Bandel, Soesilo Toer Kerap Dapat Perlakuan Kasar Pramoedya Ananta Toer, Begini Ceritanya

Menurut Soes, sang kakak kerap melakukan riset dan kajian mendalam untuk menghasilkan karya-karyanya, termasuk novel "Bumi Manusia‎".‎

KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO
Soesilo Toer saat ditemui Kompas.com di rumahnya di Jalan Sumbawa Nomor 40, Kelurahan Jetis, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (31/5/2018) sore. 

TRIBUNJAKARTA.COM, BLORA - Bagi Soesilo Toer, Pramoedya Ananta Toer merupakan patron.

Soes, sapaan akrabnya, mengenang kakaknya sebagai ‎sosok yang idealis dan pemberani.

Pram, lanjut dia, adalah sosok pejuang Indonesia yang bercita-cita tinggi untuk kejayaan nusa dan bangsanya.

"Apa yang dilakukan Pram ‎membuktikan betapa besar cintanya kepada Tanah Air dan bangsanya. Betapa tinggi rasa solidaritasnya kepada sesama umat yang tertindas. Hati nuraninya terpanggil demi kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan. Kondisi Indonesia saat itu bagi Pram merupakan kenyataan hidup yang pahit dan menyakitkan.‎ Bangsa besar yang kacau dengan kekayaan alam yang besar, namun impor," kata Soes ketika berbincang di rumahnya di Blora, Jawa Tengah.

Baca: KAI Bagikan Takjil dan Makan Sahur Bagi Penumpang KA Hingga H-1 Lebaran

Melalui tulisan, lanjut Soes, Pram bertarung melawan pusaran sejarah karena dia tidak mau dilindas sejarah. Pram berjuang melawan ketidakadilan. ‎

"‎Pram tidak mau menjadi gabus yang dipermainkan ombak di tengah samudera sejarah dan setelah itu takluk terempas menjadi sampah di pantai. P‎ram adalah sejarah yang selalu bertabrakan muka dengan sejarah resmi yang dibuat negara," katanya.‎

Soes juga menyebut Pramoedya sebagai sosok yang perfeksionis dalam menelurkan karya tulis.‎

Menurut Soes, sang kakak kerap melakukan riset dan kajian mendalam untuk menghasilkan karya-karyanya, termasuk novel "Bumi Manusia‎".‎

"Bumi Manusia‎ adalah sejarah. Kisah nasionalis di masa kolonial Belanda. Jadi jangan sembrono menginterpretasikan novel karya Mas Pram ini. Harus dikaji lebih dalam. Jangan asal membaca, perlu dipahami," ungkap Soes.

Baca: Soesilo Toer, Tak Banyak Tahu Adik Pramoedya Ananta Toer Ini Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung

Sebagai saudara tertua, Pram menjadi pengganti orangtua yang sangat berjasa‎ besar bagi perjalanan hidup Soes.

Soes ditinggalkan ibundanya sejak berumur 4 tahun.

Menyusul kemudian ayahnya juga berpulang.

Sejak SMP, Soes ikut Pram ke Jakarta.

Dari situlah banyak kenangan yang sulit terlupakan bagi Soes.

Pram, lanjut Soes, berwatak keras seperti ayahnya yang seorang guru itu.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved