Teroris Sengaja Cari Calon Pengantin yang Pandai Agar Gampang Dicuci Otak

"Kenapa? Karena proses brain washing kan harus diajak diskusi, nah yang suka diskusi ini biasanya adalah anak-anak unggulan,"

Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA SAKTI
Penjagaan ketat dilakukan di tempat kejadian perkara (TKP) baku tembak antara terduga teroris dan Densus 88 di Jalan Sikatan 1, Manukan, Surabaya, Selasa (15/5/2018). 

Stadium satu terang Faiz dimulai dari seseorang mempercayai bahwa kepercayaan yang benar adalah 'golongan saya', selain itu salah. Di sana mulai ada dikotomi antara golongan kami dan mereka.

Stadium dua, mereka mulai menganggap bahwa sistem negara tidak benar. Saat itu keyakinan ini hanya ada di dalam hati saja, tidak pakai kekerasan. Misalnya HTI dan teman-temannya, semua mulai dari gerakan di bawag tanah.

Stadium tiga, mulai mengjmpat atau menggunakan kekerasan verbal untuk mengungkapkan ketidakkesukaanya.

Terkahir stadium empat, mereka mulai kekerasan fisik.

Proses evolusi itu lanjut Faiz terjadi tanpa mereka sadari.

"Tapi ada juga yang jangankan 1 tahun 2 tahun, sehari juga ada. Ali Imron pernah diwawancara oleh Wahid Fondation dia mengataian bahwa 'beri saya anak yang ghiroh Islamnya sedang tinggi-tingginya, dalam waktu 24 jam dia bisa jadi pengantin'. Syaratnya satu itu, ghiroh islam yang sangat tinggi, misalnya mantan preman baru sadar, punya dendam banyak lainnya," terang Faiz. (Pipit Maulidiya).

Berita ini telah tayang di TribunJatim dengan judul: Kebanyakan Teroris Dikenal Pandai, Ternyata Bagian dari Tujuan Brain Washing

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved