PD PAL Jaya: Limbah di Kali Item Berasal dari Pasar Kemayoran dan Pasar Serdang
Limbah dari kedua pasar tersebut didominasi limbah basah yang dihasilkan dari hewan potong.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Sejak 11 Juli, Pemprov DKI Jakarta menugaskan PD PAL Jaya mengelola limbah pasar yang dibuang ke Kali Sentiong atau biasa disebut Kali Item.
Itu adalah sebuah upaya yang dilakukan Pemprov dalam menangani masalah bau di Kali Item demi kenyamanan dan keindahan kawasan sekitar Wisma Atlet Kemayoran.
• Tanggapan Warga Soal Pelican Crossing Pengganti JPO Bundaran HI
Manajer Operasi dan Pemeliharaan PD PAL Jaya Ahadiat menjelaskan, ada dua pasar yang menjadi penghasil limbah utama di sekitar Kali Item, yakni Pasar Serdang dan Pasar Kemayoran. Limbah dari kedua pasar tersebut didominasi limbah basah yang dihasilkan dari hewan potong.
Ahadiat menjelaskan, pengelolaan dilakukan PD PAL Jaya dengan mencegah limbah yang disalurkan dari drainase masing-masing pasar untuk tidak masuk ke aliran Kali Sentiong.
Dari drainase, limbah disedot menggunakan truk penampungan limbah untuk dibawa ke Instalasi Pengolah Limbah dan Tinja (IPLT) milik PD PAL di Duri Kosambi, Jakarta Barat.
• SBY Serahkan Kepada Prabowo Terkait Posisi Cawapres
Pengelolaan limbah itu dilakukan setiap hari sejak 11 Juli. Per harinya, empat unit truk penampungan limbah disiagakan.
"Pasar itu punya limbah basah yang berasal dari cucian daging, ikan, bahkan jeroan hewan masuk ke saluran drainase. Nah dari saluran drainase itu dia masuk lagi ke saluran Kali Sentiong ini, kita cegat dengan mengambil dari saluran drainase itu sebelum masuk ke Kali Sentiong," jelas Ahadiat, Senin (30/7/2018), di Rumah Pompa Sunter Selatan, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ahadiat menyebut, pengelolaan lebih mudah diawasi di Pasar Kemayoran daripada Pasar Serdang.
Sebab, Pasar Kemayoran sudah memiliki penampungan limbah tersendiri yang memudahkan petugas PD PAL Jaya memastikan agar limbah tidak lolos dan akhirnya masuk ke kali.
Berbeda dengan Pasar Serdang yang belum memiliki penampungan limbah tersendiri. Alhasil, limbah dari Pasar Serdang masih ada saja yang bisa mengalir langsung ke kali.
"Ada yang lolos lah, karena kan continue pembuangannya. Cuman kita meminimalisir lah. Cuman memang dari Pasar Kemayoran itu kan mereka ditampung dulu," kata Ahadiat.
Ahadiat menambahkan, dalam sehari, masing-masing pasar bisa menghasilkan 8 meter kubik limbah basah per harinya.
Jumlah tersebut diangkut menggunakan empat truk penampungan limbah yang satu truknya bernilai sewa Rp 400 ribu.
"Satu tangki (truk) aja minimal Rp 400 ribu lah. Itu satu rit. Satu hari bisa empat tangki lah," kata Ahadiat.