Kisah Yuliana, Pelajar SMA yang Juara Dunia Pencak Silat, Hanya Dapat Piala, Piagam dan Medali

"Miris bagi saya nasibnya Yuliana. Saya bangga padanya, kalau dilihat kondisi kehidupan Yuliana, tak jauh berbeda dengan Zohri,” tambah dia

Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
KOMPAS.com/Fitri Rachmawati
Yuliana (17), atlet Indonesia yang menjadi juara dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat Junior di Thailand pada April 2018, tengah berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) NTB di Lapangan Lawata, Kota Mataram 

TRIBUNJAKARTA.COM, MATARAM- Senin sore itu, sejumlah atlet pencak silat berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nusa Tenggara Barat.

Tiga pelatih menggembleng mereka dengan tangkas, salah satunya Maryati, pesilat andalan NTB yang pernah menjadi juara dunia mengharumkan nama Indonesia dalam Kejuaraan Dunia pencak silat di Bali, 2016 silam.

Salah satu atlet yang tengah berlatih adalah Yuliana (Yuli), atlet asal Dusun Trajon, Desa Montong Are, Kecamatan kediri, Lombok Barat. Dia adalah salah satu pesilat didikan PPLP yang nyaris tak terdengar namanya, namun prestasinya telah mendunia.

Saat ini, Yuliana yang masih berusia 17 tahun dan duduk di kelas 2 SMA. Dia adalah juara dunia Pencak Silat Junior 2018 di Songkhla, Thailand, pada bulan April lalu.

"Juara dunia yang mengibarkan bendera Merah Putih itu kan Yuliana dulu, baru Zohri. Hebatnya dia, dia tak banyak menuntut. Dia selalu mengatakan rezeki tidak akan tertukar," kata Salabi, Pelatih PPLP khusus Pencak Silat pada Kompas.com, Senin (23/7/2018).

Yuliana (17), atlet Indonesia yang menjadi juara dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat Junior di Thailand pada April 2018, tengah berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) NTB di Lapangan Lawata, Kota Mataram.(Kompas.com/Fitri Rachmawati) ()
Yuliana (17), atlet Indonesia yang menjadi juara dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat Junior di Thailand pada April 2018, tengah berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) NTB di Lapangan Lawata, Kota Mataram.(Kompas.com/Fitri Rachmawati) () ()

"Miris bagi saya nasibnya Yuliana. Saya bangga padanya, kalau dilihat kondisi kehidupan Yuliana, tak jauh berbeda dengan Zohri,” tambah dia.

Salabi sesekali memberi instruksi saat Yuli tengah berlatih dengan Maryati dan Herman. Kaki kanan dan kiri Yuli begitu keras menendang samsak, alat bantu olahraga fighting.

Dengan lihai dia melakukan tendangan memutar hingga mengunci. Demi Merah Putih Salabi mengatakan bahwa Yuli adalah atlet yang cerdas, kemauannya tinggi dan cepat menangkap.

“Pada event-event yang levelnya tingkat nasional dia tak perlu seorang pendamping. Jadi bisa membaca permainan lawan. Dia sangat cepat dan itu yang membuat dia bisa berhasil dan sangat disiplin,” ungkap sang pelatih.

Usai latihan, Yuli istirahat sejenak. Dengan ramah, putri sulung dari almarhum Sahdi dan Sumaini ini menjawab pertanyaan di sela istirahat.

“Saya ini sangat termotivasi dengan Mbak Maryati, sang juara dunia, pesilat kebangggan NTB, yang selalu menang di PON, SEA Games. Saya ingin seperti dia, bisa kibarkan Merah Putih di negara orang. Saya ingin rasakan itu dan tercapai di Thailand. Saya sangat bangga dan senang sekali,” kata Yuli sambil mengepalkan tangannya ke dada. 
Ditanya apa yang dibawanya pulang dari Thailand, sinar matanya tetap menyala.

“Saya bawa piala, piagam dan medali, itu saja," ungkapnya.

“Tidak ada,” jawabnya lagi sambil tersenyum ketika ditanya apakah membawa uang sebagai hadiah.

Tekuni Pencak Silat Karena Trauma Dikeroyok Kakak Kelas

Ketertarikan Yuliana menekuni olahraga pencak silat, bagi Yuliana, berawal dari trauma. Atlet asal Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ( NTB), ini dulu kerap dikejar dan dikeroyok kakak kelasnya sewaktu masih duduk di tingkat sekolah dasar (SD).

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved