Sepinya Pembeli, Pedagang Sampai Menginap di Lokasi  Binaan Taman Kota Intan Tidak Cukup Penghasilan

Mereka saling bercerita tentang sepinya lokbin yang menjadi tempat mereka mencari nafkah

Penulis: Novian Ardiansyah | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA/NOVIAN ARDIANSYAH
lokasi binaan (lokbin) Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Jakarta Barat 

TRIBUNJAKARTA.COM - Para pedagang yang berjualan di lokasi binaan (lokbin) Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Jakarta Barat mengeluhkan sepinya pembeli.

Saking sepinya, hampir tidak ada aktivitas jual-beli di lokbin tersebut saat TribunJakarta.com berkunjung.

Tampak para pedagang yang hanya saling mengobrol di bangku yang letaknya ada di depan kios mereka.

Mereka saling bercerita tentang sepinya lokbin yang menjadi tempat mereka mencari nafkah.

Dua di antaranya ialah Linda dan Sri.

"Setiap hari harus gali lubang tutup lubang untuk kebutuhan karena pengahasilan dari sini tidak tentu karena sepi," ujar Sri, Kamis (1/3/2018).

Perkataan Sri tersebut kemudian langsung ditanggapi oleh Linda.

"Mana ditutupnya, gali terus yang ada enggak ditutup lagi," ujar Linda.

Mereka berdua saling berkeluh kesah karena memang suasana lokbin yang lebih banyak sepinya ketimbang ramai.

Karena itu pula mereka harus pintar-pintar mengatur uang, bahkan terkadang juga harus mencari pinjaman.

Jangankan memperoleh untung banyak, ada pembeli yang datang ke lokbin saja mereka sudah bersyukur. Karena setidaknya kebutuhan untuk makan pada hari itu bisa terpenuhi.

"Boro-boro untung, kita cari untuk makan sehari-hari saja sudah susah karena tidak ada yang membeli," ujar Linda.

Linda sendiri berjualan aneka minuman di lokbin Taman Kota Intan.

"Saya masih untung jualannya minuman, satu-dua orang masih ada yang beli kopi. Kalau enggak habis barangnya masih awet. Tapi kasian teman yang lain yang jualnya makanan, kalau enggak habis itu basi dibuang," kata Linda.

Meski ia merasa lebih beruntung dari pedagang lainnya yang berjualan makanan, namun nyatanya nasib Linda juga tak kalah pahit.

Lebih kurang sudah sebulan Linda harus tinggal dan menetap di kios lokbinnya karena tak bisa bayar sewa kontrakan.

"Sekarang saya juga tinggal di sini ya. Di situ punya saya tidur di situ," ucap Linda seraya menunjukan di mana letak kios yang ia tempati.

Sebelumnya, Linda mengontrak di sekitar Jalan Tongkol, Kota Tua.

Di sana ia mengontrak dengan uang sewa yang harus dibayar per bulannya sebesar Rp 600 ribu.

"Ngontrakknya kemarin di Jalan Tongkol. Rp 600 ribu per bulan. Di Jakarta susah cari yang murah, paling kalau ada yang Rp 400 ribu tapi ya kondisinya begitu," kata Linda.

Ia pun bercerita selalu digigit oleh nyamuk setiap malamnya saat harus tidur di kios lokbin.

"Nih kaki pada begini gara-gara dinyamukin, jadi kalau ada nyamuk gigit saya pasti selalu garuk sampai luka gini," tutur Linda sambil memperlihatkan lukanya yang berada di sekitar lutut kaki kanan.

"Makanya pakai celana panjang tidurnya pakai kaos kaki," timpal Sri menanggapi keluhan Linda akan gigitan nyamuk setiap malamnya.

Menurut mereka ada beberapa faktor yang menyebabkan sepinya pembeli yang datang ke lokbin Taman Kota Intan.

Pertama itu karena lokasinya yang berada jauh dari kawasan wisata Kota Tua.

"Bagaimana orang mau pada ke sini, dari sana ke sini jauh. Katanya orang kalau jalan ke sini terus balik lagi ke Kota Tua sudah lapar lagi karena jauhnya," kata Sri.

Yang kedua, mereka juga mengeluhkan tentang keberadaan para pedagang yang masih berjualan di sekitar kawasan wisata Kota Tua.

"PKL juga masih banyak di sana jadi orang yang datang lebih pilih makan di sana, seharusnya ditertibkan," kata Sri.

Mereka berdua berharap, nantinya ke depan ada solusi yang diberikan agar banyak pembeli datang ke lokbin.

"Ya janji-janjinya saja ada omongan-omongan mau ada ini itu tapi nayatanya sampai sekarang belum ada juga," ucap Linda.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved