Berburu Mainan Setengah Harga di Pasar Gembrong Jatinegara
"Mainan di sini harganya bisa lebih murah setengahnya daripada di mal-mal. Jenisnya banyak pula, tinggal pilih saja sesuai."
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Soal mainan anak, Pasar Gembrong Jatinegara adalah surganya.
Pasar yang terletak di Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur sudah sejak tahun 2000-an dipenuhi oleh pedagang mainan.
"Abis tahun 2000-an mulain banyak pedagang mainan di sini. Dulunya sebenarnya pasar bahan pokok biasa," kata Andi, seorang pedagang di Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (15/4/2018).
Pasar Gembrong sendiri menawarkan berbagai mainan untuk segala umur dengan harga yang murah dan terjangkau, ketimbang di pusat perbelanjaan besar.
Di sana terdapat mainan anak laki-laki, maupun perempuan baik modern atau tradisional.

"Mainan di sini harganya bisa lebih murah setengahnya daripada di mal-mal. Jenisnya banyak pula, tinggal pilih saja sesuai yang dimau," ujar Junaedi, pedagang mainan Pasar Gembrong.
Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com, harga mainan yang dijual di Pasar Gembrong berkisar mulai harga Rp 5 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung jenis mainan yang dibeli.
Pembeli pun dapat menawar kepada pembeli jika harga mainan yang ditawarkan terlalu mahal.
Harga yang murah memang menjadi satu diantara alasan mengapa banyak orang memilih untuk membelikan buah hatinya mainan di sana.
Satu diantaranya adalah Pambudi, yang ingin membelikan mainan anak laki-lakinya.
"Lagi cari mobil remote control buat anak di rumah. Beli di sini harga lebih murah, pilihannya juga banyak. Ke sini cuma bawa uang Rp 250 ribu, tapi dapat ini mainan udah dua," ujar Pambudi.
Kebanyakan mainan yang dijajakan di sini berbahan plastik dan karet sehingga terjamin keamanannya untuk digunakan oleh kalangan anak-anak.
Pasar ini buka mulai jam 08.00 WIB sampai jam 20.00 WIB dan pada momen liburan panjang, biasanya pedagang kaki lima (PKL) hingga tumpah ke ruas jalanan.