Dibawa ke Rumah Sakit, Uang Tukang Becak di Surabaya Mencapai Rp 48,9 Juta
"Setelah dilarikan ke rumah sakit, uangnya dibawa ke kecamatan dan diproses. Saya bilang jangan diambil dan nunggu tukang becak Pak Asnan itu sembuh,"
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNJAKARTA.COM, SURABAYA - Sudah empat hari tinggal di dalam becaknya, Asnan (72) ditemukan anggota Karang Taruna Tambaksari dalam kondisi meringkuk.
Asnan tampak lemas dan diduga sakit di atas becaknya yang terparkir di Jalan Teratai Surabaya, Jawa Timur, Kamis (22/3/2018).
Anggota Karang Taruna akhirnya meminta bantuan ke kelurahan dan satgas untuk membawa Asnan ke Rumah Sakit Dr Soetomo.
Command Center Surabaya turut menurunkan bantuan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menolong Asnan.
Usut punya usut petugas kesulitan menemukan identitas pria sepuh tersebut.

Petugas sempat memeriksa becak Asnan dan mereka terperanjat menemukan plastik hitam berisi sejumlah uang yang dilinting dengan karet gelang.
"Petugas tidak menemukan identitas dan mencari di jok becak," ujar Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun, kepada TribunJatim.com di kantornya.
"(Petugas) menemukan sekantong kresek plastik berisi duit," imbuh dia.
Awalnya petugas menduga bundelan uang tersebut bernilai Rp 15 juta, setelah dihitung barulah diketahui selama ini Asnan menyimpang Rp 48.970.000 di becaknya.
Uangnya tersebut terdiri dari pecahan Rp 2 ribu hingga Rp 100 ribu.
Pihak Kecamatan Tambaksari segera mengamankan uang tersebut, sementara Asnan menjalani pengobatan di rumah sakit.
"Setelah dilarikan ke rumah sakit, uangnya dibawa ke kecamatan dan diproses. Saya bilang jangan diambil dan nunggu tukang becak Pak Asnan itu sembuh," lanjut dia.
Selain uang, petugas juga menemukan kotak plastik serta tape recorder.

Aman di brankas
Tiga pria anggota karang taruna Kelurahan Tambaksari Surabaya mengevakuasi Asnan bersama anggota Linmas.
"Aku iso mlaku, iso mlaku (bisa jalan)," ujar Asnan seperti ditirukan Breng, anggota Karang Taruna Kelurahan Tambaksari yang ikut mengevakuasi Asnan.
Breng satu dari sekian orang yang kaget melihat buntelan uang di becak Asnan.
"Saya kaget sekali. Kalau tahu uang banyak seperti itu," tambah dia.
Menurut dia, saat dievakuasi kondisi Asnan lemas dan tampak tak terurus.
"Tidak pakai baju dan keadaan bau kencing. Saat dievakuasi posisi tidur dan kemudian jongkok kayak mau buang air kecil," kata Breng.
Sementara uang Asnan disimpan di dalam brankas Kantor Kecamatan Tambaksari Surabaya.
Hingga saat ini, petugas setempat masih menunggu pria berumur 72 tahun itu sadar.
Ngaku keluarga
Selama ini Asnan dikenal sebagai tukang becak yang pendiam dan penyendiri.
Meski telah mangkal di seputaran Jalan Teratai, Tambaksari, Surabaya, tidak banyak tukang becak lain mengenalnya.
Beberapa rekannya sesama tukang becak mengaku tidak banyak mengetahui di mana ia tinggal dan keluarganya berada.
Hal tersebut justru menjadi kekhawatiran rekan-rekannya sebab besar kemungkinan ada orang yang mengaku-aku sebagai keluarga Asnan.
"Karena dia bawa uang banyak bisa saja banyak yang ngaku sebagai keluarga, semoga saja tidak dibohongi," ungkap Rofiq, rekan Asnan sesama tukang becak.
Rofiq mengatakan, tidak ada yang menyangka ada tukang becak yang membawa uang hingga puluhan juta rupiah.

Apalagi dibawanya dalam bentuk tunai di dalam becaknya.
"Pendiam dia (Asnan), enggak semua tukang becak di sini tahu. Apalagi kalau bawa uang banyak," kata Rofiq.
Tukang becak lain saat ditanya sosok Asnan mengaku tidak mengenalnya.
Mereka mengatakan Asnan baru empat hari pindah pangkalan ke bawah pohon jati, di mana sebelumnya ia selalu berada di dekat pos karang taruna.
Naik Haji
Dalam kondisi sakit, Asnan berceracau saat ditanya Camat Tambaksari mengenai tujuannya menabung uang hingga Rp 48,9 juta di becaknya.
Laki-laki renta dan kurus itu mengaku terbiasa menyisakan uang di becaknya.
Uang tersebut didapat dari pemberian sukarela warga yang kemudian dikumpulkan dan diikat menggunakan karet gelang berwarna kuning.
Memang terlihat, pecahan seratus ribu hingga ribuan rupiah tergulung rapi.
Ia menaruh uang tersebut di dalam kantong plastik putih di bawah jok becak miliknya.
Saat ditanya, Asnan membenarkan dia menyimpan uang tersebut.
Asnan mengatakan jumlah uang tabungannya senilai Rp 9 juta.
Di luar dugaan, gulungan uang yang terkumpul itu berjumlah lima kali lipat dari yang ia sebut.
Asnan sempat berceracau saat ditanya alamat dan untuk apa uang sebanyak itu.
"Dia jawab hanya dikumpulkan. Jadi hanya ingin ngumpulin uang itu. Ditanya untuk haji, dia jawab ia," beber Ridwan.
Zaman Belanda
Asnan masih dirawat di Ruang Palem I lantai 3 RS Dr Soetomo.
Menurut petugas kesehatan yang berjaga di ruang tempat perawatan, kakek tersebut diduga mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC dan masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut.
Sampai pukul 14.30 WIB, Asnan nampak masih beristirahat, ia tertidur lelap dan berselimut sarung berwarna hitam dan infus terpasang di tangan kanannya.
Sempat terbangun karena sarungnya harus diganti, Asnan sempat bercerita maksudnya mengumpulkan uang di bawah jok becaknya.
"Duite ngge dodol rokok teng pojokan (Uangnya untuk jual rokok di pojokan)," ujar Asnan dengan terbata-bata dan suara tidak begitu jelas.
Ia juga mengatakan, "neng wetane warung Suwaji."
Saat ditanya maksud yang diucapkannya, Asnan nampak linglung.
Asnan mengaku sudah lama menjadi tukang becak.
"Mulai zaman londo, anak kulo kaleh bojone sampun sedo di Sumobito, Jombang (anak saya sama istrinya sudah meninggal di Sumobito, Jombang)," ucapnya sambil terbaring di tempat tidur.
Asnan hanya mengingat uangnya sebanyak sembilan juta rupiah yang dibawa petugas berbaju merah.
"Dadi pelayan kirim-kirim dokumen, barang, duit teng bank daerah Gubeng," ujar dia.