Bernostalgia dengan Perahu Otok-otok, Mainan Anak yang Berjaya Pada Tahun 90-an

Meski sudah sangat jarang peminatnya, namun ini tak mengendurkan semangat Asep berjualan perahu otok-otok

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Kapal otok-otok, mainan tradisional yang sudah sulit dijumpai ini kini dijual di Festival Condet yang diselenggarakan di Jalan Raya Condet, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (28/7/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Terbuat dari kaleng bekas yang dicat warna-warni dan dijalankan menggunakan minyak goreng, perahu otok-otok pernah menjadi primadona anak-anak di tahun 90-an.

Kini, mainan yang dahulu mudah dijumpai di tempat-tenpat wisata maupun pasar malam tersebut sudah sulit ditemui.

Tak dapat dipungkiri, kini mainan tradisional tersebut termakan oleh kemajuan teknologi.

Anak-anak kini lebih menggandrungi berbagai permainan yang dapat dengan mudah diakses malalui telepon pintar.

Meski sudah sangat jarang peminatnya, namun ini tak mengendurkan semangat Asep berjualan perahu otok-otok.

Kapal otok-otok, mainan tradisional yang sudah sulit dijumpai ini kini dijual di Festival Condet yang diselenggarakan di Jalan Raya Condet, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (28/7/2018).
Kapal otok-otok, mainan tradisional yang sudah sulit dijumpai ini kini dijual di Festival Condet yang diselenggarakan di Jalan Raya Condet, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (28/7/2018). (TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)

Disindir Permak Gigi Jadi Putih, Kimmy Jayanti Ungkap Rahasianya

Ia mengaku sudah turun temurun berjualan mainan otok-otok, bahkan mainan tersebut merupakan hasil kreatifitasnya.

"Jualan ini sudah turun temurun dari bapak saya, makanya semua mainan ini saya yang buat sendiri karena memang sudah tahu cara buatnya," ucapnya saat ditemui TribunJakarta.com, Sabtu (28/7/2018).

Meski keuntungan yang diperoleh sudah jauh menurun dibanding era 90-an, namun Asep tetap berjualan mainan karena suka dengan anak-anak sekaligus meneruskan bisnis keluarganya.

"Keuntungan ya lumayan lah meskipun sudah jauh menurun dibanding dahulu, tapi karena saya senang anak-anak ya saya jualan mainan saja," ujarnya.

Dengan menggunakan peci berwarna merah, Asep terlihat lihai menjelaskan cara kerja mainan yang ia jual tersebut.

"Cuma pakai kapas dan minyak goreng aja sudah bisa jalan ini, caranya isi knalpot pake air dulu baru nyalakan api di kapas yang sudah disiram minyak goreng," ucapnya menjelaskan ke sejumlah anak yang penasaran.

Meski akhirnya anak tersebut tak jadi membeli, tetapi ia tidak marah dan tetap tersenyum.

Kapal otok-otok yang dijual Asep pun dipatok dengan harga cukup terjangkau, untuk kapal berukuran kecil, peminat dapat membeli dengan harga Rp 15 ribu, sementara untuk yang berukuran lebih besar dibanderol dengan harga Rp 20 ribu.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved