Hari Raya Imlek, Jakarta Utara Kembali Punya Musala Bergaya Tionghoa di Kolong Tol

Namanya Musala Babah Alun AGP (Artha Graha Peduli), lokasi lebih tepatnya, ada di dekat Pintu Timur Taman Impian Jaya Ancol.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Gerald Leonardo Agustino
Musala Babah Alun AGP di kolong tol Ir. Wiyoto Wiyono di Jalan Pasir Putih, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Selasa (5/2/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Tempat ibadah dengan arsitektur oriental khas Tionghoa kembali dihadirkan di kolong tol. Kali ini, sebuah musala bergaya Tionghoa berdiri di kolong tol Ir. Wiyoto Wiyono di Jalan Pasir Putih, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Yang menarik, musala ini resmi dioperasikan tepat hari ini, bertepatan dengan peringatan Hari Raya Imlek, Selasa (5/2/2019).

Namanya Musala Babah Alun AGP (Artha Graha Peduli), lokasi lebih tepatnya, ada di dekat Pintu Timur Taman Impian Jaya Ancol.

Berdiri di atas lahan seluas 300 meter, musala ini sudah dibangun sejak Agustus 2018, dengan pembangunan yang diinisiasi yayasan AGP.

Musala ini arsitekturnya kental bergaya Tionghoa, dengan warna dominan merah dan hijau.

Yayasan AGP bekerjasama dengan Yusuf Hamka dalam pembangunan musala ini. Yusuf Hamka ialah seorang mualaf yang juga sebagai Founder Masjid Babah Alun, masjid bergaya Tionghoa yang dibangunnya di kolong tol Papanggo tahun lalu.

"Kenapa saya bangun gaya China. Bukan saya mau membangun Chinaisasi. Kenapa nggak gaya Timur Tengah? Sudah banyak contoh, di Papanggo, masjid dengan gaya China jadi sesuatu yang unik," ucap Yusuf usai salat subuh di Musala Babah Alun AGP, pagi ini.

Pantauan TribunJakarta.com, selain Musala Babah Alun AGP, di sebelahnya ada juga pos pengamanan bergaya Tionghoa. Keduanya berada di lahan yang sama, tepat di kolong tol, tepi Kali Ancol.

Yusuf mengatakan, pembangunan musala sepenuhnya dilakukan oleh Yayasan AGP, dengan dana yang dihabiskan sekira Rp 1 miliar.

Pembangunan seharusnya bisa berjalan selama hanya tiga bulan. Namun, kata Yusuf, ada penambahan ornamen yang memerlukan detil penyelesaian lebih lama.

Ornamen yang ia maksud adalah tulisan asmaul husna bergaya Tionghoa yang pengerjaannya membutuhkan waktu.

Diminta Sumbang Alquran ke Musala, Tanggapan Via Vallen Jadi Sorotan

Warga Tionghoa se-Jabodetabek Sembah 14 Dewa di Vihara Nimmala dan Wajib Sebar Kebajikan

"Yaitu pernak pernik bergaya Tiongkok. Anda lihat di dalam, ada asmaul husna berbahasa Arab dibawanya ada bahasa China. Ini kita buat sesuatu semacam kerajinan tangan. Sampe molor waktunya, sampe enam bulan. Yang penting hasilnya cukup baik," kata Yusuf.

Ketika disinggung soal pemilihan lokasi, Yusuf memaparkan jika banyak lahan kosong di bawah kolong tol yang tidak terpakai dan terkesan kumuh.

Yayasan AGP pun akhirnya memutuskan untuk memilih lahan di dekat Pintu Timur Ancol.

"Apalagi orang keluar dari Pintu Ancol ini kan susah nyari musala. Jadi mereka bisa tinggal langsung ke sini," kata Yusuf.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved