HUT ke 73 TNI
HUT ke-73 TNI, Ini Makna Dibalik Motif Seragam Loreng, Digunakan Juga di Peralatan Militer
Seiring dengan peringatan HUT ke-73 TNI, begini arti di balik motif seragam TNI bercorak loreng.
TRIBUNJAKARTA.COM -5 Oktober 2018, akan diperingati Hari Ulang Tahun ke-73 TNI .
Selain dikenal dengan sistem persenjataannya yang lengkap dan beragam, TNI mudah dikenali melalui seragam loreng khasnya.
Namun, pernahkah terbersit di benak Anda mengapa baju Tentara Nasional Indonesia (TNI) bercorak loreng?
Pemilihan warna dan motif loreng ini tidak hanya sekadar agar tidak ketahuan oleh musuh, tapi ada sejarah tertentu yang menyertainya.
• HUT ke-73 TNI: Kisah Perjuangan Kolonel TNI Sugiono, Hentikan Pemberontakan di Sulawesi dan Dibunuh
• Kisah Masa Kecil DN Aidit: Rajin Ibadah, Bergaul dengan Buruh dan Baca Buku Karl Max
Dilansir dari kodam17cendrawasih.mil.id, makna dibalik motif loreng tersebut agar setiap anggota TNI dapat melakukan kamuflase atau menyamar.
Hal ini termasuk ke dalam teknik survival, sehingga membuat anggota TNI tidak akan terlihat maupun terdeteksi oleh musuh.
Uniknya, penerapan warna bukan hanya diterapkan pada kostum tetapi digunakan juga pada peralatan militer.
Alasannya, agar peralatan tersebut tidak nampak dengan mata telanjang dan dapat menyatukan diri dengan medan perang.
Selain itu, pemilihan tiga warna khas pada seragam TNI juga bukan tanpa alasan, lho.
• Sempat Berpikir akan Meninggal, Ini Perjuangan Atlet Paralayang Selamat dari Gempa dan Tsunami Palu
• Pilot Abdul Rozak Selamat dari Gempa Palu: Punya Firasat Musibah Akan Besar hingga Lari ke Bandara
Negara Indonesia yang lebih dominan dengan pepohonan berwarna hijau, tanah berwarna hitam, serta kayu berwarna coklat melatarbelakangi pemilihan warna tersebut.
Pada masa silam, sebelum masa Perang Dunia Pertama, tentara berbagai negara di dunia menggunakan baju militer tanpa terlalu memperhitungkan persoalan kamuflase.
Seragam berwarna mencolok justru banyak digunakan lantaran dianggap berani dan bisa memberi efek menakutkan musuh.
Baju loreng baru mulai digunakan pada awal 1800-an oleh sebagian unit militer.
Selanjutnya, seragam militer mulai menerapkan taktik kamuflase agar prajurit yang mengenakannya tidak mudah dideteksi musuh.
Seiring perjalanan waktu, motif kamuflase pada seragam militer turut berkembang.