Berbagai Ucapan Warga Net untuk Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional
Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM - Hari Bahasa Ibu Internasional jatuh pada tanggal 21 Februari 2018.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ini telah ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 17 November 1999.
Untuk ikut meramaikan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, warga net beramai-ramai memposting kicauannya di Twitter.
Hingga saat ini terdapat sekitar 1.700 tweet yang meramaikan peringatan itu,pukul 12.00 WIB, Rabu (21/2/2018).
Berikut berbagai ucapan warga net dalam memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional:
1. Dapat ucapan dari sosok pakar internet Indonesia
2. Yuk sehari ngetweet pakai bahasa Jawa Banyumasan
3. Ucapan selamat pagi pakai bahasa Sunda
4. Bagi yang belum tahu arti Bahasa Ibu
5. Generasi jaman now harus baca nih
6. Perbedaan bahasa Jawa nih
7. Belajar berbagai bahasa
Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional
Peringatan pertama kali dilakukan pada 21 Februari 2000.
Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh.
Dilansir dari website Universitas Malahayati Bandar Lampung, penetapan hari tersebut diawali saat Mohammed Ali Jinnah, Gubernur Jenderal Pakistan, mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai bahasa resmi Pakistan (21/3/1948).
Warga Pakistan Timur yang merasa punya bahasa Bangla tak terima klaim itu.
Akibatnya, mahasiswa turun ke jalan untuk demonstrasi dan menelan korban (21/2/1952).
Gerakan tersebut menyebabkan pemberontakan selama bertahun-tahun.
Baca: 5 Hari Pasca Penggerebekan, Aktivitas di Rumah Elvy Sukaesih Mulai Nampak
Hingga akhirnya kemenangan berada di pihak Pakistan Timur yang berhasil memisahkan diri dan membentuk negara Bangladesh tahun 1971.
Radiqul Islam selaku kerabat korban memberikan idenya untuk diadakan Hari Bahasa Ibu Internasional pada tanggal 9 Januari 1998.
Ia menyatakan gagasan tersebut ke Sekjen PBB Kofi Anan.
Baca: Demi Menyambut Rizieq Shihab, Anggota FPI Jawa Tengah Sudah Menginap Dua Malam di Jakarta
Ia mengusulkan dekralasi Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Februari, hal itu mengacu peristiwa 21 Februari 1952.
Gagasan itu disampaikan ke UNESCO dan nyaris gagal.
Pengajuan usulan pada 16 November 1996 tak bisa diajukan karena kurang dukungan.
Keesokan harinya, usulan itu disetujui oleh 188 negara dan sejak itu tanggal 21 Februati ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Mengenal Berbagai Bahasa Daerah di Aceh
Wilayah Aceh merupakan sebuah daerah yang memiliki bahasa terbanyak di Pulau Sumatra.
Dilansir dari Serambi Indonesia, ada sepuluh bahasa yang masih digunakan oleh tiap-tiap etnis pemiliknya yaitu (1) bahasa Aceh, (2) bahasa Tamiang, (3) bahasa Gayo, (4) bahasa Alas, (5) bahasa Singkil, (6) bahasa Kluet, (7) bahasa Jamee, (8) bahasa Sigulai, (9) bahasa Devayan, (10) bahasa Haloban.
Diantara sepuluh bahasa itu, ada bahasa mayoritas yang digunakan masyarakat setempat yaitu bahasa Aceh sementara bahasa minoritas yaitu bahasa Haloban dan bahasa Kluet.
Baca: Tingkatkan Mutu Pendidikan Sekolah Islam, JSIT Gelar Musyawarah Daerah
Bahasa Aceh dianggap berkerabat dengan bahasa Campa atau termasuk rumpun Chamic yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia Barat.
Biasa digunakan etnis yang bertempat tinggal di wilayah Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, sebagian besar Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Aceh Barat Daya, sebagian wilayah Aceh Selatan dan Aceh Tamiang.
Baca: Batal Pulang, Pendukung Rizieq Shihab Kembali ke Rumah Usai Salat Zuhur
Sementara bahasa Haloban biasa dipakai warga di Desa Haloban dan Asantola, di Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Bahasa ini diduga dipengaruhi oleh bahasa Nias.
Pemerhati bahasa menyatakan bahasa ini berada di taraf krisis karena semakin kurang penuturnya.