Calon Istri Dibakar

Warga Temukan Potongan Tubuh Laura Gosong, Pantai Karang Serang Jadi Angker

Pantai Karang Serang kini berubah di antara warga Kampung Tengah, Desa Karang Serang.

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Tanah bekas jasad Laura dibakar Stefanus di bibir Pantai Karang Serang, Kabupaten Tangerang, masih menghitam. Foto diambil pada Selasa (8/5/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/EGA ALFREDA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, SUKADIRI - Pantai Karang Serang kini berubah di antara warga Kampung Tengah, Desa Karang Serang.

Di bibir pantai di Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, Stefanus sampai tiga kali membakar jasad calon istrinya Laura (41), sampai gosong.

Useng (75), warga yang rumahnya tak jauh dari pantai setiap hari bekerja sebagai pemotong kayu, tak jauh dari lokasi jasad Laura dibakar.

Setelah peristiwa itu Useng kerap diganggu oleh hal-hal yang membuat bulu kuduknya merinding.

"Setiap hari saya memotong kayu di sini sama bikin musala. Sudah lewat jam enam Magrib, suka ada yang mengikuti, deket banget di belakang saya," cerita Useng kepada TribunJakarta.com di lokasi, Selasa (8/5/2018).

Sejak kejadian itu warga Sukadiri ini selalu pulang lebih awal dari biasanya.

Sebelum pembakaran jasad manusia, warga Pantai Karang Serang tak pernah mengalami hal mistis seperti dialami Useng.

"Tempat ini menjadi sepi, biasanya banyak anak muda nongkrong di warung sini. Sekarang jadi enggak pernah lagi. Soalnya sering lihat kalau malam suka ada yang jalan di jembatan ini padahal tidak ada siapa-siapa di sana," jelas Useng.

Stefanus dan Laura saat menghabiskan waktu bersama sebelum peristiewa tragis pembunuhan.
Stefanus dan Laura saat menghabiskan waktu bersama sebelum peristiewa tragis pembunuhan. (ISTIMEWA)

Lokasi warga menemukan potongan tubuh Laura yang sudah gosong sering tercium bau busuk.

"Ya memang keruh, tapi di sini tidak ada banyak sampah, enggak sampai bau juga. Tapi sekarang seperti bau bangkai," ucap Useng sambil menunjuk lokasi mayat Laura ditemukan mengambang.

Pantai Karang Serang sekarang sudah tak terlihat pengunjung mendekati pukul 18.00 WIB.

Terlihat warga

Jejak kejahatan Stevanus membakar mayat Laura sempat terlihat oleh warga yang tinggal di pesisir Pantai Karang Serang, Kabupaten Tangerang.

Firdaus (50) melihat langsung Stevanus memarkir mobil Toyota Agya berkelir putih di pesisir Pantai Shangrila pada Jumat (4/5/2018) pukul 02.00 WIB.

Pantai tersebut terletak di Kampung Tengah RT 03/04 Desa Karang Serang, Kabupaten Tangerang, Banten.

Dini hari itu Firdaus tak mencurigai gerak-gerik Stevanus (25).

Stefanus bakar calon istrinya, Laura
Stefanus mengikuti rekonstruksi pembunuhan Laura. TRIBUNJAKARTA.COM/MUSLIMIN TRISYULIONO

"Saya sempat melihat mobil Agya putih lagi membakar sesuatu di pinggir pantai," cerita Firdaus kepada TribunJakarta.com, Selasa (8/5/2018), sambil menunjukkan lokasi penemuan mayat Laura.

Menurut Firdaus sudah lazim orang datang membakar sesuatu di dekat bibir pantai pada dini hari.

"Biasa kalau ada pengunjung pantai di malam hari suka nabun untuk menghangatkan diri dan mengusir nyamuk," cerita dia.

Dari lokasi Firdaus menemukan potongan baju serta kancing celana berbahan denim yang tidak habis terbakar di lokasi tempat mobil Stefanus terparkir semalaman.

