Kisah Alvin Si Bocah KRL, Diongkosi Rp 4 Ribu untuk Bersekolah dari Parung Panjang ke Kebon Kacang
Seorang bocah berusia delapan tahun mendadak viral karena seorang diri berangkat sekolah dari Parung Panjang, Kabupaten Bogor ke Jakarta.
Penulis: Suci Febriastuti | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Suci Febriastuti
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Seorang bocah berusia delapan tahun mendadak viral karena seorang diri berangkat sekolah dari Parung Panjang, Kabupaten Bogor ke Jakarta.
Alviansyah begitu nama bocah itu menuju ke sekolah setiap hari menggunakan Kereta Rel Listrik Commuter Line.
Di Jakarta, Alfvin, biasa disapa, tercatat sebagai siswa kelas 2 SD Negeri Kebon Kacang 02 Petang, Jakarta Pusat.
Ongkos Rp 4 Ribu
Lasmawati (38) menceritakan anaknya itu saban hari hanya meminta uang sebesar Rp 4.000 untuk ongkos perjalanan menggunakan KRL Commuter Line.
"Dia anaknya baik, dia ngerti kalau orang tuanya enggak ada uang. Makanya dia minta Rp 4.000 doang. Itu cuma buat naik kereta. Kalau pulangnya dia dikasih uang sama saudaranya yang di Jakarta," cerita Lasmawati, Rabu (24/4/2018).
Ia juga mengungkapkan Alvin tidak pernah meminta uang untuk jajan.
Ketika berangkat sekolah Alvin berjalan kaki selama 30 menit menuju Stasiun Parung Panjang.
Wanita yang biasa dipanggil Lasma ini menceritakan Alvin kerap mendapatkan bantuan dari penumpang kereta.
"Iya dia (Alvin) pernah dikasih orang Rp 100 ribu. Pulang-pulang dia kasih ke saya semuanya. Dia cuma minta Rp 4.000, sisanya kata Alvin buat beli beras," ungkap dia.
Selama berangkat dan pulang sendiri, Lasma pun sempat khawatir karena Alvin selalu tiba dirumah pada pukul 21.00 WIB.
Namun, setelah melihat keberanian putranya, ia mempersilakan Alvin pergi sendiri ke sekolah.
"Khawatir karena dia sekolah dari jam 13.00 WIB sampai 17.00 WIB. Terus kalau sampai rumah bisa jam 21.00 WIB, takut kenapa-kenapa," ujarnya.

Kepada TribunJakarta.com Alvin mengaku tidak pernah merasa takut ataupun lelah.
"Enggak (takut dan lelah), sudah biasa," kata Alvin saat ditemui di Rumah Susun Benhil 2, Jakarta Pusat.
Ia juga mengatakan kerap kali mendapat tumpangan dari orang-orang sekitar ketika melihatnya berjalan sendirian.
Selama tujuh bulan Alvin berangkat dan pulang sekolah sendiri.
Saat ini Alvin dan keluarga sudah pindah ke Jakarta. Ia pindah ke Rusun Benhil 2 atas bantuan dari Yayasan Cinta NKRI.
Lokasi rumahnya juga dekat dengan sekolah, hanya butuh satu kali perjalanan menggunakan angkot.
Dilansir Kompas.com, rusun tempat keluarga Alvin terdiri dari satu ruang tamu, yang juga dijadikan kamar tidur.
Kemudian terdapat masing-masing sebuah kamar mandi dan tempat menjemur.
Perabot rumah tangga pun sudah cukup lengkap ditambah beberapa barang bantuan.
Di rusun ini, Alvin tinggal bersama ayahnya Rahmat (55), kakaknya Renaldi Ilham (14), dua orang adiknya Alif Farhan Rahma (3,5) dan Asyifa Zahra Rahma yang masih berusia 8 bulan, termasuk ibunya.
Sebenarnya, Alvin sekeluarga pernah tinggal di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Namun, karena ayah Alvin yang bekerja serabutan sebagai sopir tidak kunjung mendapat kerja selama berbulan-bulan, mereka akhirnya terpaksa pindah.
Mereka menumpang di rumah saudara, di Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat.
"Saya sebenarnya lebih senang tinggal sendiri. Enggak apa-apa ngontrak tempat kecil, tapi tidak ngerepotin orang. Tapi kondisinya lagi susah," ujar Lasma.
Jadi Berkah
Perjuangan Alvin jadi berkah Viralnya perjuangan bocah kelas 2 SD itu menempuh perjalanan sekolah yang jauh, membawa berkah bagi keluarga.
Yayasan Cinta NKRI juga memberikan bantuan untuk kedua orangtua Alvin.
Ibu Alvin diberikan bantuan membuka warung camilan di rusun.
Sementara ayahnya, mendapat bantuan sepeda motor untuk bekerja sebagai pengendara ojek online.
Ayah Alvin masih dalam proses mengurus surat-surat berkendara.
"Alhamdulillah, ini semua berkat Alvin," kata Lasma.
Lasma bersyukur karena di Jakarta kini dia bisa bekerja mencari nafkah.
Sebelumnya, saat masih di Parung, dia tidak memiliki pekerjaan.
"Kalau di sini (Jakarta) tuh enak. Dapat kerja bisa datang dari mana aja. Karena sudah terbiasa," tambahnya.
Dari rusunnya yang sekarang, ia kini sudah bisa lebih dekat untuk berangkat sekolah.
Saat ini, Alvin hanya butuh waktu 30 menit ke sekolah dengan satu kali naik angkutan kota.
Sempat Putus Sekolah
Lasma menceritakan, sebelumnya ia dan bersama kelima anaknya tinggal di kosan anaknya secara gratis.
Sementara itu suaminya sedang berada di Kalimantan.
Ia mendapat kabar bahwa suaminya tidak dapat mengirimkan uang lantaran sudah tidak bekerja.
"Ya sudah pas suami saya dapat kerjaan pasang bata saya suruh uangnya dikumpulin buat balik (ke Jakarta)," ujar Lasma.
Karena tidak enak dengan pemilik kos, Lasma bersama keluarga memutuskan untuk menempati rumah kontrakan di Kota Bambu, Palmerah, Jakarta Barat.
Namun ia tidak dapat membayar uang sewa selama dua bulan dan pindah ke rumah kakaknya yang ada di Parung Panjang.
"Ya sudah daripada saya diusir, saya lebih baik pindah ke tempat kakak saya di Parung Panjang," ungkap dia.
Ketika pindah di sana, Alvin sempat putus sekolah karena jarak antara rumah dan sekolah yang jauh.
Melihat saudaranya yang tak bersekolah, Alvin meminta kepada ibunya untuk kembali bersekolah.
Setelah dua hari antarjemput, Alvin meminta izin untuk berangkat sendiri.
"Dua hari saya antar dia. Terus dia bilang dia mau berangkat sendiri. Mungkin karena dia lihat saya bawa adiknya yang masih kecil. Dia bilang mama di rumah saja sama adik," ungkapnya.
Viral
Kisah Alvin ini awalnya diviralkan oleh Caroline Ferry seperti dilansir Kompas.com.
Dia sering bertemu Alvin di Stasiun Tanah Abang, tetapi awalnya tidak tahu kalau Alvin berangkat seorang diri.
Sampai akhirnya Caroline berkesempatan mengobrol dengan Alvin. Dia pun kaget begitu mendengar perjuangan Alvin.
Pernah, dia sengaja mengikuti Alvin pulang sampai ke rumahnya.
Dia ikut berjalan kaki dari Stasiun Parung Panjang.
"Jalanannya kalau buat anak kecil dan dewasa bahaya ya, karena gelap. Jalanan berlubang, melewati sawah juga," kata Caroline.
Bahkan mereka sempat bertemu ular sawah.
Caroline yang kaget melihat ular itu semakin kaget karena Alvin justru bereaksi biasa saja, seolah sudah biasa melihat itu.
Tidak hanya perjuangannya, sifat Alvin pun membuat Caroline kagum.
Alvin tidak segan memberi tempat duduk untuk ibu-ibu di kereta.
Meskipun dia sendiri juga lelah karena setiap hari harus menempuh perjalanan jauh.
Caroline melihat Alvin sebagai sosok yang berbakti kepada orangtua.
Setiap punya uang, Alvin tidak menggunakannya untuk membeli makanan.
"Dia kalau dikasih duit enggak pernah dipakai buat jajan. Dia kasih ibunya buat beli beras," ujar Caroline.
Sosok Alvin bisa menjadi contoh bagi anak-anak lain. Betapa semangat dan kerasnya perjuangan Alvin untuk menuntut ilmu.
Semua itu Alvin lakukan setiap hari tanpa pernah mengeluh.