Dangdut Masih Dianggap Norak? Inul Daratista: Anda Kurang Piknik
Pedangdut kondang Inul Daratista (39) buka suara terkait stigma negatif masyarakat terhadap aliran musik dangdut.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Erlina F Santika
TRIBUNJAKARTA.COM - Pedangdut kondang Inul Daratista (39) buka suara terkait stigma negatif masyarakat terhadap aliran musik dangdut.
Melalui akun Instagramnya, Minggu (24/6/2018), Ratu Goyang Ngebor ini pun berkomentar dan sangat menyesalkan.
"Dangdut itu katanya kampungan, norak, nggak berkelas, bahkan ada segelintir orang masih gengsi bersentuhan dengan dangdut," tulis ibu satu anak ini.
Ia menjelaskan baginya dangdut merupakan musik khas Indonesia yang tak akan hilang ditelan zaman.
"Aku bisa seperti sekarang ini juga dari dangdut. Terbukti acara apapun bisa diterima," sambung Inul.

Ia beranggapan lagu apapun bisa dikombinasikan dengan dangdut.
Bahkan, acara besar pun kerap menggunakan musik dangdut untuk menghidupkan acara.
"Lagu apapun bisa kita mainkan dengan pindah aliran jadi dangdut, bahkan acara besarpun nek gak ono (jika tak ada) dangdut napas kehebohan dan keelitan acara (jadi) hambar," tulis istri Adam Suseno ini.
Lebih lanjut, ia menyebut pihak yang beranggapan dangdut itu tidak bagus hanyalah orang yang kurang piknik.
"Sooo, masih dibilang dangdut nggak keren??!! Anda kurang piknik shayyyy, pilkada seantero jagat yang dipake artis dangdut semua. Dari yang senior junior, kelas kampung sampai kelas kakap, keluar kandang semua," papar Inul.

Terkait kesan negatif yang ditimbulkan akibat goyangan erotis penyanyinya, Inul menjelaskan itu kembali ke urusan masing-masing dan tergantung selera penikmatnya.
"Soal ada pelakunya yang goyange ini dan itu ya nggak apalah pribadi masing-masing. Soal pedangdut yang brukut dan seksoi (seksi) semua bervariasi, tergantung selera penikmatnya," beber Inul.
"Emangnya musik genre lain nggak sama?? Sama saja, justru karena dangdut itu sepecta (spektakuler), jadi sorotannya lebih tajam dari sebilah pisau saudara-saudara," lanjut Inul.
Di sisi lain, ia mengungkapkan, musik dangdut mampu meningkatkan taraf hidup beberapa orang, terutama bagi penyanyinya.
Ia mencatat honorarium pedangdut untuk menyanyi di satu panggung bisa mencapai Rp 50-200 juta.
"Terbukti dimana-mana pedangdut taraf ekonominya bisa keangkat. Ojo ngejek dangdut yoo, elek-elek saya yakin mereka punya duit akeh, wong sekelas artis zaman now yang lagi hits aja sekali job bisa 200 juta lebih sekali manggung. Ono sing kelas jawa timuran wis sekali job iso 50jt yang VCD dan lagu-lagunya ngetop. Nek sehari 3 tempat kan monggo hitung sendiri, pasti sugihlah.
(Jangan ngejek dangdut ya, jelek-jelek saya yakin mereka punya duit banyak, orang sekelas artis zaman now yang lagi hits aja sekali menyanyi bisa Rp 200 juta lebih sekali manggung. Ada yang sekelas jawa timuran sekali manggung bisa 50 juta yang VCD dan lagu-lagunya ngetop. Kalau sehari 3 tempat kan silakan hitung sendiri, pasti kaya lah)," tulis Inul menjelaskan.
Ia menekankan sampai kapanpun dangdut tidak akan mati sampai generasi selanjutnya.
"Dangdut nggak akan mati sampai generasi yang tumbuh dan berkembang seperti bunga melati tetap akan wangi. Terbukti acara tv dangdut masih banyak peminatnya yesss," tulis perempuan kelahiran Pasuruan ini.
Inul menambahkan, kreativitas dalam mengolah musik dangdut dibutuhkan agar dangdut semakin berkelas dan berjaya suatu saat nanti.
"Kreativitas untuk bikin dangdut dengan banyak varian rasa dalam musiknya akan membuat dangdut makin berkelas, berjaya seiring waktu," tutup Inul.