"Pas pagi kita melihat ada gunting, kancing celana jin, dan beberapa potongan baju," jelas Firdaus.

Temuan dengkul

Saksi mata melihat anggota tubuh dan usus gosong Laura tercerai-berai di bibir Pantai Karang Serang. 

Warga setempat Useng (75) menemukan anggota tubuh Laura saat air laut surut.

Bagian tubuh Laura yang ia lihat serupa dengkul manusia dan usus.

"Ngeri mas, saya waktu itu lagi kerja bangun musala di sini. Orang-orang mendadak ramai, saya penasaran langsung ngintip ada kayak dengkul ngambang di deket batu-batu itu," ujar Useng.

"Ada banyak usus cerai berai terkena ombak, sudah gosong," imbuh dia.

Pemandangan mengerikan terlihat oleh warga sekira Jumat (4/5/2018) pukul 15.00 WIB.

Warga yang sedang menyantap makanan sontak meninggalkan tempat lantaran takut setelah menyaksikan bagian manusia yang tercerai berai di bibir pantai.

"Kurang jelas juga karena air di sini keruh, tapi yang nampak itu jelas dengkul dan daging-daging lain sudah hitam," ujar Useng.

Pantauan TribunJakarta.com, tanah tempat mayat Laura dibakar di bibir pantai masih menghitam.

Stefanus lebih dulu menghabisi calon istrinya di lantai dua rumahnya di Jalan Alaydrus, Petojo Utara, Jakarta Pusat.

Ia empat kali menusuk tubuh Laura di dada, leher dan punggungnya. 

Tiga kali dibakar

Lahan yang digunakan Stefanus untuk memarkirkan mobilnya, sebelum menuju Pantai Karang Serang, berada di depan sebuah konveksi yang sudah tutup, Pekojan, Jakarta Pusat.

Lahan di tempat itu hanya cukup untuk menampung dua mobil saja.

‎Deri, warga yang ditemui di dekat lahan itu mengatakan kalau lahan itu memang kerap digunakan warga sekitar untuk memarkirkan kendaraannya.

"Itu emang banyak yang suka parkir disitu. Tapi biasanya enggak pernah lama, ‎cuma sebentar aja," katanya.

Ia tidak pernah memperhatikan siapa saja warga yang memarkirkan kendaraannya di tempat itu.

"Kita mah enggak ngeh siapa yang parkir. Pas kasus ini aja kita tahunya pas sudah ramai di berita," ujar dia.

Untuk menghilangkan jejaknya, Stefanus membungkus Laura dengan karung.

"Stefanus pulang ke rumah disiapkan dua karung untuk membungkus dari kaki dan kepala untuk menutupi korban," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung saat rekonstruksi kasus ini di rumah korban, Senin (7/5/2018).

Stefanus sempat panik dan terlintas untuk membeli bensin terlebih dahulu sebelum membakar Laura di Pantai Karang Serang, Mauk, Kabupaten Tangerang.

Pelaku membakar pakaian beserta korban dengan tujuan menghilangkan jejak.

Stefanus digelandang penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat mengikuti rekonstruksi kasus pembunuhan calon istrinya di Jalan Alaydrus, Petojo Utara, Jakarta Pusat, Senin (7/5/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/MUSLIMIN TRISYULIONO
Stefanus digelandang penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat mengikuti rekonstruksi kasus pembunuhan calon istrinya di Jalan Alaydrus, Petojo Utara, Jakarta Pusat, Senin (7/5/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/MUSLIMIN TRISYULIONO (TribunJakarta.com/Muslimin Trisyuliono)

"Pada 4 Mei Stefanus sudah membeli bensin untuk membakar ternyata belum terbakar sepenuhnya," tambah dia.

Stefanus kemudian membeli bensin dua kali dengan tujuan menghanguskan korban.

"Balik lagi membeli dua liter untuk membakar dan membeli lagi empat liter tapi belum hangus juga," ucap dia.

Akhirnya Stefanus membuang jasad korban dipinggir laut namun masih terlihat dan pada akhirnya ditahan menggunakan batu.

Ia menambahkan tersangka sering menginap dirumah korban selama empat bulan belakangan ini karena akan melangsungkan pernikahan.

Penyidik menjerat Stefanus pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara.

Minta bantuan anak buah pamannya

Empat orang yang Stefanus mintai tolong adalah teman-temannya yang tinggal di sekitar Kampung Janis, Pekojan.

Mereka juga tak lain karyawan di industri rumahan milik paman Stefanus.

Industri rumahan yang memproduksi tas itu ‎berada di Jalan Jembatan Hitam yang hanya berjarak sekira 50 meter dari tempat tinggal Stefanus.

"Iya empat orang yang sekarang jadi saksi itu memang karyawan saya," ujar Angkoeh, paman Stefanus ditemui di rumahnya, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Senin (7/5/2018).

Angkoeh mengaku tidak mengetahui detail terkait apa saja peran yang dilakukan oleh para karyawannya.

Menurutnya, keempat karyawannya yang berinisial AZ (21), YD (18), EB (22) dan AR (23) kini telah menjadi saksi atas kasus pembunuhan sadis tersebut.

"Jujur kalau jelasnya kayak bagaimana saya enggak tahu. Tapi memang karyawan saya yang melapor ke polisi," sambung dia.

Kapolsek Tambora Kompol Iver Son Manossoh yang didampingi Kanit Reskrim AKP Supriyatin menerangkan hasil pemeriksaan, tersangka sakit hati sehingga tega membunuh calon istrinya.

Sejak kasus ini mencuat ke publik, Merry Linawarti, ibu Stefanus, enggan keluar rumahnya ‎di Kampung Janis No. 11 RT 11/‎08, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.

Rumah yang berfungsi sebagai warung kelontong itu tampak dikunci dari dalam rumah.

Warung orangtua Stefanus di ?Kampung Janis No. 11 RT 11/?08, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Senin (7/5/2018) terkunci. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA
Warung orangtua Stefanus di ?Kampung Janis No. 11 RT 11/?08, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Senin (7/5/2018) terkunci. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

"Orangnya ada kok di dalam. Tapi memang tutup warungnya, mungkin karena kasus yang dialami anaknya," ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Senin (7/5/2018).

Sekira 15 menit berada di depan rumah, TribunJakarta.com sempat melihat sosok Merry sewaktu tidak sengaja membuka pintu.

Merry takut bukan kepalang ketika beradu pandang dengan TribunJakarta.com dan wartawan lain yang mencoba mewancarainya menunggu di depan rumahnya. 

Ia seakan ketakutan dan bergegas kembali masuk dan mengunci pintu rumahnya.

Meski rumahnya diketuk berulangkali, ia tak menghiraukannya dan tetap tidak mau keluar.

Rumah orangtua Stefanus yang berada di gang sempit di wilayah Pekojan terdiri dari dua lantai di mana lantai ‎pertama untuk warung kelontong.

Sedangkan di lantai kedua tampak jemuran pakaian digantung di teras rumah. 

Sakit hati direndahkan

Tersangka Stefanus sakit hati karena selalu biaya pernikahannya ditanggung semuanya oleh Laura.

“Tersangka merasa tidak dihargai sebagai laki-laki akibat seluruh biaya untuk acara pernikahannya ditanggung semua oleh korban. Selain itu sebelum kejadian, antara tersangka dan korban juga terjadi cek-cok di rumah korban,” kata Iver, Sabtu (5/5/2018).

Pada saat berselisih korban mengambil pisau dan hendak menusukkannya kepada tersangka.

Stefanus yang tidak mampu menahan emosi, kemudian merebut pisau dari tangan korban dan langsung menusuk Laura.

“Korban ditusuk tersangka sebanyak empat kali masing-masing di bagian perut dan punggung hingga akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian,” ucap Iver.

Sebelum kejadian keduanya baru saja mengikuti foto prewedding.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved