Susi: Jadi Menteri Sudah Luar Biasa, Ini kata Mahfud, Jimly dan Abraham Samad Jadi Cawapres Jokowi
"Itu mimpi di siang hari. Saya lulusan SMP jadi menteri saja sudah luar biasa. Masa bermimpi mau jadi cawapresnya Jokowi," kata Susi
Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM- Pemilihan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 menjadi topik yang semakin menghangat di tahun 2018.
Nama-nama yang dipandang dan dianggap layak ikut bertarung mulai meramaikan media massa dan menampakkan diri. Entah itu untuk jadi presiden atau mencoba untuk menjadi wakil presiden.
Posisi wakil presiden bukan sembarang posisi. Pengisi calon wakil presiden biasanya harus mampu mendulang suara agar lolos ke Istana Negara. Berikut adalah nama-nama beken yang disebut-sebut cocok maju menjadi wakil presiden.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti turut meramaikan nama-nama terkenal maju dalam Pilpres 2019.
Susi diusulkan menjadi pendamping Presiden Joko Widodo yang sudah dipastikan maju kembali diusung PDI Perjuangan.

Apa tanggapan Susi?
menganggap bahwa usulan dirinya menjadi calon wakil presiden pendamping Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2019 hanya sekadar wacana. Hal itu diungkapkan Susi saat menghadiri Beautyfest Asia 2018, Jumat (16/3/2018). Saat itu, moderator meminta Susi mengomentari hasil acak mesin pencari Google terhadap namanya. Muncullah kata kunci, "Susi Cawapres Jokowi".
"Itu mimpi di siang hari. Saya lulusan SMP jadi menteri saja sudah luar biasa. Masa bermimpi mau jadi cawapresnya Jokowi," kata Susi di Ciputra Artpreneur, Jumat (17/3/2018).
Susi berpendapat, menjadi calon presiden atau calon wakil presiden dalam Pemilu, seseorang perlu didukung oleh suara banyak masyarakat.
Untuk menang pun tidak mudah karena harus mengantongi jutaan suara.
Menanggapi Susi, moderator acara kemudian menyinggung banyaknya nelayan di Indonesia yang pastinya ikut mendukung Susi untuk maju.
"Ya nelayan tidak tahu berapa banyak. Ada yang mengaku-ngaku nelayan tapi bukan nelayan, yang tidak suka Menteri Susi juga ada. Kalo nelayan asli pasti suka," ucap Susi.
Nama Susi tak lepas dari bursa cawapres Jokowi. Namanya bahkan masuk dalam survei lembaga, salah satunya survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA beberapa waktu lalu.
2 Mahfud MD

Sejak dulu, nama Mahfud MD sudah sangat terkenal. Dia pernah menduduki menteri pertahanan, dan menteri hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dia sukses juga selama memimpin Mahkamah Konstitusi. Pada Pilpres tahun 2014, nama Mahfud sangat sering dibincangkan. Namun dia kemudian merapat ke pemenangan pasangan calon Prabowo Subianto dan Hatta Radasa.
Kini, nama pria asal Madura itu semakin bergaung. Dia bahkan disebut-sebut bersedia menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo.
"Soal saya karena saya katakan tidak ingin, tidak inginnya itu tidak aktif tetapi saya juga bukan tidak mau. Karena kalau tak mau itu diartikan sombong," kata Mahfud beberapa waktu lalu.
Nama Mahfud juga disebut cocok untuk mendampingi Prabowo Subianto. Namun, Mahfud kembali selalu memberikan jawaban yang multitafsir.
"Oleh sebab itu, kalau saya tidak bisa, tidak mau mengatakan bersedia atau tidak. Tetapi pada dasarnya berkali kali sudah saya katakan, saya tidak ingin aktif menanggapi itu, tidak juga tidak apa apa," tutur Mahfud saat dihubungi wartawan, Jumat (16/3/2018).
Yang pasti, menurut Mahfud, dalam membicarakan capres-cawapres, sangat bergantung kepada partai politik. Berdasarkan konstitusi, pasangan capres cawapres itu diajukan oleh partai politik peserta pemilu, baik sendirian maupun bersama sama yang mempunyai suara 20 persen.
"Kita semua harus hormati itu. Dan bagus aturan itu, karena bagaimanapun parpol itu adalah penyangga demokrasi, dan itu hak yang harus dihormati sepenuhnya," katanya.
Ia mengaku, belum ada pembicaraan formal dengan partai pengusung Joko Widodo atau Prabowo Subianto dengan dirinya terkait posisi cawapres.
Namun, ia mengaku sering bergurau dengan para petinggi parpol.
"Itu hanya bergurau saja, saling melempar bola. Misalnya, ada partai lain 'Nanti kami usung, ya' lalu kemudian 'Kamu ngusul saya, kamu minta apa?', kan itu namanya bergurau aja," kata Mahfud lagi.
Lagi pula, lanjut Mahfud, menjadi cawapres membutuhkan popularitas, elektabilitas dan logistik yang cukup.
3. Jimly Asshiddiqie

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, mengaku belum mendapatkan tawaran dari partai manapun untuk mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) maju dalam Pilpres 2019.
Jimly mengaku tidak ingin terlalu percaya diri atau gede rasa (GR) atas kabar tersebut.
Menurutnya hal tersebut masih jauh, mengingat dirinya juga tidak memiliki partai sebagai kendaraan politik.
"Belum, parpolnya saja masih sibuk masing-masing, koalisinya saja masih belum pasti, cuma tampaknya dua. Kita gak usah terlalu buru-buru, apalagi yang tidak punya partai, tidak usah GR, biasa saja," ujar Jimly di Kantor ICMI, Jln Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (16/3/2018).
Mantan Ketua DKPP tersebut menilai hingga saat ini proses untuk menentukan cawapres dari masing-masing partai politik masih sangat jauh.
Dirinya memprediksi kepastian koalisi partai untuk mendukung pasangan capres baru akan terbentuk setelah perhelatan Pilkada, Juni mendatang.
Namun mantan Ketua MK tersebut, tidak ingin menolak jika ada partai yang menyodorkannya untuk mendampingi Jokowi pada Pilpres mendatang.
"Biarin saja, itukan haknya orang-orang parpol untuk mengusung calon. Gak ada gunanya juga bersedia atau gak bersedia," tukas Jimly.
Seperti diketahui, isu mengenai maunya Jimly sebagai Cawapres Jokowi, dihembuskan oleh politikus Golkar, Priyo Budi Santoso.
Dirinya mengatakan, ada tiga figur yang cocok mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019, yakni Jimly, Mahfud MD, serta Din Syamsudin. Priyo menilai ketiganya bisa mendongkrak elektabilitas Jokowi.
4. ABRAHAM SAMAD

Bekas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengaku telah dikontak beberapa partai politik untuk dimajukan sebagai calon dalam pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024.
"Ada beberapa partai politik yang mengkontak, ada beberapa, tidak perlu saya sampaikan," ujar Samad dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (17/3/2018).
Menurut Samad, dirinya tidak akan menolak jika masyarakat memberikan amanah untuk menjadi pemimpin Indonesia, karena hal tersebut merupakan kewajiban konstitusional sebagai warga negara.
"Yang penting amanah itu bisa dipertanggung jawabkan dan demi masyarakat," papar Abraham.
Meski bersedia maju sebagai calon kontestasi Pilpres 2019, Samad memiliki sejumlah pertanyaan kepada pihak yang mendukungnya, karena bukan seorang anggota partai dan tidak memiliki modal.
"Saya bukan orang partai, dan saya bukan orang yang punya duit, apa partai itu tetap mau terus mencalonkan saya atau tidak," ucap Samad.
Sebelumnya, sejumlah lembaga survei merilis nama Abraham Samad masuk dalam bursa capres maupun cawapres 2019, mengingat nama besar yang disandang Abraham Samad cukup besar sampai gaungnya ke luar negeri sejak menjabat ketua KPK.