Pileg 2019
3 Alasan Elektabilitas Partai Politik Berubah Jelang Pemilu 2019 Versi LSI Denny JA
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menjelaskan tiga alasan berubahnya elektabikitas sejumlah partai politik jelang Pemilihan Legislatif 2019.
Penulis: Nawir Arsyad Akbar | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nawir Arsyad Akbar
TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menjelaskan tiga alasan berubahnya elektabikitas sejumlah partai politik jelang Pemilihan Legislatif 2019.
Ketiga alasan tersebut disampaikan peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, dalam presentasinya di Graha Dua Rajawali, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (12/9/2018).
"Pertama, Pilpres dan Pileg serentak menguntungkan partai utama yang punya capres. Artinya pemilih akan memilih partai politik dan capres di waktu bersamaan ketika di TPS," ujar Adjie Alfaraby.
Alasan pertama tersebut mengacu pada hasil survei LSI Denny JA yang menempatkan partai politik pengusung calon presiden, yaitu PDI Perjuangan dan Partai Gerindra berada di peringkat pertama dan kedua.
PDI Perjuangan yang mengusung Joko Widodo, berada di peringkat pertama dengan elektabilitas sebesar 24,8 persen. Sedangkan, Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto memiliki elektabilitas 13,1 persen.
Alasan kedua menurunnya elektabilitas Partai Golkar, yang dalam empat pemilu terakhir selalu berada di posisi dua besar.
Menurut Adjie Alfaraby, terancamnya Partai Golkar tidak di posisi dua besar pada Pemilu 2019 karena sejumlah masalah internal.
Satu di antaranya menyusul dua kadernya, yakni Setya Novanto dan Idrus Marham tersandung kasus korupsi jelang Pileg dan Pilpres 2019.
"Ada problem di Partai Golkar, ada dua kasus: Setnov (Setya Novanto) dan kader lainnya. Ini berujung sentimen negatif publik terhadap Partai Golkar," ujar Adjie Alfaraby.
Terakhir adalah kuatnya citra pemimpin yang dimiliki oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang membuat kedua partai tersebut mendulang suara yang cukup besar.
"Kedua partai tersebut mampu memaksimalkan semua potensi di dalam tubuh partai politik. Kedua partai ini juga mampu fokus pada isu-isu populis," ujar Adjie Alfaraby.
LSI Denny JA menggelar survei pada Agustus 2018. Berikut hasilnya:
1. PDI P : 24,8 persen
2. Partai Gerindra : 13,1 persen
3. Partai Golkar : 11,3 persen
4. PKB : 6,7 persen
5. Partai Demokrat : 5,2 persen
6. PKS : 3,9 persen
7. PPP : 3,2 persen
8. Partai Nasdem : 2,2 persen
9. Perindo : 1,7 persen
10. PAN : 1,4 persen
11. Partai Hanura : 0,6 persen
12. PBB : 0,2 persen
13. PSI : 0,2 persen
14. Partai Berkarya : 0,1 persen
15. Partai Garuda : 0,1 persen
16. PKPI : 0,1 persen
* Tidak Tahu/Tidak Jawab/Belum Menentukan : 25,2 persen
Dalam proses surveinya, LSI Denny JA menggunakan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden 1.200.
LSI Denny JA memakai teknik wawancara tatap muka responden dan menggunakan kuisoner, dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Dilengkapi diskusi grup terarah, analisis media, dan wawancara mendalam.