Rocky Gerung: Tewasnya 2 Bocah di Acara Bagi Sembako Bukan Hanya Tragedi, Tapi Komedi Pemerintah

Karena sebetulnya anak itu tidak tewas karena antre di Monas, tapi tewas karena porsi negara yang tidak memihak pada orang miskin," tambahnya.

Penulis: rohmana kurniandari | Editor: rohmana kurniandari
Capture YouTube
Rocky Gerung 

TRIBUNJAKARTA.COM - Rocky Gerung turut memberikan pendapatnya perihal insiden di Monas, Gambir, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Dikabarkan sebelumnya, dua bocah tewas usai menghadiri acara pembagian sembako yang digelar Forum Untukmu Indonesia itu.

Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Jerry Siagian mengatakan, pihaknya telah memiliki berkas rekam medis dari dokter RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.

Jerry menerangkan, dari hasil pemeriksaan RSUD Tarakan, penyebab korban meninggal dunia karena mengalami sengatan panas yang bersuhu tinggi atau heat stroke.

Terutama saat mengantre pembagian sembako.

Karena mengalami hate stroke, korban pun tak bisa bernapas dan tewas.

Menanggapi insiden tersebut, Rocky Gerung menyampaikan pendapatnya saat menghadiri acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu oleh Karni Ilyas, Selasa (8/5/2018).

Malam itu, ILC mengusung tema "Tragedi Monas di balik ikhlasnya ibu korban".

Baca: Sule Dikabarkan Digugat Cerai Istri, Begini Terawangan Mbah Mijan

Awalnya, Rocky menyinggung istilah yang disebutkan Karni Ilyas.

"Buat orang miskin, hidup itu adalah tragedi, buat yang berkuasa, hidup adalah komedi," ungkap Rocky Gerung.

Selanjutnya, ia mendiskripsikan tentang Monas, tempat di mana pembagian sembako itu digelar.

"Di tahun politik ini, Monas menyerap seluruh keluh kesah publik," katanya.

Ia menyebut bahwa Monas merupakan ruang publik yang lengkap.

Bahkan, Rocky mengungkapkan insiden di Monas beberapa waktu lalu terdapat nuansa politik.

"Yang terjadi di Monas kemarin adalah tampilan politiknya terlalu terlihat," ujar Rocky Gerung.

"Saya melihat itu bukan sekedar tragedi, tapi komedi dari pemerintah.

Kenapa jadi komedi? karena sebetulnya anak itu tidak tewas karena antre di Monas, tapi tewas karena porsi negara yang tidak memihak pada orang miskin," tambahnya.

Rocky pun menyinggung pemerintah yang menurutnya tidak mengerti arti kemiskinan.

"Kalau misalnya pemerintah mengerti apa artinya kemiskinan dan secara langsung mendatangi pusat kemiskinan, maka nggak ada orang yang akan datang ke Monas," kata Rocky.

Tak hanya itu, ia juga membandingkan antara pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kelihatannya pemerintah pak Jokowi tidak ingin meniru apa yang dilakukan oleh SBY. Bagi-bagi aja cash di situ, blt (bantuan langsung tunai)," ungkapnya.

Tiba-tiba Karni Ilyas memotong argumen Rocky.

"Ini swasta loh, bukan pemerintah loh," kata Karni Ilyas.

Menurut Rocky, keadaan makro politik ekonomi di Negeri inilah yang menyebabkan tewasnya anak tersebut.

"Iya jelas. Jadi yang saya mau terangkan adalah keadaan makro politik ekonomi kita menyebabkan ada yang tewas di Monas.

Setiap kematian warga negara di ruang publik itu harus kita hubungkan dengan gagalnya kebijakan publik," ujarnya.

Menurutnya, persoalan itu bisa jadi debat politik.

"Jadi mulai dari sekarang mesti kita siapkan biar kita tidak sekedar menganggap itu kematian karena soal panas," imbuhnya. (TribunJakarta.com/Rohmana Kurniandari)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved