Yuk Intip Pembuatan Dodol Betawi yang Dimasak dengan Kayu Bakar

Pembuatan dodol dilakukan dengan bahan-bahan sederhana seperti wajan raksasa yang digunakan untuk memasak dodol.

Editor: Ilusi Insiroh
Istimewa Tourde Java Tribun
Pengaduk Dodol Betawi. 

TRIBUNJAKARTA - Selain ketupat dan opor ayam yang sudah menjadi makanan khas saat hari Raya Idul Fitri tidak ketinggalan pula dodol Betawi. Makanan tradisional yang rasanya manis ini selalu digemari dan kerap dijadikan oleh-oleh saat Lebaran.

Satu diantara sentra pembuatan dodol Betawi ada di kawasan Tanah Baru, Depok. Pembuatan dodol dilakukan dengan bahan-bahan sederhana seperti wajan raksasa yang digunakan untuk memasak dodol.

Pembuatan Dodol Betawi.
Pembuatan Dodol Betawi. (Istimewa Tourde Java Tribun)

Bahannya di antaranya terdiri dari kelapa dan gula merah. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke wajan menjadi satu lalu diaduk dan dimasak dengan kayu bakar. Beberapa varian rasa dodol diantaranya dengan menggunakan buah.

Baca: Dongkol, Nikita Mirzani Sebut Via Vallen Ngaco Udah Banyak yang Bela Tak Mau Lapor Polisi

Ridwansyah pria muda berusia 21 tahun saat ditemui ia sedang sibuk mengaduk-aduk. Sehari-hari ia berkutat bersama kencen (sejenis kuali), serta api, ketat, kelapa dan gula.

Penampilan fisiknya tak besar, tak pula gemuk, malah cenderung kurus. Namun dengan deskripsi perawakannya yang seperti itu dia mampu mengaduk 35 sampai 40 kilogram adonan dodol Betawi.

Baginya, merupakan kesenangan tersendiri bisa melestarikan makanan tradisional Betawi lewat profesi pengaduk adonan dodol. “Kalau bukan kita, siapa lagi,” ujarnya sembari tertawa.

Pekerjaan mengaduk dodol dia mulai pukul 07.00 WIB. Tenaganya terus terkuras hingga 9 jam kemudian atau sekitar pukul 16.00 WIB.

Pembuatan Dodol Betawi.
Pembuatan Dodol Betawi. (Istimewa Tourde Java Tribun)

Di wadah kenceng atau sejenis kuali besar ini, tertuang ketan hitam atau ketan putih sebanyak 12 liter bersama santan dari 33 butir kelapa, dan gula. Totalnya mencapai 40 kilogram.

Lelaki asli Betawi ini berkisah, di masa lalu ada sejumlah pantangan dalam mengaduk dodol. Misalnya, setiap bekerja mengaduk dodol, pengaduk dilarang sambil ngobrol atau berbicara kasar, khawatir adonan dodolnya tidak jadi.

Baca: Waspada Jalan Bergelombang dan Lubang di Jalur Pantura

“Sekarang ya boleh. Tapi dulu benar saja, ngobrol kan membuat hilang konsentrasi,” kata Ridwansyah.
Dia terhitung baru dua tahun bekerja jadi pekerja aduk dodol. Sebelumnya dia bekerja di pabrik.

Ridwan juga bercerita, pembuatan adonan dodol untuk adukan awal atau disebut adonan dodol kebanyakan didominasi kaum perempuan. Saat adonan dodol mulai matang, laki-laki lah yang melanjutkan karena beban dodol makin berat. Namun sekarang, dari awal pembuatan dodol semuanya laki-laki, tidak ada perempuan.

“Malu mungkin, kalau disebut kerja aduk dodol.” ujarnya. Terkadang ia mengaku lelah saat mengaduk dodol, apalagi pertama bekerja, capek wajar.

Pembuatan Dodol Betawi.
Pembuatan Dodol Betawi. (Istimewa Tourde Java Tribun)

Saat ditanya keinginannya apa, ia mengatakan dodol bisa sampai ke luar negeri, Ridwansyah pun mengamini, pekerja aduk dodolnya bisa ikut ke luar negeri. “Semoga tahun depan dodol asli Betawi bisa ke luar negeri,” katanya.

Jarang Sepi Pesanan

Bergeser ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan, di lokasi ini juga ada sentra pembuatan dan penjualan dodol Betawi. Warung dodol Haji Tholib namanya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved