Tiap Ramadan, Warga Cipinang Salat Tarawih di JPO dan Pinggir Jalan
Mereka sudah puluhan tahun melaksanakan salat Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Warga RW 002 Kelurahan Cipinang Besar Utara tak hanya dikenal dengab keberadaan Pasar Gembrong, tapi juga karena mereka sudah puluhan tahun melaksanakan salat Tarawih di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Kusminah (43), salah satu warga sekitar mengatakan warga RW 002 sudah menunaikan salat Tarawih di JPO di Jalan Jenderal Basuki Rachmat sejak tahun 1994 tak lama setelah JPO dibangun.
"Jembatan ada sekitar tahun 1992, baru dipakai salat Tarawih tahun 1994. Dari dulu sampai sekarang ya enggak ada perubahan, pemerintah juga cuek saja," kata Kusminah di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019).
• 15 Petugas Gabungan Evakuasi Pohon Beringin Tumbang di Otista Jatinegara
• Banjir, TransJakarta Rute Pulogebang-Kampung Melayu Hanya Sampai Halte RS Premier Jatinegar
• Sekitar 2 KM Tembok di Area Rusun Jatinegara Kaum Akan Diberi Mural
Perempuan yang tercatat warga Kelurahan Cipinang Besar Utara sejak kecil ini menuturkan warga terpaksa beribadah di JPO dan pinggir jalan karena Musala Miftahul Jannah tak mampu menampung seluruh jemaat.
Pun Musala Miftahul Jannah yang didominasi warna hijau itu sudah ditingkat, kapasitasnya tetap tak sebanding dengan jumlah jemaat warga RW 002 yang hendak beribadah.
"Dulunya kalau salat Tarawih warga nutup jalan, tapi karena bahaya jadi salat di JPO dan pinggir jalan. Spontan saja, enggak ada yang nyuruh, habis mau salat di mana lagi," ujarnya.
Bedanya, jemaat yang salat di JPO hanya kaum pria, sementara jemaat yang menunaikan salat di pinggir jalan umumnya didominasi perempuan dan anak.
Meski puluhan tahun salat di JPO dan pinggir jalan, warga RW 002 tetap khawatir sehingga selalu ada seorang warga yang bertugas mengawal arus lalu lintas agar jemaat tak tertabrak.
"Alhamdulilah enggak pernah ada yang kecelakaan, baik yang salat di JPO ataupun di pinggir jalan. Paling anak-anak yang salat di jembatan main dorong-dorongan," tuturnya.
Sugiyanto (50), warga Kelurahan Cipinang Besar Utara lainnya membenarkan bila warga RW 002 sudah puluhan tahun menunaikan salat Tarawih di JPO dan di pinggir jalan Basuki Rachmat.
Menurutnya, bagian terburuk menunaikan salat Tarawih di JPO dan pinggir jalan yakni ibadah jadi tidak khusyuk karena terganggu deru ribuan kendaraan yang melintas.
"Sudah puluhan tahun warga salat di jembatan dan pinggir jalan, dari sebelum saya pindah ke sini saja sudah ada. Enggak enaknya ya salat jadi enggak khusyuk, lihat saja banyak kendaraan lewat," kata Sugiyanto.
Pantauan TribunJakarta.com, meski terpaksa menunaikan salat Tarawih di JPO dan pinggir jalan, warga tetap menggunakan sajadah sebagai alas bersujud.
Kondisi JPO Jalan Basuki Rachmat kini tampak memprihatinkan karena penerangan tak berfungsi dan tampak rangka jembatan sudah digerogoti rayap.