Asian Para Games 2018

Bangkit dari Keterpurukan, Fadli Imanuddin Semakin Cinta Sepeda dan Siap Harumkan Indonesia

Setelah kehilangan sebagian kaki kirinya, Fadli Imanuddin bisa kembali ke jalur semula: menjadi atlet andalan Indoneisa dengan cara lain.

Editor: Y Gustaman
Tribunnews.com/Abdul Majid
Paralympian Indonesia, Muhammad Fadli Immanuddin, ditemui setelah menjalani sesi latihan pagi di Velodrome, Mahanan, Solo, Jumat (14/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNJAKARTA.COM, SOLO – Tak seorang pun bisa melawan jika takdir sudah digariskan. Pesan ini mewakili bagaimana Muhammad Fadli Imanuddin menikmati kebangkitan dalam hidupnya.

Fadli adalah pebalap motor yang kerap mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Pada Minggu (7/7/2015) sekitar pukul 14.00 WIB, garis hidupnya berubah setelah melewati garis finish.

Ia mengalami kecelakaan di Sirkuit Sentul saat turun di Asia Road Racing Championship 2015 Seri-2. Fadli yang tengah seleberasi setelah finish, tiba-tiba ditabrak dari belakang oleh pebalap Thailand, Jakkrit Sawangswa, yang melaju kencang.

Akibat kejadian ini Fadli harus merelakan kehilangan sebagian kaki kirinya diamputasi lantaran proses rekonstruksi tidak memungkinkan lagi.

Di sinilah awal mula kehidupan Fadli berubah, menolak menyerah karena keadaan, meski ia akui awalnya sangat terasa berat.

“Ssiapa sih yang kehilangan anggota tubuhnya biasa-biasa saja? Tidak ada. Semua pasti terpuruk termasuk saya, tapi saya mikir lagi, ini saya mau sampai kapan, dan saya tidak mikir muluk-muluk setelah diamputasi. Seperti saya harus jadi atlet, harus balap lagi, itu tidak terpikir, saya lakukan saja apa yang saya bisa,” cerita Fadli ditemui Tribunnews.com di Solo, Kamis (13/9/2018).

Lantaran tekad kuat, tak mudah menyerah, dan berjiwa kompetitif yang masih menggebu, Fadli memutuskan merelakan semua kenangan suka dan duka sewaktu menjadi pebalap motor.

Sebulan pascakehilangan sebagian kaki kirinya, Fadli yang masih menggunakan dua tongkat untuk membantunya beraktivitas tiba-tiba muncul naluri nekad dan berani melihat sepeda di depan matanya.

Saat itu, Fadli memang sudah dibekali dengan kaki palsu, namun untuk penggunaan kaki palsu tidaklah mudah, butuh adaptasi cukup lama. Tapi tidak demikian bagi Fadli.

“Saat awal punya kaki palsu, saya masih pakai tongkat dua, jadi orang yang habis amputasi itu, pertama kali pakai kaki palsu itu harus penyesuaian dulu, berbulan-berbulan. Kalau sudah lancar tongkat dua pakai tongkat satu. Kalau lancar lagi baru lepas tongkat, itu pun jalannya masih pincang,” kata Fadli.

“Nah, ketika saya masih pakai tongkat dua, karena dasarnya saya tidak bisa diam, saya lihat sepeda di rumah. Saya coba keliling kompleks. Awalnya sulit tapi makin lama makin keluar, makin jauh dan makin jauh,” sambung dia,

Jatuh cinta dengan sepeda

Setelah kehilangan sebagian kaki kirinya, berkat kegigihannya Fadli bisa kembali ke jalur semula: menjadi atlet andalan Indoneisa meski dengan cara berbeda.

Fadli menemukan cara baru untuk mengembalikan mimpi melalui sepeda.

Awalnya bersepeda adalah hobi Fadli ketika masih mempunyai fisik sempurna. Menurut dia bersepeda akan membantu menguatkan fisik yang diperlukan oleh seorang pebalap motor.

“Setelah kejadian itu memang saya lebih giat bersepeda, saya banyak latihan sepeda karena saya yakin saat latihan sepeda itu bisa meningkatkan stamina saya, kita punya latihan kardio. Kalau tidak lari, sepeda, renang, akhirnya saya pilih sepeda,” kata Fadli.

Seiring berjalannya waktu, kian hari Fadli fokus bersepeda. Ke mana pun pergi ia selalu membawa sepeda. Dari sini lah jalan Fadli menjadi atlet kembali terbuka.

“Semenjak latihan sepeda semakin kuat, saya sampai ke Jogja buat latihan sepeda, kemana-mana tidak lupa bawa sepeda. Jadi benar-benar tidak bisa lepas dari sepeda. Saya main sama Doni Tata, teman balapan saya, main sepeda di sana,” cerita Fadli.

Setelah bersepeda, keakraban mereka kemudian diunggah melalui sosial media. Hingga akhirnya, Fadli menerima pesan masuk dari Puspita Mustika Adya, pelatih sepeda ternama Indonesia.

Pesan tersebut berisikan tentang ajakan Fadli untuk menjadi atlet para cycling Indonesia pertama.

“Saat itu saya tidak berpikir lama-lama, detik itu juga saya bilang mau. Itu tahun awal 2017. Kenapa saya terima karena pertama selama ini saya latihan otodidak, terus ditawari sama pelatih sepeda, terus kenapa tidak,” cerita Fadli. 

Sebenarnya Fadli menerim tawaran tersebut awalnya hanya ingin meningkatkan stamina berlatih lantaran masih menyimpan ambisi untuk turun di arena balap motor meski pun dengan kelas yang berbeda.

Setelah dilatih Puspita secara intensif, Fadli sedikit demi sedikit melupakan ambisi awalnya kembali di balap motor. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk terjun menjadi atlet para cycling.

“Awalnya cuma mau jaga staminta karena mau turun di balap motor lag, tapi ternyata kecemplung di para cycling sampai dengan saat ini saya sudah sangat jatuh cinta sekali,” ungkap dia.

“Jiwa kompetisi saya masih berapi-api, sekarang saya tidak bisa berkompetisi di motor tapi di sepeda. Jadi intinya sama saja, sama-sama punya stang, sama-sama punya roda, sama-sama bermain dengan waktu, ya sama-sama punya tantangan yang besar dan saya sangat suka itu,” kata Fadli.

Setelah memutuskan untuk menjadi atlet para cycling, Fadli yang baru sebulan berlatih dengan coach Puspita langsung dipercaya untuk turun di kejuaraan Para Cycling Asia di Bahrain.

Pada kejuaraan tersebut, Fadli hanya mampu finis di peringkat keempat.

Usaha demi usaha yang fadli lakukan akhinrnya berbuah manis pada September 2017.

Kembali dipercaya membawa nama Indonesia, kali ini Fadli tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan berhasil meraih dua perak dan dua perunggu di ajang ASEAN Para Games 2017.

Dari titik itulah, takdir Fadli menjadi seorang paralympian Indonesia, atlet sejati Indonesia mulai jelas terlihat.

Beberapa saat lagi, kita akan menyaksikan perjuangan Fadli untuk mengharumkan Indonesia di ajang Asian Para Games 2018 yang akan terselengara di Jakarta pada 6-13 Oktober 2018.

“Pada saat perhelatan Asian Para Games langsung, orang-orang disabilitas kan gratis nontonya, saya harap mereka bisa antusias dan dari situ mereka punya  bayangan seperti apa. Jadi tidak habis masa depan karena keterbatasan ini, tapi masa depan bisa kita yang bikin,” ucap dia.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved