Yenny Wahid Semprot Suhud Alynudin Soal Politisasi SARA Hingga Minta PKS Tanggung Jawab
Terlepas dari tokoh di balik Jokowi, Ferdinand mengaku akan terus mendukung poros perubahan, Koalisi Gerindra-Demokrat-PAN-PKS.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Kurniawati Hasjanah
Berbeda dengan Prabowo yang sebelumnya ramai diisukan berpasangan dengan dua tokoh ulama, yakni Ustaz Abdul Somad dan Habib Salim Segaf Al Jufri.
Namun demi keutuhan bangsa, Prabowo justru memilih Sandiaga Salahudin Uno, seorang pengusaha yang nasionalis.
"Dengan memilih Maaruf Amin, jelas sudah bahwa Jokowi bawa2 politik identitas, politik agama dan mengabaikan nasib bangsa dari resiko konflik horizontal. Meski itu hak konstitusional, tapi arahnya jelas, politisasi agama. Prabowo yg slm ini tertuduh, ternyata memilih nasionalis," jelasnya.
Terlepas dari tokoh di balik Jokowi, Ferdinand mengaku akan terus mendukung poros perubahan, Koalisi Gerindra-Demokrat-PAN-PKS. Keputusannya telah bulat.
"Saya akan selalu menjadi pendukung poros perubahan ke arah perbaikan dan tidak akan pernah menjadi pendukung status quo yang merusak. Terlepas itu dari suapa orangnya. Tapi itu prinsip..!!," jelasnya.
"Secara pribadi, saya ucapkan Selamat kepada @prabowo dan @sandiuno atas deklarasi capres cawapres malam ini. Saya secara pribadi akan berdiri bersama Bapak berdua menyusuri jalan perubahan ini..!! Salam hormat utk bang @ZUL_Hasan dan @msi_sohibuliman," tuturnya.
Waspadai Politik Identitas
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan jika politik identitas tidak diwaspadai, maka hal tersebut bisa merusak persatuan bangsa.
Terlebih dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang.
Hal tersebut disampaikan Wiranto saat memberikan sambutan kunci dalam Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Wawasan Kebangsaan dengan tema 'Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda Guna Menghadapi Ancaman Radikalisme di Era Global' di Universitas Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (4/8/2019).
“Kalau kita tidak waspada, kita bisa terseret dalam arus politik identitas dan itu bagian dari ancaman bagi persatuan kita sebagai bangsa,” ujar Wiranto.
Wiranto mengimbau agar tidak ada lagi adu fitnah, adu cacian, adu membuka aib masing-masing, karena hal tersebut tidak baik.
“Tapi kita harus adu kualitas, adu kemampuan untuk memahami masalah bangsa dan pemecahannya bagaimana,” katanya.