Adian Napitupulu: Tidak Tepat Nilai Tukar Dollar Sekarang Disamakan dengan Kegentingan Ekonomi 1998
"Jika di konversi dengan Dollar maka dari tahun 2014 hingga 2018 UMR naik 26% dari 200 USD menjadi 253 USD," bebernya
TRIBUNJAKARTA.COM- Beberapa waktu terakhir banyak orang membandingkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar sudah menyamai kegentingan seperti 20 tahun lalu menjelang reformasi.
Mereka mengidentikan situasi ekonomi yang sama darurat nya dengan situasi di jelang kejatuhan Soeharto.
Anggota DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan Adian Napitupulu memiliki pendapat tersendiri. Adian mengajak membandingkan data antara Dollar, UMR dan harga beras.
Menurut Adian, di akhir Agustus 1997 berada di kisaran 1 USD senilai Rp 2.500,-. Sementara pada saat yang sama, UMR (Upah Minumum Regional) DKI di tetapkan Rp 172.500 per bulan atau sekitar 69 USD per bulan.
Dalam waktu tidak lebih dari 10 bulan dari jelang akhir Agustus 1997 hingga rentang Januari - Juli 1998 nilai tukar Dollar merayap naik lalu melonjak mendekati Rp 16,800.
Di saat Dollar menyentuh Rp 16.800 itu UMR DKI ada di angka Rp 192.000 per bulan atau satu bulan UMR setara dengan 11,4 USD.
Dari 1997 ke 1998 kenaikan UMR hanya Rp 20.000 atau sekitar 13% sementara kenaikan nilai Dollar mencapai 600%.
"Berdasar data itu maka turunnya daya beli masyarakat saat jelang Reformasi memang sangat tajam. UMR 1997 yang setara dengan 69 USD di tahun 1998 terjun bebas menjadi setara dengan 11,4 USD. Situasi ini di sisi lain juga membuat banyak perusahaan yang gulung tikar diikuti PHK massal," kata Adian dalam keterangannya, Kamis (20/7/2018).
Dibandingkan saat Pemerintahan Jokowi, lanjut dia, Oktober 2014 nilai tukar Dollar berada di kisaran Rp 12.200. Pada saat yang sama UMR DKI berada di angka Rp 2.441.000 per bulan.
"Artinya di bulan Oktober 2014 UMR DKI setara dengan 200 USD," kata dia.
Hari ini Juli 2018 nilai tukar Dollar ada di kisaran Rp 14.400,- sementara UMR DKI Rp 3.648.000 per bulan atau setara dengan 253 USD.
Dari Oktober 2014 hingga Juli 2018 Dollar merayap naik Rp 2.200 atau sekitar 18% sementara kenaikan UMR DKI dari Rp 2.441.000 menjadi Rp 3.648.000 atau naik sekitar Rp 1.200.000,- yaitu sekitar 49% dari Oktober 2014.
Perbandingan kurs Dollar dengan UMR saat ini menunjukan bahwa naik nya kurs Dollar sebesar 18% tidak berdampak pada daya beli seperti pada situasi Mei - Juli 1998 dikarenakan pada kurun waktu yang sama saat ini UMR justeru mengalami kenaikan 49%.
"Jika di konversi dengan Dollar maka dari tahun 2014 hingga 2018 UMR naik 26% dari 200 USD menjadi 253 USD," bebernya.
Jika di bandingkan dengan nilai tukar Dollar dan UMR pada Mei - Juli 1998, Adian mengatakan situasi tersebut jauh berbeda karena UMR Mei - Juli 1998 setara dengan 11,4 USD.
Sementara dengan nilai tukar Dollar hari ini UMR setara dengan 253 Dollar. Kata Adian, itu menandakan daya beli Rakyat jika menggunakan UMR sebagai alat ukur justeru lebih besar 23 kali lipat dari Mei - Juli 1998.
Adian melanjutkan, jika dibandingkan kemampuan Rakyat membeli beras tahun 1998 dan saat ini maka kemampuan membeli beras naik dari 69 kg menjadi 384 kg per bulan atau naik sekitar 315 kg lebih banyak per bulan. Peningkatan ini hampir 6 kali lipat dari tahun 1998.
"Dari perbandingan perbandingan tersebut di atas maka tentu tidak tepat jika nilai tukar Dollar hari ini yang berada di kisaran Rp 14.400 di samakan dengan kegentingan ekonomi yang sama dengan tahun 1998," kata dia.