Pilpres 2019

Curhat Mahfud: Diberitahu Berangkat dari Gedung Joang 45 Naik Sepeda Motor Bersama Jokowi

Tak hanya itu, dirinya juga diminta untuk menyiapkan baju yang sesuai dengan model baju Jokowi.

Editor: Erik Sinaga
Mahfud MD, Jokowi, Maruf Amin(KOMPAS.com) 

TRIBUNJAKARTA.COM- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD akhirnya buka-bukaan menceritakan fakta-fakta rahasia di balik batalnya dirinya menjadi pendamping  Jokowi di Pilpres 2019.

Mahfud MD secara terbuka membeber intrik politik, hingga  Jokowi memutuskan Ketua MUI Maruf Amin sebagai bacawapresnya di Indonesian Lawyer Club (ILC) yang disiarkan secara live di satu TV swasta, Selasa (14/8/2018) malam.

Hampir semua narasumber yang hadir baik dari kubu Koalisi Indonesia Kerja pengusung Jokowi Maruf maupun Koalisi Indonesia Bangkit pengusung Prabowo Sandiaga tertegun mendengar pengakuan Mahfud MD.

Dalam ILC yang tajuk,Kejutan Cawapres: Antara Mahar Politik dan PHP, Mahfud secara terbuka menyebut nama Maruf Amin dan Said Aqil Sirajd di balik intrik tersebut.

Saat namanya menguat mendampingi Jokowi, tiba-tiba muncul suara-suara dari PBNU yang mengancam akan meninggalkan Jokowi. 

Mahfud juga menyebut nama Muhaimin juga terlibat dalam intrik politik tersebut.

Bahkan ia menyebut siap dipertemukan atau dikonfrontir dengan nama yang disebutnya.

Sebelumnya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU) Said Aqil Siradj tetap mengisyaratkan kadernya untuk menjadi calon pendamping Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Saat ditemui usai mengisi ceramah tablig akbar dan deklarasi damai di Lapangan Karangpawitan, Karawang, Kamis (8/8/2018), Said Aqil mengisyaratkan ketidaksetujuannya jika Mahfud MD dipilih menjadi cawapres Jokowi

"Karena beliau enggak pernah di NU ya, masuk kultural NU. Di IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) enggak pernah," ujarnya seperti dilansir kompas.com, 9 Agustus 2018.

Said Aqil justru mengisyaratkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin atau Romahurmuziy alias Romy yang pernah aktif di badan otonom NU. 

"Beda dengan Muhaimin ketua PMII dan Romy pernah di PMII," katanya.

Meski demikian, ia membantah bahwa PBNU tidak mengizinkan Mahfud MD menjadi cawapres Jokowi.

Hanya saja, ia menawarkan kepada Jokowi kader-kader NU untuk menjadi cawapresnya.

"Diambil alhamdulillah, tidak ya enggak apa-apa. Siapa bilang (tidak mengizinkan)," katanya.

Sebelum membongkar intrik politik untuk mendongkelnya, awalnya Mahfud MD menceritakan kronologi dirinya didepak jadi pendamping Jokowi.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengungkapkan kronologi saat proses pemilihan calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. 

"Jadi begini ceritanya, pada tanggal 1 Agustus jam 23.00 WIB, saya diundang oleh Mensesneg Pratikno di rumahnya. Saya diberitahu 'Pak Mahfud sekarang pilihan sudah mengerucut ke bapak harap bersiap-siap nanti pada saatnya akan diumumkan, syarat-syarat yang diperlukan segera mulai di siapkan tidak harus lengkap, yang penting ada dulu'," kata Mahfud MD.

Seminggu kemudian, kata Mahfud MD, dirinya diundang kembali oleh Pratikno.

"Diberitahu, 'besok akan diumumkan detail sudah diputuskan sudah disiapkan upacaranya nanti berangkat dari Gedung Joang 45 naik sepeda motor bersama Pak Jokowi. Pak Mahfud bonceng Pak Jokowi yang di depan," ujar Mahfud.

"Terus saya bilang kenapa tidak naik sama-sama aja? Saya satu, Pak Jokowi satu, 'nanti tidak bagus tuh kalau Pak Mahfud belok kiri, Pak Jokowi belok kanan, dipotret sama wartawan jelek', jadi sudah detail," ungkapnya menambahkan.

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan jika pada Kamis (9/8/2018) pagi dirinya diminta untuk membawa curriculum vitae (CV) untuk keperluan deklarasi cawapres.

Tak hanya itu, dirinya juga diminta untuk menyiapkan baju yang sesuai dengan model baju Jokowi.

"Kemudian saya antarkan CV, sambil menunggu duduk di ruang sebelah. Begitu akan deklarasi akan tampil tinggal nyebrang, saya datang, baju putih itu bukan seragamnya," jelas Mahfud.

''Kemudian seperti, yang terjadi akhirnya diumumkan Kyai Ma'ruf Amin, kenapa itu berubah, itu sudah ada analis-analis di depan, bukan saya. Saya diburu wartawan ya ndak apa-apa, saya menerima sebagai realitas politik," imbuh dia.

Mahfud MD mengaku sudah tiga kali menolak jabatan yang ditawarkan Jokowi mulai dari Menkopolhukam, Jaksa Agung hingga komisaris utama BUMN.

Mahfud menolak lantaran merasa tidak ikut berkeringat membantu Jokowi di Pilpres 2014. Bahkan, Mahfud menjadi ketua tim pemenangan kubu lawan, Prabowo Subianto.

Tawaran menjadi Menko Polhukam diterima Mahfud tahun 2015. Ketika itu Jokowi merencanakan reshuffle jilid I. Luhut Binsar Pandjaitan yang merupakan salah seorang kepercayaan Jokowi menyampaikan kepada Mahfud bahwa Jokowi sudah oke posisi Menko Polhukam diisi dirinya.

"Pak Mahfud, Pak Jokowi menghargai profesionalitas," kata Mahfud menirukan ucapan Luhut, menjawab alasan tak bisa masuk kabinet karena pernah bekerja keras memuluskan Prabowo jadi presiden.

Tawaran menjadi komisaris utama juga disampaikan Luhut. Tawaran ini ditolak Mahfud dengan alasan profesionalitas.

"Saya sampaikan saya ini ahli hukum, nggak ngerti (ekonomi)," kata Mahfud. 

Soal tawaran menjadi Jaksa Agung, Mahfud menyebut disampaikan Luhut Panjaitan dan Menseneg Pratikno. Mahfud tak mengiyakan dengan alasan yang sama ketika dijanjikan menjadi Menko Polhukam.

"Saya usul Busro Muqodas dan Bambang Widjojanto (mantan pimpinan KPK)," kata dia.

Mahfud mengatakan berbagai tawaran tersebut ditolak lantaran dirinya punya etika politik. Satu-satunya tawaran yang diterima Mahfud dari Jokowi adalah aktif di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Konsep badan ini sejak awal digarap Mahfud bersama Yudi Latif.

Ini rekaman videonya:

Sebelumnya setelah terlempar dari bursa bakal calon wapres Jokowi, melalui akun media sosial miliknya, twitter dan instagram, Mahfud MD  cukup menjelaskan banyak hal terkait penetapan keputusan Jokowi menunjuk Ma'ruf Amin sebagai cawapres.

Dalam penjelasannya terungkap, Mahfud MD mengakui sudah bertemu langsung dengan Jokowi pascadeklarasi.

Mahfud MD mengaku bisa menerima keputusan Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin sebagai bakal calon wapresnya.

Berikut unggahan lengkap pernyataan Mahfud MD di akun media sosialnya.

Ia bahkan mengungkapkan, ada ribuan pesan lewat SMS, WhatsApp, dan media sosial lainnya yang diterima Mahfud.

"Sy minta maaf dan berterimakasih kpd masyarakat yang mengirim pesan/pertanyaan dan simpati kpd sy terkait keputusan Pak Jkw memilih KH Makroef Amin sbg cawapresnya. Ada ribuan WA, SMS, Twitter, dll. Sy minta maaf krn sy hanya bs membaca tanpa bs menjawab 1 persatu," tulis Mahfud.

Mahfud menjelaskan, keputusan Jokowi merupakan realitas politik yang tak terhindarkan. Ia tak kecewa dengan putusan tersebut. Ia memaklumi pilihan Jokowi.

"Sy memaklumi pilihan itu sulit dihindarkan. Sy bilang, Pak Jkw tak perlu metass bersalah. Itu hak beliau utk memutuskan yg terbaik," tulisnya.

Yang terpenting, kata dia, Indonesia harus dirawat dengan baik. Keberlangsungan Indonesia jauh lebih penting dari sekadar namanya dan Ma'ruf Amin.

"Scr agama, sy dkk sdh berusaha tapi Tuhan jua yg menentukan. Tidak ada daya atau hal yg bs diberdayakan tanpa izin Allah," tulis dia.

Mahfud menilai keputusan Jokowi sudah sesuai dengan hak dan mekanisme konstitusional. Ia meminta seluruh pihak menerima itu sebagai kesadaran konstitusional.

"Mari kita terus dgn rumah NKRI. NKRI adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kita bangsa Indonesia. Ikuti trs pros2 konstitusional yg berlaku,"tulisnya.

   

Melansir Kompas.com, sebelum penetapan nama Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, Mahfud MD mengaku sudah diminta untuk bersiap.

"Saya tidak kecewa, kaget saja, karena sudah diminta mempersiapkan diri, bahkan sudah agak detail," kata Mahfud, Kamis (9/8/2018) sore.

Setelah diminta mempersiapkan diri, Mahfud MD bahkan sempat menunggu di restoran yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Namun, setelah menunggu cukup lama, Mahfud memutuskan untuk pulang.

Meski begitu, Mahfud menilai bahwa hal yang dialaminya sebagai peristiwa politik biasa.

"Biasa di dalam politik, itu tidak apa-apa," ujarnya.

"Kita harus lebih mengutamakan keselamatan negara ini daripada sekadar nama Mahfud, nama Ma'ruf Amin," ucap Mahfud.

Melansir Kompas.com, sebelum penetapan nama Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, Mahfud MD mengaku sudah diminta untuk bersiap.

"Saya tidak kecewa, kaget saja, karena sudah diminta mempersiapkan diri, bahkan sudah agak detail," kata Mahfud, Kamis (9/8/2018) sore.

Setelah diminta mempersiapkan diri, Mahfud MD bahkan sempat menunggu di restoran yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Namun, setelah menunggu cukup lama, Mahfud memutuskan untuk pulang.

Meski begitu, Mahfud menilai bahwa hal yang dialaminya sebagai peristiwa politik biasa.

"Biasa di dalam politik, itu tidak apa-apa," ujarnya.

"Kita harus lebih mengutamakan keselamatan negara ini daripada sekadar nama Mahfud, nama Ma'ruf Amin," ucap Mahfud.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Mahfud MD Bongkar Intrik Politik yang Menggagalkan Dirinya Mendampingi Jokowi di Pilpres 2019

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved