Serba-serbi Pengemudi Eks Uber, Dari Abadikan Jaket Oranye Hingga Konvoi ke Gang-gang

Pengemudi eks Uber harus melepas jaket dan helm mereka, cerita menyentuh pun keluar.

Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Suci Febriastuti
Pengemudi eks Uber mengantre untuk menjadi mitra Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Novian, Satrio dan Pebby

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBON JERUK - Adakalanya kita sudah nyaman bekerja di satu tempat tapi perusahaan justru gulung tikar dan menutup operasinya di Indonesia.

Mau tak mau, harus ada tempat baru yang dituju sebagai tempat kerjad, begitulah yang dirasakan Deni dan Supriyadi.

Hengkangnya Uber dari Asia Tenggara membuat mantan mitranya ini bergabung dengan kompetitor, Gojek.

Mereka berdua baru saja selesai mendaftar di salah satu kantor cabang Gojek di Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (8/4/2018).

Usai mendaftar mereka berdua terlihat menenteng jaket hijau khas Gojek yang masih terbungkus plastik.

Jaket diabadikan

Pengemudi eks Uber mengantre untuk menjadi mitra Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI
Pengemudi eks Uber mengantre untuk menjadi mitra Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI (TribunJakarta.com/Suci Febriastuti)

Pantauan TribunJakarta.com, tak hanya sekedar menenteng, mereka berdua langsung mengenakan jaket barunya.

Sebelumnya, mereka berdua juga membuka jaket oranye khas Uber terlebih dahulu.

"Iya langsung dipakai ini, biar hijau-hijau kayak bunglon," canda Deni.

Sementara itu Supriyadi mengatakan, warna jaket yang hijau cukup bagus dan pas saat dikenakan.

Meski begitu, mereka berdua mengaku berat untuk untuk mempensiunkan jaket Uber oranye.

"Sebenarnya sayang juga Uber kenapa harus berhenti, padahal sudah enak kita di Uber. Jaketnya sendiri paling nanti disimpan saja digantung di lemari," terang Deni diamini Supriyadi.

Deni dan Supriyadi sudah sekitar satu tahun bergabung menjadi pengemudi Uber.

Ketika Uber sudah tidak beroperasi lagi mereka harus rela menjadi pengemudi di perusahaan transportasi daring lainnya.

Namun peralihan menjadi pengemudi Gojek tersebut tak bisa langsung terlaksana.

Mereka harus menunggu sampai sekitar tiga hari kemudian sampai akun Gojek miliknya aktif.

Konvoi perpisahan

Pengemudi eks Uber, Ahmad, saat menunggu antrean untuk menjadi mitra Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Pengemudi eks Uber, Ahmad, saat menunggu antrean untuk menjadi mitra Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Lain lagi cerita Ahmad yang kini bergabung dengan Gojek.

Pengemudi eks Uber ini ikut mengantre untuk mengaktifkan kembali akun yang telah terdaftar dan menukar jaket atau helm hijau Gojek yang baru.

"Ini mau nuker jaket dan helm buat narik nanti. Dapet giliran yang kloter dua, siang. Yang pagi udah selesai tadi,"ujar Ahmad kepada TribunJakarta.com pada Senin (9/4/2018).

Ia sebenarnya warga Jakarta Timur yang hendak mengambil atribut barunya di Cilandak, Jakarta Selatan, lantaran sudah tutup.

"Hari ini terakhir pembukaan pendaftaran Gojek dari Uber. Saya daftar di Jatiwaringin sekarang sudah tutup. Yang pendaftaran wilayah lain kemarin udah tutup," terang Ahmad.

Ahmad mengungkapkan tak sulit kala mendaftarkan diri di sana.

"Enggak sulit hanya serahkan fotokopi KTP, SIM, STNK kemudian difoto memakai jaket Gojek untuk data diri. Tunggu akun aktif kemudian bisa langsung narik," papar dia.

Menjelang Uber benar-benar hengkang dari jalanan ibu kota, Ahmad beserta rekan sejawatnya di jalanan melakukan konvoi terakhir untuk mengucapkan salam perpisahan.

"Saya kebetulan korwil di Jakarta Utara, jadi saya sama rekan-rekan konvoi ke keliling wilayah Utara. Mulai dari Semper, Kemayoran, Sunter baliknya Semper lagi," ungkap dia.

Sementara itu, ia dan yang lainnya tidak berkonvoi di jalanan besar melainkan berkeiling menelusuri gang-gang sempit.

"Kita enggak ke jalanan besar tapi ke gang-gang kecil mengucapkan selamat tinggal ke customer karena mereka sebagian besar tinggal di daerah sana. Kita enggak ke wilayah Bogor. Tujuan konvoi sebenarnya itu mengucapkan perpisahan," ujar Ahmad.

Saat ditanya mengenai perasaannya saat harus berpindah menuju Gojek, ia pun merasa sangat sedih.

"Sedih banget pas denger kabar Uber mau enggak ada. Enggak bisa tidur. Sudah kayak mau pakai pita kuning saja saya," ungkap Ahmad.

Namun, ia tetap bersyukur bisa berpindah dari Uber ke Gojek lantaran menurutnya lebih baik.

"Kayaknya lebih enak di Gojek. Gojek kan karya anak bangsa. Keluh kesahnya driver pasti didengar," sambung dia.

Jadi tahu jalan

Melanie, pengemudi eks Uber yang baru bergabung secara resmi dengan Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Kamis (9/4/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Melanie, pengemudi eks Uber yang baru bergabung secara resmi dengan Gojek di Cilandak KKO, Jakarta Selatan, Kamis (9/4/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Kehadiran Uber hingga hengkangnya akhir Maret 2018, meninggalkan pengalaman berharga bagi Melanie, warga Cilincing, Jakarta Utara.

Ibu dua orang ini menjadi tulang punggung keluarga semenjak suaminya meninggal.

"Selepas suami meninggal saya berjuang sendiri banting tulang untuk hidupi dua anak saya yang masih kecil. Mungkin kalau tidak ada suami, saya tidak bekerja hanya di rumah," ungkap Melanie kepada TribunJakarta.com pada Senin (9/4/2018).

Ia sempat bekerja di sebuah perkantoran namun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.

"Saya sempat mundur dari perkantoran, kemudian saya dipertemukan sama Uber melalui teman saya. Saya lihat enak sekali dulu bisa dapet Rp 100 ribu sehari kemudian nambah 200 ribu sehari. Jadi saya gabung," ungkap dia.

Berkat jasa Uberlah ia mengetahui seluk beluk jalanan ibukota, tak hanya Jakarta Utara tapi juga Jakarta Selatan.

"Dulu di perkantoran kan rutenya itu itu terus. Ya kita enggak tahu jalan. Semenjak gabung Uber saya jadi tahu banyak jalan. Sampai ke Tendean ya daerah selatan saya jabanin," ungkap dia seraya tertawa.

Bagi para pengendara ojek daring yang baru ingin mendaftar, pendaftaran mitra baru Gojek belum dibuka.

"Belum dibuka untuk yang baru. Ini masih proses pedaftaran perpindahan dari Uber ke Gojek. Tapi ini pun di Cilandak KKO sudah hari terakhir enggak bisa untuk umum," Melanie menambahkan.

Melanie datang jauh dari Cilincing menuju pendaftaran Gojek yang bertempat di Cilandak KKO Jakarta Selatan untuk mengaktifkan ulang akunnya.

"Saya aktifkan kembali akun saya yang sudah terdaftar. Ini udah selesai tadi. Baru aja daftar udah banyak panggilan masuk ke hape saya," tutup dia tersenyum.

Gojek-Grab terdampak

Setelah Uber diakuisisi Grab, beberapa pengemudi mitra mulai mengeluhkan pendapatannya berkurang.

Sejumlah pengemudi Grab mengaku lebih sulit mendapatkan pesanan semenjak Uber bergabung Grab diikuti para pengemudinya.

"Drivernya lebih banyak mbak, jadi susah ambil orderan," ungkap Edi, pengemudi Grab kepada TribunJakarta.com di Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (8/4/2018).

Jauh sebelum Grab mengakuisisi Uber, Edi lebih mudah mendapat penumpang.

Baca: Beralih ke Lain Hati, Begini Cerita Pengemudi Eks Uber Tentang Jaket Oranyenya

Menyiasati keadaan sekarang ini, Edi memilih tempat yang lebih sesuai dengan tingkat ramainya orang tapi pendapatannya selama ini belum tercukupi.

"Karena baru jadi belum terlalu mencolok. Tapi kalau bisa sudah cukup (pengemudi), jangan terus ditambah lagi. Karena sudah banyak banget malah di setiap gang sudah ada" Edi menambahkan.

Edi bersama beberapa mitra Grab lainnya berharap kepada pengelola Grab untuk memberi kebijakan lebih baik.

"Kayak argo dinaikkan biar semua driver lebih semangat," sambung dia.

Nasrun, pengemudi Gojek, mengatakan banyaknya jumlah pengemudi saat ini justru membuatnya sulit mendapat orderan.

"Iya mba, jadi susah karena banyak banget yang mau ngambil, aturan jatah kita eh malah keambil sama orang," keluh Nasrun kepada TribunJakarta.com pada Minggu (8/4/2018).

Nasrun mengatakan hal tersebut berpengaruh terjadap penghasilannya.

"Ya pastinya kurang (pendapatan), bonus juga susah jadinya mba," ungkap Nasrun.

Pengemudi lainnya, Hendro yang sudah satu setengah tahun menjadi pengemudi ojek daring mengeluhkan hal sama.

"Ya saya ngerasainlah. Dulu pendapatan lumayan sekarang-sekarang agak menurun," jawab Hendro.

Namun Hendro pun memahami kondisi ekonomi di Indonesia yang semakin lama ia rasakan semakin sulit.

"Yah tapi bagaimana sama-sama cari duit, Indonesia masih banyak yang miskin. Sama-sama orang kecil saling pengertianlah," ujar dia ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved