Asian Games 2018

Pernah Raih 3 Medali Emas di Asian Games, Kakek Ini Tak Punya BPJS hingga Terpaksa Jual Rumah

Namun, kondisi itu berbanding terbalik dengan apa yan dialami oleh para atlet dulu. Seperti nasib seorang atlet sepeda bernama Hendra Gunawan.

Kompas.Com
Mantan pembalap sepeda, Hendra Gunawan alias Hendrik Brocks (77) memperlihatkan tiga mendali emas yang diperolehnya pada Asian Games 1962 Jakarta di rumahnya di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (29/8/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Selain rasa bangga, para atlet tanah air yang berprestasi di Asian games 2018 harus berbahagia karena akan menerima hadiah dari pemerintah.

Nilai bonus yang dijanjikan pun tak tanggung-tanggung, bahkan menyentuh angka miliaran rupiah.

Namun, kondisi itu berbanding terbalik dengan apa yan dialami oleh para atlet dulu.

Seperti nasib seorang atlet sepeda bernama Hendra Gunawan alias Hendrik Brock (77).

Pria berdarah campuran Jawa-Jerman ini kini hidup serba pas-pasan di kampung halamannya di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Padahal di masa mudanya, Hendrik meraih 3 medali emas di ajang Asian Games.

Dia juga dijuluki Macan Asia karena disegani lawan bertandingnya.

Berikut fakta-fakta soal kondisi Hendrik Brock, si Macan Asia yang kini hidup sederhana, dirangkum dari Kompas.com.

1. Raih 3 Medali Emas

Pria kelahiran Sukabumi, 27 Maret 1941 ini merupakan atlet Indonesia yang paling banyak meraih medali emas pada Asian Games 1962 di Jakarta.

Tiga medali emas dari nomor team time trail 100 km, individu open road race 190 km, dan team open road race 190 km.

Tak hanya di ajang Asian Games, hendrik juga berprestasi di ajang Ganefo, Olimpiade di era 1960 hingga 1980-an.

Setelah itu, Hendrik juga sempat menjadi pelatih bagi para pebalap sepeda nasional Indonesia.

Jelang Closing Ceremony Asian Games 2018, Layar Nobar Disiapkan Bagi Pengunjung Festival

2. Jual Rumah

Menpora yang kala itu dijabat Adhyaksa Dault akhirnya memberikan rumah untuk Hendrik pada tahun 2007.

Rumah hadiah tersebut terpaksa dijual untuk memperbaiki rumah warisan keluarganya yang dia tempati hingga sekarang.

Rumah warisan keluarganya tersebut sudah rapuh da nyaris ambruk.

"Ini rumahnya sebenarnya sudah roboh dan baru direhab. Alhamdulillah tahun 2007 Pak Adhyaksa Dault memberikan sebuah rumah di perumahan. Namun selama 10 tahun tidak boleh dijual, akhirnya belum lama ini dijual dan uangnya dipakai untuk rehab rumah ini," katanya dia.

Pemburu Maskot Asian Games Rela Mengantre Sejak Pagi

3. Janji Pensiun Tak Ditepati Pemerintah

Segudang prestasi milik Hendrik saat itu memang membuat pemerintah pusat menjanjikan dana pensiun. 

Menurutnya, saat itu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Periode 2004-2009, Adhyaksa Dault yang menyampaikan terkait dana pensiun itu.

"Pak Adhyaksa waktu beliau menjadi Menpora menjanjikan mengusahakan pemerintah akan memberikan pensiun bagi peraih medali emas olimpiade dan Asian Games. Namun sampai sekarang nggak ada realisasinya," tutur Hendrik.

"Padahal kalau melihat jumlah atlet yang mendapat medali emas dari Olimpiade dan Asian Games tidak banyak," sambungnya.

Akan Tampil Spesial di Closing Ceremony Asian Games, JFlow Persiapkan Diri dengan Jogging

4. Tak Punya BPJS

Usia yang semakin menua membuat kondisi kesehatan Hendrik menurun.

Ia divonis dokter menderita glukoma, sehingga kemampuan penglihatannya menurun.

ia pun harus menggunakan tongkat untuk membantu dirinya berjalan.

Karena penyakit glukomanya itu, ia sudah menjalani 2 kali operasi.

Dirinya juga tak memiliki kartu BPJS.

Untungnya biaya operasi kala itu masih ditanggung oleh Pemkab Sukabumi.

"Nggak pegang kartu (BPJS), justru gak masuk. Kalau biaya operasi saat itu sih biayanya masih ada dari Pemkab Sukabumi. Karena saat itu melatih tim sepeda balap Kabupaten Sukabumi," tambahnya.

Jelang Penutupan Asian Games 2018, Pengunjung Kecewa Antre Berjam-jam untuk Masuk Toko Suvenir

5. Andalkan Keluarga

Selama ini, Hendrik sedikit banyak bergantung pada keluarga besarnya.

Dikdik Firmansyah, salah satu keponakan Hendrik, mengatakan, selama ini keluarga besar turut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari Hendrik. 
"Kalau untuk makan sehari-hari ada dari keluarga besar,"kata Dikdik.

Menurut dia, sang paman sebenarnya tak ingin merepotkan keluarga besar.

Bahkan Hendrik rela menjual rumahnya menjadi tiga bagian, salah satu bagian dijual kepada keluarga namun dibayar secara mencicil.

"Berikutnya satu bagian rumahnya kembali dilepas atau dijual ke keluarga saya, namun pembayarannya dicicil. Maksudnya dicicil, pembayarannya itu sesuai kebutuhan Uwa (paman)," kata Dikdik.

(Kompas.com/Michael Hangga Wismabrata)

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Nasib Peraih 3 Medali Emas di Asian Games, Terpaksa Jual Rumah Hingga Tak Punya BPJS

Penulis: Yudhi Maulana Aditama

Editor: Yudhi Maulana Aditama 

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved