Hasil Pilkada Serentak, Kekuatan Oposisi Kini Mampu Imbangi Kekuatan Pro Pemerintah

Hasil hitung cepat atau quick count dari Litbang Kompas mengindikasikan kekuatan oposisi mampu mengimbangi kekuatan partai pro pemerintah

Editor: Erik Sinaga
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman dan Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/3/2018). Dalam pertemuan tersebut hadir pula pasangan Mayjen TNI (Purn) Sudrajat dan Ahmad Syaikhu yang maju dalam Pilkada Jawa Barat 2018.(KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO) 

TRIBUNJAKARTA.COM- General Manager Penelitian dan Pengembangan (Litbang Kompas) Toto Suryaningtyas mengungkapkan, hasil hitung cepat atau quick count dari Litbang Kompas dan berbagai lembaga lainnya mengindikasikan kekuatan oposisi mampu mengimbangi kekuatan partai pro pemerintah.

Situasi itu akan membuat partai-partai pemerintah mengatur ulang strategi untuk Pemilu 2019.

Pria Ini Gugat Cerai Istrinya Setelah Ketahuan Berjenggot, Pengadilan Tolak Karena Alasan Ini

"Ya, ini konstelasi yang didapat dari pilkada ini terutama di tiga provinsi besar di Jawa ini, kalau ditambah Sumut, sama Sulsel, Lampung, Bali, Maluku ya pasti akan mempengaruhi," kata Toto kepada Kompas.com di Kantor Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (27/6/2018).

Toto mencontohkan, di Jawa Barat, pasangan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan yang diusung oleh PDI-P tidak mendapatkan perolehan hitung cepat yang baik.

Sementara di sisi lain, kekuatan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang didukung PKS dan Gerindra mampu menyalip Tubagus-Charliyan, bahkan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.

40 Hari Adara Wafat, Rasyid Rajasa Beberkan Kerinduan Hingga Cinta Tak Akan Pudar

"Kenaikan Sudrajat-Syaikhu itu menggambarkan membesarnya pengaruh partai oposisi pemerintah di Jawa Barat. Apalagi di Jateng yang tadinya (Sudirman Said-Ida Fauziah) diperkirakan kecil, sangat senjang, tiba-tiba jadi dekat. Nah itu, pasti memukul. Kemudian di Jatim, PDI-P yang mendorong Saifullah-Puti kemudian kalah," katanya.

Toto mengakui bahwa dari berbagai hasil hitung cepat, calon-calon dari partai pendukung pemerintah masih unggul. Namun, kekuatan oposisi pada saat ini mulai bisa mengimbangi kekuatan partai pemerintah.

"Pasti akan jadi kalkulasi semua partai. Kalau bagi pemerintah mereka akan berpikir, untuk strategi untuk merebut kekalahan kekalahan yang terjadi di spot-spot tertentu. Sementara di para oposisi sudah jelas mereka akan memperluas cakupan wilayah kemenangannya," ungkap dia.

Khofifah Hanya Dukung Jokowi di Pilpres 2019, Begini Tanggapan Partai Demokrat

Toto juga melihat basis konstituen partai oposisi semakin kuat. Hal itu turut berpengaruh signifikan pada kekuatan dukungan terhadap oposisi.

"Lanskap kekuatan mereka itu besar, PKS besar, apalagi lihat hasil survei Gerindra itu nomor dua setelah PDI-P. PKS ada di wilayah menengah. Jadi Gerindra besar, apalagi konstituennya berkembang, yang tadinya milih apa jadi bisa pindah," ujarnya.

Dinamika masyarakat

Peta politik, kata Toto, juga sangat ditentukan oleh prefefensi politik masyarakat yang semakin dinamis. Toto melihat preferensi politik disebabkan oleh sejumlah hal.

Pertama, pembicaraan politik di lingkungan sekitar. Menurut Toto, preferensi politik seseorang bisa dipengaruhi oleh keluarga, kelompok keagamaan, kesukuan dan kelompok lainnya.

Kekuatan pimpinan kelompok tersebut berperan strategis dalam merubah peta pilihan politik masyarakat di suatu daerah.

"Pilihan bisa diarahkan oleh pimpinan komunal-komunal itu. Karena angkanha sangat besar dan mengejutkan..kok bisa. Jadi ada pergerakan suara yang masif didorong oleh satu isu besar, kemudian gerakan yang tidak terdeteksi, jadi ada sebab besar," kata Toto.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved