Biasa Hadapi Preman, Ini Kisah Hidup Ati Suharti Kepala Terminal Bus Wanita Satu-satunya di Ibu Kota

Selain menjadi Kater perempuan satu-satunya, ia juga menjadi Penguji Kendaraan Bermotor pertama perempuan di PKB Jagakarsa.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Kepala Terminal (Kater) Pinang Ranti Ati Suharti (57)  

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Kisah Kepala Terminal (Kater) Pinang Ranti Ati Suharti (57) yang memiliki musuh preman terminal.

Wanita yang biasa disapa Ati ini merupakan satu-satunya Kater perempuan Se-DKI Jakarta.

Dirinya mulai merintis karir sejak tahun 1983 di Depnaker. Kemudian pada tahun 2001 mulai bekerja di Dinas Perhubungan.

Perjalanannya hidupnya hingga seperti saat ini penuh dengan tantangan. 

Dirinya mengaku sejak dulu sering berurusan dengan preman terminal.

Ini Tips Pemudik Sepeda Motor dari Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Timur

Selain menjadi Kater perempuan satu-satunya, ia juga menjadi Penguji Kendaraan Bermotor pertama perempuan di PKB Jagakarsa.

"Pas di pindah ke Dinas Perhubungan, saya menjadi bagian dari Petugas Wanita (Gaswan). Kemudian tahun 2008-2010 pindah ke PKB Jagakarsa. Lalu 2010-2015 menjadi Kater Cililitan. Kemudian menjadi Kater Ragunan selama 8 bulan baru di sini sampai sekarang. Jadi memang sejak jadi Kater di Cililitan saya sudah berhadapan dengan preman. Badan tinggi, tubuh kekar sudah biasa saya hadapi. Sampai akhirnya preman itu jadi teman saya sekarang dan sampai saat ini juga saya masih satu-satunya Kater perempuan di DKI Jakarta," kata Ati, Selasa (28/5/2019).

Selama menghadapi preman, dirinya selalu menanamkan prinsip kebaikan. Ketika kebaikan hati digunakan, maka segalak apapun para preman pasti akan luluh juga hatinya.

"Saya tahu siapa preman berbuat ulah, saya panggil ke ruangan. Saya ajak ngobrol. Kemudian dari situ saya tahu apa masalah mereka. Saya juga sembari belajar dari mereka. Karena tidak semua tentang mereka negatif. Secara terus menerus lakukan pendekatan dan akhirnya kita sekarang menjadi teman," sambungnya.

Ibu dua anak asal Cilacap ini menceritakan jika dirinya bak lelaki akibat pengaruh lingkungan. Membaurnya dengan lingkungan sekitar membuat dirinya menjadi seorang yang tegas dan pantang menyerah.

Meskipun demikian, ia tetaplah seorang wanita yang memiliki hati keibuan. Usai memarahi para anggotanya atau pengemudi bus yang kedapatan melanggar, ia akan meminta maaf.

"Dari luar memang sudah seperti lelaki. Tapi tetap hati saya tidak tega dan iba ketika melihat orang-orang yang saya marahi ketika marah. Tapi kan mau tidak mau saya harus tegas. Jadi usai dimarahi mereka saya panggil ke ruangan kemudian saya minta maaf. Kadang sampai nangis juga. Itulah saya, kelihatannya saja seperti lelaki padahal hatinya tidak sekuat itu," ucapnya dengan mata berbinar.

Dari hasil jerih payahnya selama ini, Ati mengaku sudah mewujudkan satu per satu impiannya termasuk berkunjung ke Tanah Suci Makah.

Dirinya pun berpesan, setinggi apapun hasil yang dicapai harus selalu lihat ke bawah dan tidak boleh sombong.

Sesungguhnya apa yang ada sifatnya hanya sementara. Ia pun menjelaskan untuk saling mengayomi masyarakat menengah ke bawah termasuk kalangan preman yang memang butuh perhatian lebih dari lingkungan sekitar, agar bisa berubah menjadi orang yang baik.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved