Pasien RSUD Koja Tak Merasakan Dampak Krisis Obat BPJS

Kabar soal krisis obat di sejumlah RSUD Jakarta tidak dirasakan pasien RSUD Koja.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ilusi Insiroh
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Suasana ruang tunggu obat di RSUD Koja, Rabu (12/9/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA - Kabar soal krisis obat di sejumlah RSUD Jakarta tidak dirasakan pasien RSUD Koja.

Ditemui TribunJakarta.com Rabu (12/9/2018) siang, beberapa pasien yang sedang menunggu antrean pengambilan obat mengaku tak menemui kesulitan atau kelangkaan dalam mendapatkan obat.

Arifin (61), seorang pasien mengaku bisa mendapatkan obatnya dengan lancar. Pria yang mengalami sakit diabetes itu sudah beberapa bulan ini menggunakan BPJS dan selalu mendapatkan obatnya dengan cukup saat mengambil di RSUD Koja.

"Ketersediaan obatnya ada terus sih selama ini, gratis semuanya. Selama ini saya nggak menemui kendala, sesuai dengan prosedur, saya jalani. Dari Puskemas dirujuk ke sini, dapat obat di sini," kata Arifin kepada TribunJakarta.com di RSUD Koja.

Pasien lainnya, Feri (47) juga mengatakan hal yang sama. Menurut Feri, selama ini dirinya selalu membayar BPJS dengan tepat waktu.

Hanya saja, dirinya sempat mengalami sedikit kesulitan saat memindahkan BPJS Kesehatannya dari perusahaan ke kepemilikkan pribadi.

"Kesulitannya terlalu banyak persyaratan. Kalo untuk mendapatkan obat mudah tapi tergantung rujukan rumah sakitnya aja sih," kata Feri.

Feri, yang saat ditemui sedang mengantri obat untuk anaknya, mengaku tak perlu keluar biaya banyak dan dadakan untuk membeli obat bagi anaknya.

"Anak saya butuh obat cair. Kalo nggak pake BPJS harganya Rp 175 ribu, dengan BPJS free," kata Feri.

Kabar soal krisis obat sempat disebutkan oleh Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah, Senin (10/9/2018).

Menurut Saefullah, krisis obat tersebut terjadi karena BPJS Kesehatan terlambat membayar tagihan biaya pelayanan kesehatan warga ke pihak rumah sakit.

"Rumah sakit ini sudah tidak bisa beli obat, terus orang datang ke rumah sakit bagaimana, enggak ada obat? Dokternya juga lebih cenderung kepengin jadi dokter puskesmas karena jelas ada TKD (tunjangan kerja daerah)," ujar Saefullah di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat.

Laudya Cynthia Bella Buka Suara Soal Tudingan Lepas Hijab Saat Liburan Ke Yunani

Kisah Asmara Sule-Lina: 3 Kali Mediasi, Akui Kesalahan Hingga Sebut Perceraian Gimmick

Simak, Tahi Lalat di Bagian Tubuh Ternyata Bisa Ungkap Nasib Seseorang Setelah Menikah

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved