Pilpres 2019
Arah Dukungan Keluarga Gus Dur, Beda Sikap GusDurian dan Kepedean Prabowo-Sandi
Konsorsium Kader Gus Dur dukung Jokowi-Ma'ruf tapi tidak dengan GusDurian. Kendati begitu kubu Prabowo-Sandi tetap pede.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sempat koalisi Prabowo-Sandiaga mengklaim Yenny Wahid mendukung mereka di Pemilihan Presiden 2019, namun hal tersebut terbantahkan.
Yenny Wahid adalah putri kedua Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Nama besar Gus Dur sebagai bapak bangsa yang menghormati dan memperjuangkan nilai-nilai demokratis, pluralisme, toleransi, memiliki akar rumput antaragama dan berjejaring kuat khususnya di kalangan Nahdliyin.
Baik pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sama-sama sudah bersilaturahmi ke keluarga Gus Dur, melalui istrinya Sinta Nuriyah Wahid.
Dukungan keluarga Gus Dur dan basis kalangan Nahdliyin memang sangat ditargetkan sebagai lumbung suara saban Pilpres, menyusul sebaran mereka memusat di Jawa.

Berikut TribunJakarta.com himpun tentang persinggungan kelompok Gus Dur, GusDurian dengan sikap politik mereka di Pilpres 2019.
Kader Gus Dur
Belakangan, keluarga Gus Dur mengambil sikap di Pilpres 2019, khususnya Yenny Wahid yang membawa sembilan organisasi yang tergabung dalam Konsorsium Kader Gus Dur, dengan mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019.
Deklarasi dukungan dibacakan oleh Putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid, di Rumah Pergerakan Politik Gus Dur, Jalan Kalibata Timur I no. 12, Kalibata, Jakarta Selatan.
"Ada sembilan organisasi yang secara resmi ikut bergabung dalam deklarasi sikap para kader Gus Dur," ujar Yenny, Rabu (26/9/2018).
Menurut Yenny, sebenarnya masih ada beberapa organisasi yang akan ikut menyatakan dukungan sebelum deklarasi.
Namun karena waktu persiapan deklarasi yang sangat sedikit, organisasi tersebut akan diundang setelah deklarasi.
Kendati demikian, ia tidak menyebut berapa banyak organisasi yang akan menyatakan dukungan ke Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Sebetulnya masih banyak yang baru akhir-akhir menyatakan mau ikut tapi karena persiapan kami sudah mepet maka kami akan undang nanti setelah deklarasi," kata Yenny.
Sembilan organisasi kader Gus Dur yang menyatakan dukungan politiknya ke Jokowi-Ma'ruf adalah:
1. Barikade Gus Dur (Barisan Kader Gus Dur)
2. Gatara (Gerakan Kebangkitan Nusantara)
3. Forum Kyai Kampung Nusantara (FKKNU)
4. Garis Politik Al Mawardi (GP Al Mawardi)
5. Komunitas Santri Pojokan (KSP)
6. Jaringan Perempuan NKRI (JPN)
7. Millenial Political Movement
8. Forum Profesional Peduli Bangsa
9. Satuan Mahasiswa Nusantara

Yenny menuturkan dukungan tersebut merupakan sikap politik keluarga Gus Dur.
Sebab, ia telah diberi mandat untuk mendeklarasikan sikap politik pada Pilpres 2019 mendatang.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa ibunya, Sinta Nuriyah Wahid, akan bersikap netral pada Pilpres 2019
Beda sikap GusDurian
“Dengan mengucap basmallah, Konsorsium Kader Gus Dur menyatakan dukungan kepada calon presiden nomor 1 Joko Widodo-Ma’ruf Amin semoga bisa menjabat kembali menjadi presiden,” tegas Yenny Wahid.
Kakak Yenny Wahid, Alissa Wahid, lantas angkat bicara soal keberpihakan sang kakak.
Alissa Wahid membeberkan kondisi keluarga mereka setelah pendeklarasian Yenny Wahid.
Yenny Wahid dan Alissa Wahid memimpin gerakan yang berbeda. Yenny Wahid memimpin gerakan politik Gus Dur, sementara Yenny memegang jaringan GusDurian.
Menurut Alissa Wahid, dirinya dan Yenny Wahid berusaha menjaga dan merawat warisan perjuangan Gus Dur.
Perjuangan Gus Dur sebagai guru bangsa dirawat oleh Alissa Wahid dan GusDurian.
Sedangkan perjuangan Gus Dur sebagai politikus dirawat oleh Yenny Wahid dan Kader Gus Dur.

"Di keluarga Ciganjur, ruang strategis juga dibuka. Secara utuh, dzurrriyah merawat warisan perjuangan Gus Dur.
Gus Dur sbg Guru Bangsa dan pejuang rakyat, dirawat bersama. Tidak ada muatan politis di sini.
Gus Dur sbg politisi, dirawat @yennywahid. Ini gerakan politik," tulis Yenny Wahid dikutip TribunJakarta.com dari laman Twitter pada Kamis (27/9/2018).
Alissa Wahid menegaskan tak ada perpecahan di dalam keluarganya.
Menurut Alissa Wahid segala keputusan selalu didiskusikan, termasuk dengan langkah Yenny Wahid mendukung Jokowi-Ma'ruf.
Ia lantas mengatakan keluarganya tak akan bisa diadu-domba.
"Ohya, tidak ada perpecahan di Ciganjur. Kami mendiskusikan semuanya.
Sikap & deklarasi @yennywahid pun demikian. Jadi lupakan agenda adu domba ya. Kagak ngefeeeeeek." tulis Alissa Wahid.
Awalnya Alissa Wahid menjelaskan sikap politik gerakan GusDurian yang dipimpin oleh dirinya.
Alissa Wahid menegaskan antara GusDurian dan Kader Gus Dur yang dipimpin sang adik memiliki tujuan yang berbeda.
GusDurian adalah sebuah gerakan kebangsaaan yang tidak ikut serta dalam politik kekuasaan.
"Gerakan @GUSDURians sudah menetapkan bahwa kami adalah gerakan kebangsaan.
Tidak ada strategi politik kekuasaan.
Program2 bela petani, kegiatan lintas iman, promosi toleransi, penguatan demokrasi, dilepaskan dari siapa yang berkuasa baik nasional maupun daerah," tulis Alissa Wahid.

Tak hanya itu menurut Alissa Wahid, GusDurian merupakan gerakan sosial yang tidak dipengaruhi politik lima tahunan.
"Karena itulah, ke teman2 di lapangan saya selalu sampaikan: @GUSDURians bukan gerakan politik elektoral, tapi gerakan sosial.
Juga bukan lembaga dana. Karena sikap tegas inilah, justru kami berkembang pesat.
Tidak dicemaskan akan dikooptasi utk kepentingan politik 5tahunan," tulis Alissa Wahid.
Sementara itu Konsorsium Kader Gus Dur yang dipimpin Yenny Wahid adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi politik ala Gus Dur.
"Malah bagus, ada kesempatan memperjelas beda watak gerakannya. Biar publik lebih paham.
Intinya, kalau mau menyalurkan aspirasi politik elektoral ala GusDur, ikutlah @yennywahid.
Sedangkan @gusdurians biarlah tetap perjuangan sosial kemasyarakatan non politis,"
Hal tersebut disampaikan Yenny Wahid melalui media sosial, Twitter pada Kamis (27/9/2018).
Alissa Wahid menjelaskan gerakan sosial dan gerakan politik harus dibedakan.
Ia lantas mengungkapkan mengapa hal tersebut harus terjadi.
"Kenapa begitu? Karena watak gerakan sosial kemasyarakatan dengan gerakan politik memang berbeda.
Kalau semua dipolitikkan, ya blaen.
Nanti polarisasi & serang-menyerang makin kuat.
Tidak ada ruang tengah. Nanti rumah ibadah pun jadi ruang rebutan. Padahal tugasnya memandu umat," tulis Alissa Wahid.
PKS klaim Sandiaga lebih unggul
Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sara menghormati keputusan Yenny Wahid dan keluarga Gus Dur memilih untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Mardani menyadari dukungan itu akan punya dampak ke Prabowo-Sandiaga. Terlebih kubu Prabowo-Sandiaga sedang mengincar suara milenial NU.
Ia tak terlalu khawatir, sebab ada efek lain yang menurutnya lebih besar dari seorang Yenny Wahid. Terutama dalam upaya menggaet pemilih milenial.
"Ada efeknya (dari keputusan itu), tetapi sekarang ini efek Sandi jauh lebih kuat," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/9/2018).
"Sandi ini luar biasa. Kami melihat wah efek Sandi hasil kami keliling ini luar biasa," sambung Mardani.
PKS menyatakan tidak kecewa dengan keputusan Yenny Wahid dan keluarga Gus Dur merapat ke Jokowi-Ma'ruf Amin.
Mardani masih yakin dengan kekuatan kubu Prabowo-Sandiaga yang berbasiskan kekuatan jaringan para relawan dari pusat hingga ke daerah-daerah.
"Relawan kami kerjanya luar biasa. Trennya adalah tren milenial, emak-emak militan dan keumatan. Tiga itu tidak terlalu banyak berkaitan dengan teman-teman yang dukung Jokowi," kata dia.
Sudah dapat ditebak
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku tidak kaget dengan piliham keluarga Gus Dur.
Menurut Dahnil, Yenny Wahid, sejak awal memang lebih dekat dengan Jokowi.
"Keputusan Mbak Yenni tersebut tidak mengagetkan, memang beliau sejak awal lebih dekat dengan Pak Jokowi," ujar Dahnil saat dihubungi, Rabu (26/9/2018) malam.
Dahnil menghormati sikap politik keluarga Gus Dur tersebut. Ia menilai adanya keputusan itu, kontestasi di Pilpres 2019 akan diwarnai dengan adu gagasan tanpa menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu memprediksi masa kampanye akan diisi pertarungan ide dan gagasan dengan tetap merawat toleransi serta keberagaman.
"Kontestasi pilpres kali ini dipenuhi dengan pertarungan ide dan gagasan, dengan tetap merawat toleransi dan keberagaman Indonesia," kata Dahnil.
"Setidaknya saya bisa beradu gagasan dengan Mbak Yenni di kubu Jokowi dan saya bisa membantu Pak Prabowo," ucapnya.
Jokowi tahu dari awal
Presiden Jokowi bersyukur atas dukungan keluarga Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kepadanya dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Kendati demikian, Presiden Jokowi mengaku tidak terkejut dengan deklarasi dukungan itu.
Sebab, Yenny Wahid, putri sulung Gus Dur, sejak awal sudah memberitahukan soal dukungan tersebut kepada Presiden Jokowi.
"Ya alhamdulillah karena Mbak Yenny sejak awal sudah sampaikan ke saya, hanya saja 'Pak mohon tunggu momentum yang tepat'," kata Jokowi kepada wartawan usai menghadiri Rapimnas Partai Persatuan Pembangunan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Presiden Jokowi pun sudah mengetahui Yenny Wahid telah mengumumkan dukungannya tersebut kepada publik. Ia menyambut baik deklarasi dukungan tersebut.
"Sudah disampaikan langsung (ke publik) oleh beliau, tentu saja ini menambah semangat," kata Presiden Jokowi.
Kubu Prabowo-Sandi tetap pede
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meyakini pihaknya bakal memenangkan Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan Mardani menanggapi hasil survei Indikator terkait Pilpres 2019.
Dalam survei tersebut pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dengan elektabilitas 57,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 32,3 persen.
“Kami semakin optimistis rilis lembaga Burhanuddin Muhtadi tentang persaingan capres 2019, Insya Allah #2019GantiPresiden dan #2019PrabowoSandi,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Kamis (27/9/2018).
Ia mengatakan, kehadiran Sandiaga saat ini mampu meningkatkan elektabilitas Prabowo hingga tiga persen.
Mardani menambahkan, elektabilitas petahana sebesar 57,7 persen masih jauh dari aman. Apa lagi, kata dia, dalam rilis survei indikator hanya sebesar 30 persen responden yang menganggap kondisi ekonomi baik.
Sedangkan sisanya sisanya 44 persen sedang, 21 persen Buruk, 3 persen sangat buruk.
Karena itu, ia menilai, isu ekonomi menjadi sorotan terbesar masyarakat selama 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Ia juga mengatakan, strategi impor pemerintah menjadi preseden buruk belum optimalnya kerja pemerintah.
Karena itu, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga masih sangat optimistis menatap survei tersebut.
Selain itu, papar Mardani, semakin banyak pula relawan yang bergabung dalam gerakan #2019GantiPresiden.
Karena itu pula, Mardani mengatakan, Prabowo-Sandiaga menargetkan kemenangan hingga 60 persen.
“Kami masih memiliki waktu 7 bulan untuk menaikkan elektabilitas pasangan PAS. Khususnya pada penerimaan generasi milenial, emak-emak dan keumatan. Kami akan terus mengkampanyekan dengan cara milenial, cerdik dan santun," kata dia.
"Sehingga yang tadinya kurang suka politik mulai tertarik dengan hadirnya generasi muda sebagai cawapres,” lanjut Mardani. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com/Kompas.com)