Pemkot Depok Sebut Lumpur dan Sampah dari Situ Pedongkelan Tak Dibuang ke Depan Rumah Warga

Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, Citra Indah Yulianti membantah bila lumpur dan sampah

Penulis: Bima Putra | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Lumpur bercampur sampah hasil kerukan dari Situ Pedongkelan mengepung rumah warga RW 05 Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Minggu (25/11/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, Citra Indah Yulianti membantah bila lumpur dan sampah yang dikeruk dari Situ Pedongkelan dibuang ke depan rumah warga RW 05 Kelurahan Tugu, Cimanggis.

Meski sudah mengepung wilayah RT 05 dan RT 06, Citra menyebut lumpur dan sampah yang dikeruk dibuang di Tanah pabrik Henkel dan Kampus Gunadarma.

"Enggak ada yang dibuang ke depan rumah warga, ada juga ke lokasi tanah pabrik Henkel dan Gunadarma, dan itu sudah izin," kata Citra saat dihubungi wartawan di Cimanggis, Depok, Senin (26/11/2018).

Pernyataan Citra nampak berbeda dengan kondisi di lapangan, keterangan Juru Situ Pedongkelan Sain M. Iskandar, Ketua RW 05 Kelurahan Tugu Sofinal Darwis, Ketua RT 05 Lastini Wagino, dan pernyataan sejumlah warga.

Saat kembali ditanya proyek normalisasi yang menggunakan dana bantuan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Rp 3.560.509.800 miliar, Citra tak mengaku tak mengetahui bila lumpur dan sampah yang dikeruk dibuang ke depan rumah warga.

"Setahu saya enggak ada dibuang depan rumah warga. Depan warga siapa, siapa namanya, besok kami cek," ujarnya.

Rumah Warga Terkepung Lumpur dan Sampah Hasil Pengerukan Situ Pedongkelan

Desember, Pengerukan Lumpur KBT Ujung Menteng Ditargetkan Selesai

Citra justru menyebut ada warga yang letak rumahnya mepet dengan garis sempadan Situ yang sudah ditentukan oleh Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).

Menurutnya Dinas PUPR Kota Depok telah menegur warga yang bangunan rumahnya melanggar garis sempadan sungai.

"Warganya juga mepet ke garis sempadan Situ, kan itu sudah diukur GSS oleh BBWSCC. Ada tanda batasnya yang sudah diukur. Kalau kita tegur galakan mereka," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua RW 05, Sofinal Darwis mengatakan seluruh lumpur dan sampah yang dikeruk dua beko di bagian tepi Situ dipindahkan ke lahan kosong yang berada depan pemukiman warga.

Dampaknya tumpukan lumpur bercampur sampah lebih tinggi dibanding permukaan rumah warga, sehingga rumah warga seolah tenggelam dalam lumpur.

"Rumah-rumah yang ada dekat Situ ini seperti tenggelam dalam lumpur, ketinggian lumpur depan rumah mereka bisa tiga sampai empat meter, mungkin juga lebih. Ini lumpur dan sampah yang diuruk dari Situ tapi malah dibuang ke depan rumah warga," ucap Darwis, Minggu (26/11/2018).

Tak hanya bau dan membuat jijik warga, tumpukan lumpur yang mengepung rumah mereka membuat aliran air terganggu hingga nyaris menggenangi rumah mereka.

Bahaya terjerembab dalam lumpur yang masih basah juga mengintai warga, mereka harus selalu mengawasi anak-anak agar tak bermain di bagian tengah lumpur yang masih digenangi air.

"Lumpurnya masih belum kering, apalagi yang bagian tengah, itu masih basah banget. Kalau salah injak pasti langsung kejeblos, makannya pada hati-hati banget kalau jalan. Anak-anak itu selalu diomelin kalau main di bagian yang masih basah," sambung dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved