Kisah Idrus Pensiunan Kasudin Damkar Jakarta Pusat Melawan Api Selama 30 Tahun
Paguyuban Werdatama acapkali mengadakan perkumpulan bagi pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ilusi Insiroh
Bukan hal itu saja, ia juga harus mengutamakan kemana angin berhembus.
"Prioritas juga kemana anginnya itu ke arah mana. Harus pintar baca arah mata angin," ujarnya.
Belum lagi jika kala memadamkan jilatan api yang menjalar membutuhkan air yang sangat banyak.
"Kalau kebakaran besar, kita panggil mobil cadangan untuk ngisi air. Satu mobil damkar berisi 4000 liter air dan akan habis cuma hanya 4 menit saja," ungkapnya.
Bahkan Idrus pun acapkali mendapatkan komentar yang pedas dari warga sekitar.
"Kalau diumpat sering sekali kalau kita gagal madamkan api. Yang rumahnya habis biasanya kecut kalau melihat kita. Gara gara kamu rumah saya engga bisa diselamatin," katanya.
Baca: PN Jaktim Ganti Hakim Kepala dalam Kasus Ijazah Palsu STT Setia
Ia pun sering memadakam api di bilangan pemukiman padat penduduk di Jakarta Pusat.
"Memadakan api yang sulit di daerah Tanah Tinggi, Johar Baru dan sekita Senen. Itu warga saling konflik. Bahkan pernah mau madamkan api dilarang sama warga gang lain karena sedang berantem," terangnya.
Selain itu, tak sedikit rekan-rekabnya yang terenggut nyawanya demi menyelamatkan kobaran api di permukiman warga.
"Waktu itu di gang Jamblang, Jembatan Lima, Jakarta Barat. Kebakaran kampung. Api sudah meluas. Yang berangkat anak anak baru diangkat dan dididik. Dua orang tertimpa bangunan kemudian tewas di lokasi," kenangnya.
Menjadi pelayan masyarakat di bidang pemadam kebakaran telah kenyang ia lalui hingga mengakhiri masa baktinya di penghujung tahun 2006.
"Saya memutuskan pensiun setelah sekian lama menjabat Kasudin Jakarta Pusat. Saya meniti karir dari petugas biasa hingga sekarang. Yang terpenting kuncinya mau bekerja mau melayani masyarakat, berani engga berani hadapi. Tahu celahnya," tukasnya.