Kerap Bikin Onar di Jalanan, Mantan Preman Ini Sekarang Jadi Bos Sampah, Simak Kisahnya
Nama Bokser sudah menjadi ikon di Cileunyi sebagai preman, karena kerap membuat masalah dan berurusan dengan kepolisian setempat.
TRIBUNJAKARTA.COM, BANDUNG - Dahulu, Jajang Rahmat alias Bokser (47) dikenal kerap membuat onar di jalanan dan terminal Cileunyi karena rebutan jalur atau bahkan karena masalah sepele.
Minuman dan obat-obatan seolah sudah menjadi teman dekat dalam kesehariannya dan teman-temannya.
Memiliki garis muka yang sangat keras dan memiliki tato ular-naga di bagian lengan kanannya serta tato lainnya di beberapa bagian tubuhnya.
Baca: Sederet Foto Presiden BEM UGM Obed Kresna yang Curi Perhatian di Mata Najwa, Nih Lihat
Nama Bokser sudah menjadi ikon di Cileunyi sebagai preman, karena kerap membuat masalah dan berurusan dengan kepolisian setempat.
Sudah tidak terhitung berapa kali dirinya berurusan dengan Polsek Cileunyi, saking banyaknya masalah yang dibuatnya.
Namun siapa sangka di balik semua itu, Bokser memiliki kepedulian yang sangat tinggi, terutama kepeduliannya pada sampah.
Kini, ketekunan Bokser membuatnya berhasil mengelola sampah di wilayahnya.
"Saya mah asli dari jalanan, saya asli preman. Hidup selalu berlawanan dengan hukum. Sudah enggak kehitung berapa kali saya berurusan dengan polisi," ujarnya di rumahnya di RT 2/15 Kampung Babakan Kinim, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (4/2/2018).
Bokser menuturkan dirinya mulai mengelola sampah sekitar rumahnya tersebut pada 2007 lalu atau sekitar 10 tahun lalu.
Baca: Fakta Seputar Meninggalnya Pelawak Gareng Rakasiwi, Pernah Ikut Stand Up Comedy dan Populer di Yogya
Awalnya, di sekitar bengkel kusen miliknya terdapat banyak sampah yang dibuang sembarangan baik oleh warga setempat maupun warga yang sengaja lewat, sehingga mirip seperti tempat pembuangan sampah (TPS).
"Ditambah saya hidup di jalanan (menjadi preman) banyak masalah, bisnis di bidang kayu (kusen) juga tumbang enggak ada modal. Kesana kemari akhirnya saya putuskan untuk menjadi pengelola sampah bersama istri saya," katanya.
Sampah-sampah yang dibuang di setiap sudut jembatan tol, hingga menumpuk dan menimbulkan bau yang mengganggu penciuman warga.
Bahkan sampah-sampah tersebut sampai hampir menutupi badan jalan, sehingga jalan tersebut sulit untuk dilewati.
"Pola saya awalnya karena melihat orang-orang yang enggak bisa jalan di sini. Kendaraan sampai sulit lewat karena orang buang sampah sudah kayak di TPA pakai motor asal lempar aja, sampai numpuk dan bau," tuturnya.
Menurutnya kejadian tersebut sudah bertahun-tahun tidak bisa diatasi oleh pihak pemerintahan desa.
Pemerintah setempat sempat peduli dengan mengadakan pengangkutan sekali hingga dua kali.
Namun karena terbatasnya anggran akhirnya pihak desa juga sulit mengatasi sampah tersebut.
"Awalnya kiri-kanan sampah numpuk di beberapa titik, sepanjang puluhan meter dari mulai GOR (Gedung olah raga) hingga KUA (Kantor urusan agama). Sedikit-sedikit saya tegur, saya marahin orang-orang yang asal lempar dan asal buang seenaknya," tuturnya.
Berkat kepeduliannya, Bokser mulai tergerak untuk mengelola sampah yang tertumpuk di sekitar rumah dan bengkel kayunya.
Bersama sang istri, Bokser mulai mengelola sampah-sampah tersebut, dengan cara memilah sampah orgnik dan anorganik.
Bokser dan istrinya akhirnya menerima sampah-sampah pembuangan warga, dengan ditarik tarif seikhlasnya, sesuai dengan kuantitas sampah itu sendiri.
"Niatnya karena ibadah itu dalam hati ikhlas saya mencari pekerjaan, perbuatan yang mendatangakan faedah, hikmah atau hasil berupa rezeki buat keluarga saya akhirnya saya mengelola sampah dengan istri," kata dia.
Bokser memanfaatkan sampah yang bisa didaur ulang seperti botol minuman plastik, kardus dan besi untuk dijual kembali, demi menghidupi kehidupan sehari-harinya.
Sementara sampah-sampah organik seperti daun dan sisa-sisa makanan, dia dan istrinya bakar.
"Menurut saya vonis akhir sampah itu harus dibakar, didaurulang pun pada akhirnya tetap akan rusak dan jadi sampah. Contohnya plastik-plastik makanan yang dianyam dijadikan tas kalau rusak tetap jadi sampah. Kalau dibakar nantinya hasil bakaran mau dijadikan bahan batako atau pupuk kompos itu bisa," tuturnya.
Seiring berjalannya waktu kini Bokser mulai membangun fasilitas gudang pembakaran sampah yang dibangunnya 2 tahun lalu.
Menyusul fasilitas lainnya termasuk mengkredit kendaraan kolbak untuk mengangkut sampah dari uang hasil pengelolaan sampah.
Kini Bokser juga sudah memiliki 15 karyawan yang membantu dirinya dalam menjalankan pengelolaan sampah di Cileunyi.
Para pegawainya ini dua kali seminggu menarik sampah ke rumah-rumah warga di RW 15, menggunakan mobil, becak, roda, ketika sampai di lokasi baru dipilah dipisahkan organik dan anorganik.
"Sesuai dengan kesepakatan setiap kepala keluarga ditarik biaya Rp 20 per bulan. Walaupun pada kenyataannya banyak warga yang tidak bayar atau bayar semampunya mereka," katanya.
Diakui Bokser untuk di RW 15 sendiri baru sekitar 25 persen yang membuang sampah rumah tangganya ke dirinya.
Sementara di Desa Cileunyi Kulon sendiri baru 10 persen sampah yang bisa tanggulangi.
Bokser berharap permasalahan sampah khususnya di Kecamatan Cileunyi bisa teratasi dengan baik. Bokser juga tidak segan untuk berbagi ilmu terkait pengelolaan sampah ini.
Bokser mengaku mendapat dukungan penuh dari Pemerintah setempat, karena telah membantu pemerintah dalam menanggulangi permasalahan sampah di lingkungannya.
Bahkan dalam waktu dekat di lokasi tersebut akan dibangun Pojok Edukasi Sampah yang akan dibangun oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung.
"Saya merasa senang karena apa yang saya lakukan mulai terlihat. Mulai ada perhatian dari pemerintah setempat. Saya sangat mendukung program pemerintah ini. Yang terpenting bagaimana memunculkan kesadaran masyarakat agar warga membuang sampah ke tempat yang benar," katanya.
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Bandung Asep Kusumah, didampingi Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Febi Siti Zubaedah menuturkan dalam program pengurangan sampah pihaknya akan membangun Pojok Edukasi Bersih Sampah di beberapa titik di Kabupaten Bandung. (Tribun Jabar/ Mumu Mujahidin)