Kecelakaan Maut Subang
Nenek, Budeh dan Bunda Tewas, Bagus Tampak Tegar
Tiada tangis dan air mata yang meleleh di pipi Bagus, putra Sri Martiningsih, korban meninggal dunia usai kecelakaan maut di tanjakan Emen
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Tiada tangis dan air mata yang meleleh di pipi Bagus, putra Sri Martiningsih, korban meninggal dunia usai kecelakaan maut di tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat.
Putra semata wayang Sri Martiningsih itu justru menjawab lugas saat ditemui TribunJakarta, Minggu (11/2/2018).
Saat ditemui TribunJakarta.com di Masjid RSUD Tangsel, Bagus menjelaskan ibu, beserta ke dua anggota keluarga lain telah menjadi korban meninggal dunia.
Kedua anggota keluarga lain yang turut menjadi korban meninggal dunia merupakan nenek dan budehnya.
"Aku dikabari jam setengah enam sore," kata Bagus.
Bagus menyebut dirinya tidak ikut dalam rombongan ibu dan neneknya lantaran tengah menjalani try out di sekolah.
"Biasanya dijemput bunda, tapi kemarin dijemput sama ayah" katanya.
Baca: Tak Kuat Saksikan Jenazah Ibunya Masuk Liang Lahat Kakak Beradik Ini Pingsan
Periksa Sopir
Polisi belum memeriksa Amirudin, sopir bus pariwisata nomor satu berisi rombongan peserta piknik Koperasi Simpan Pinjam Permata yang kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang, kemarin.
Ia satu dari sekian korban selamat dalam kecelakaan maut itu.
Korban selamat menuturkan, sebelum kecelakaan rombongan bus sempat berhenti untuk membeli oleh-oleh tahu susu.
"Berhenti di tahu susu pada belanja yoghurt, keripik, alpukat," ujar Musrifah, peserta piknik yang duduk di bus nomor tiga, kepada TribunJakarta.com, Minggu (11/2/2018).
Bus yang Musrifah tumpangi berada persis di belakang bus nomor satu.
"Sudah dari situ (pusat oleh-oleh, red) sopirnya gantian. Yang tadinya sopir saya (bus nomor tiga) jadi sopir nomor satu," Musrifah menambahkan.
Ia mengetahui nama sopir tersebut karena sempat dinyanyikan oleh seorang penumpang.
"Sempat dinyanyiin sama bu guru, Amirudin.. Amirudin.. gitu," kata Musrifah.
Musrifah sangat terpukul mengingat kecelakaan yang menewaskan teman-temannya itu.
Ditemui di rumah kontrakannya, sambil menyeka air matanya, Musrifah melihat teman-temannya terpental keluar jendela saat bus terguling di turunan lalu tergeletak di pinggir jalan tak bergerak.
apak ban bus pariwisata Premiun Passion yang kecelakaan di turunan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, tampak membekas dan menempel di jalan aspal sepanjang kira-kira 300 meter.
Dalam peristiwa nahas tersebut, bus lebih dulu menyenggol pengemudi motor sebelum terguling karena jalanan curam dan berbelok di Kampung Cicenang Desa Ciater Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Sebanyak 27 orang meninggal dalam kecelakaan tersebut, termasuk di dalamnya satu pengemudi motor.
Baca: Sempat Pingsan 10 Menit, Mira Tersadar Lalu Histeris Pangggil Ibunya
Pantauan Tribun Jabar di lokasi, Minggu (11/2/2018), tapak ban selebar sekira 20 sentimeter dan panjang 40 sentimeter bus terlihat tepat di depan warung-warung yang jaraknya sekitar 500 meter dari titik utama kejadian.
Polisi yang mengolah tempat kejadian perkara menandai tapak bus berwarna hitam tipis seperti bekas rem dengan garis putih.
Menurut informasi yang didapat dari lapangan, bus sempat mengerem beberapa detik sebelum menabrak pengendara sepeda motor, lalu menabrak tebing dan akhirnya terguling tepat di tikungan.
"Jejak ban ini kemungkinan bekas ban dari bus yang direm sopir. Kalau jejak ban bekas remnya tiba-tiba menebal kemudian menipis lagi, kemungkinan karena remnya tidak berfungsi dengan baik," ucap petugas dari Polres Subang, Bripka D Iskandar.
"Sempat mengerem, kecepatan berkurang, tapi karena remnya tidak terlalu berfungsi maka kecepatan bus meningkat lagi," petugas olah TKP itu menambahkan.
Hanya saja, tapak ban bekas rem terlihat satu garis saja.
Menurut petugas tapak bekas ban itu diduga berasal dari roda sebelah kanan bus. Tidak ada jejak sama di kiri atau kanan jejak ban tersebut.
Sementara jejak ban menempel di aspal paling akhir berada tepat di turunan curam.
"Kemungkinan hanya satu saja yang berfungsi. Ada bagian lain dari sistem rem mobil bus yang tidak berfungsi sehingga meski ada aktivitas pengereman yang terbukti dengan adanya jejak-jejak ban, bus tetap melaju hingga ke turunan dan menabrak di pas tikungan," dia menerangkan.
Hal itu dikuatkan dengan pengakuan sopir bus, Aminudin, kepada polisi saat pemeriksaan awal yang disampaikan Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Pol Royke Lumewa saat membantu olah TKP.
"Mereka sempat berhenti dulu di sekitar Tangkuban Perahu. Sopir sempat berkomunikasi dengan manajemen memberitahukan rem tidak berfungsi baik. Kemudian sopir memperbaiki sistem rem untuk sementara dan bus tetap jalan," ujar Royke.
Dugaan itu kembali dikuatkan pemilik warung di lokasi sebelum titik kejadian atau sebelum turunan, sekitar 300 meter dari titik lokasi bus terguling.
"Betul pak, saya sempat lihat itu bus melaju dengan cepat dengan ban kanan bus menjorok ke tengah melewati garis tidak putus. Saya tidak tahu bakal ada kejadian, tiba-tiba setelah itu ada suara benturan kencang sekali," ujar pemilik warung.