Pemkot Tak Beri Bantuan, Warga Minta Sumbangan Pengguna Jalan Buat Perbaiki Jembatan Merah
Jembatan Merah di Jalan Haji Amsir Kelurahan Cipinang Melayu merupakan wujud kejenuhan warga menanti Pemkot Jakarta Timur membangun akses penghubung.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Jembatan Merah di Jalan Haji Amsir Kelurahan Cipinang Melayu merupakan wujud kejenuhan warga menanti Pemkot Jakarta Timur membangun akses penghubung bagi warga RW 03 dan RW 04.
Mereka bosan menunggu usul pembangunan disetujui pemerintah sehingga memilih menggunakan uang dan keringat mereka sendiri guna membangun jembatan semi permanen.
Nahas setelah belasan tahun berlalu warga Kelurahan Cipinang Melayu harus kembali 'keroyokan' merawat jembatan agar tak rusak digerogoti usia dan hantaman arus Kali Sunter.
Suradi (56), warga RW 04 mengatakan dana perawatan jembatan merah didapat dari sumbangan pengguna jembatan atau yang dalam bahasa warga beken disebut 'ngecerek'.
"Untuk perawatan jembatan warga ngecerek. Jadi di jembatan ditaruh ember, nanti yang lewat suka kasih sumbangan. Seikhlasnya saja, enggak dipatok minimal harus berapa atau dipaksa nyumbang. Namanya juga ngecrek," kata Suradi di Makasar, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).
Lantaran didasari atas dasar sukarela, dana hasil ngecerek yang terkumpul tak mampu memperbaiki jembatan merah secara utuh, setengahnya pun tidak.
Dana hasil ngecerek hanya mampu memperbaiki secuil dari sekian banyak kerusakan yang terdapat di sekujur tubuh Jembatan Merah.
"Cuman perbaikan kecil, kalau ada yang Lubang di las, ditambah pakai pelat baru. Lihat saja di jembatan banyak tambalannya, sudah pada bopeng-bopeng," ujarnya.
Beruntung suami Suradi yang ikut membangun jembatan merah memiliki keahlian las sehingga dana perawatan dapat ditekan dengan hasil yang memuaskan.
Pengalaman bekerja suaminya di kapal juga yang memungkinkan Jembatan Merah hingga kini masih berfungsi tanpa pernah ambruk dihantam arus Kali Sunter.
"Bapak kan dulu kerja di kapal, nah besi yang jadi penyangga ini dari pelabuhan. Makannya bisa kuat sampai sekarang, pas awal dibangun alas jembatan ini juga pakai kayu bekas kapal," tuturnya.
Menurutnya dana pembuatan Jembatan Merah yang melibatkan puluhan warga dari dua RW saat itu nyaris mencapai ratusan juta rupiah.
Mini (38), warga RW 03 mengatakan hampir di setiap bulannya warga harus ngecerek demi memperbaiki kerusakan Jembatan Merah yang terus bertambah seiring waktu.
"Hampir setiap bulan pasti ada perbaikan. Perbaikannya sih kecil, dilas yang bagian bolongnya. Tapi hampir setiap bulan pasti ada perbaikan. Kalau pemerintah sih enggak pernah kasih bantuan," ucap Mini.
• Kondisi Jembatan Merah Mengenaskan, Warga Pertanyakan Sikap Pemkot Jakarta Timur
• Kasudin Bina Marga Jakarta Timur Upayakan Perbaikan Jembatan Merah di Cipinang Melayu