Angka HIV dan AIDS di Banten 75 Persennya Disumbang Wilayah Tangerang Raya
Jordan mengatakan rentan usia Odha di Banten adalah dari 25 - 49, yang merupakan usia produktif
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Desember menjadi bulannya peringatan human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yakni tanggal 1 Desember yang ditetapkan menjadi hari Aids sedunia.
HIV dan Aids memiliki perbedaan.
Koordinator Program Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Banten, Jordan Jempormase, menjelaskan, HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan Aids itu merupakan kondisi, atau fase selanjutnya dari HIV, yang sudah dipenuhi berbagai penyakit.
"Kalau Aids itu bukan penyakitnya, jadi dia kumpulan berbagai penyakit," jelas Jordan kepada awak media, pada sebuah diskusi dengan Jaringan Indonesia Positif (JIP), di bilangan Jalan Juanda, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (8/12/2018).
Di Banten jumlah orang dengan HIV dan Aids (Odha), tinggi, jika diakumulasi sejak tahun 1998 ketika HIV muncul di Banten, sampai Oktober 2018, terdapat 6.108 Odha, dengan rincian 4.099 HIV dan 2019 Aids.
Jordan mengatakan rentan usia Odha di Banten adalah dari 25 - 49, yang merupakan usia produktif.
"75% dari Tangerang Raya," ujarnya.
Sekretaris KPA Banten, Encep Mukardi, memaparkan, orang yang terpapar HIV paling tinggi dari Kabupaten Tangerang, sebanyak 1.777 orang, sedangkan ke dua dari Kota Tangerang, 1.026 orang.
"Yang ketiga Kabupaten Serang, 619, baru yang ke empat baru Tangsel, 414," ujar Encep saat dihubungi terpisah.
Sedangkan untuk Aids, orang yang terpapar paling banyak dari Kota Tangerang sebanyak 528 orang, dan setelahnya baru Kabupaten Tangerang, sebanyak 416 orang.
"Kemudian Kabupaten Serang 182, kemudian Kabupaten Pandeglang 127, kemudian Tangsel, 142, terakhir Kabupaten Lebak 129," ujarnya.
Encep mengatakan, ada tiga cara penularan HIV dan Aids, yakni melalui hubungan seks secara tidak sehat, melalui jarum suntik yang tidak steril dan kelahiran anak dari ibunya.
Dari ketiga faktor tersebut, Encep mengungkapkan 50% faktor penularan di Banten, terutama Tangerang raya sebagai penyumbang tertinggi, akibat hubunhanseks sesama jenis atau heteroseksual.