak Bogor sudah menjadi hal umum diketahui banyak orang.

Kios-kios yang didirikan oleh warga pun sebagian besar diberi tulisan Arab sebagai desain untuk menyambut kedatangan mereka.

Baca: Syahrini Jalani Sidang First Travel: Pak Hakim Saya Kepanasan, Boleh Buka Jaket?

Namun ada beberapa fakta hingga kebiasaan tamu Arab di Puncak Bogor mulai dari sesuatu yang dinilai warga Puncak aneh, mengesalkan hingga tak banyak yang menyadarinya.

Berikut 9 fakta keberadaan para wisatawan Arab di Puncak Bogor.

1. Pedagang jago Bahasa Arab

Wisatawan timur tengah yang sedang berlibur di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor
Wisatawan timur tengah yang sedang berlibur di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Salah satu pedagang buah stroberi di Curug Cilember, Asep (35), mengatakan bahwa hampir semua pedagang bisa menawarkan dagangannya dengan menggunakan Bahasa Arab.

Bahkan lanjut dia, tawar menawar‎ harga pun bisa dilakukan menggunakan bahasa tersebut. Karena ia merasa perlu untuk berdagang, ia pun belajar Bahasa Arab pada temannya yang lain sesama pedagang.

"Saya mah belajar sedikit-sedikit dari teman.‎ Karena kan banyakan orang Arab. Karena perlu aja, sih. Saya juga udah empat tahunan bisa (Bahasa) Arab," jelas Asep kepada TribunnewsBogor.com.

2. Sudah ada sejak tahun 1970

Menurut Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak, Bowie, tamu Timur Tengah di Puncak Bogor sudah ada sejak tahun 1970 dengan adanya kios-kios di Jalan Raya Puncak, km 84, Cisarua, Kabupaten Bogor atau disebut Warung Kaleng.

Baca: Pidato Prabowo Soal Elite Penipu, Ketua MUI: Orangnya Mana? Tunjuk Saja

"Dulu mah kan yang menjual kain, alat-alat rumah tangga kan orang-orang keturunan arab. Trus temen-temennya dari timur tengah diundang kesini awalnya hanya maen, terus jadi berbisnis, berjualan dan sebagainya," ungkap Bowie kepada TribunnewsBogor.com.

3. Tak Semua Orang Arab

Halaman
123
Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved