Cerita Pedagang Asongan di Depok, Berjualan hingga Larut Malam yang Tak Jarang Sepi Pembeli
Sejak tahun 2008 silam, Marno (57) memilih bekerja sebagai pedagang asongan di sekitar kawasan Stasiun Depok Baru, Pancoran Mas, Kota Depok.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - Sejak tahun 2008 silam, Marno (57) memilih bekerja sebagai pedagang asongan di sekitar kawasan Stasiun Depok Baru, Pancoran Mas, Kota Depok.
Pekerjaan tersebut ia tekuni selepas berhenti menjadi pekerja serabutan sejak muda.
Setiap hari sejak pukul 06.00 WIB, Marno sudah disibukkan dengan mengupas buah-buahan, membungkus makanan ringan seperti kacang, tahu, telur puyuh, dan sebagainya kedalam plastik kemasan.
Bermodalkan sebatang kayu, makanan ringan yang telah dibungkus plastik ia gantungkan satu per satu di ujung batang kayu untuk dipanggul.
Langkah demi langkah, ia pun mulai menyusuri jalan dari rumahnya menuju kawasan Stasiun Depok Baru untuk berjualan.
Ditemui TribunJakarta.com, Marno menuturkan satu bungkus plastik makanan ringan dijual seharga Rp 2 ribu.
"Semuanya Rp 2 ribu, ini ada melon, telur puyuh, tahu ada cabenya juga, buah mangga," ujar Marno disekitar kawasan Stasiun Depok Baru, Jumat (21/6/2019).
• Kasus Mantan Kadis SDA DKI Dikabarkan Berhenti, Polda Metro Jaya Irit Bicara
• Seorang Pengendara Motor Tertabrak Truk di Jalan Puri Indah Kembangan
• Bukan Soal Pernikahan, Deddy Corbuzier Ceritakan Intensif Pelajari Islam 8 Bulan Terakhir
Marno mengatakan, dagangannya tak jarang sepi pembeli hingga akhirnya basi dan terpaksa harus dibuang.
"Sering enggak habis, ini aja keluar dari pukul 07.00 WIB masih banyak sudah sore gini," kata Marno.
Jika dagangannya belum tandas, Marno terpaksa berjualan sampai larut malam hingga dagangannya habis tak tersisa.
"Ya kalau engga habis dagang sampai malam aja. Malah kadang saya keluar subuh masih gelap, tapi pulangnya tetap malam juga sudah gelap lagi," pungkasnya.
Terakhir, Marno mengatakan dirinya sangat bersyukur keluarganya dapat menerima pekerjaannya saat ini.
Bahkan, anak-anak Marno tak pernah mengeluh meski Marno kerap pulang dengan penghasilan yang seadanya.
"Keluarga mah alhamdulillah engga gimana-gimana, anak juga engga pernah ngeluh sudah pada mengerti semua," pungkasnya.