Warga Penghuni Lantai Dasar Rusun Muara Baru Pilih Bayar Daripada Hidup Tak Nyaman
Lantai dasar Rumah Susun Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, terlihat berbeda dari kebanyakan rusun di DKI Jakarta.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - Lantai dasar Rumah Susun Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, terlihat berbeda dari kebanyakan rusun di DKI Jakarta.
Pantauan TribunJakarta.com pada Sabtu (15/9/2018) di Blok 7 Rusun Muara Baru, lantai dasarnya sebagai tempat tinggal atau hunian sementara.
Berdasarkan keterangan beberapa warga, hunian di lantai dasar itu teruntuk warga relokasi dari beberapa lokasi di wilayah Penjaringan.
Warga yang bertempat tinggal di hunian sementara lantai dasar Blok 7 Rusun Muara Baru, Kasiro (45), mengatakan dirinya sudah menempati hunian sementara itu sejak 2016 lalu.
Selama sekitar dua tahun menempati hunian sementara lantai dasar Rusunawa Muara Baru, ibu rumah tangga itu merasa kurang nyaman dengan kondisinya.

Kasiro merasa bahwa hunian sementaranya itu tergolong kecil dengan panjang sekitar 5 meter dan lebar sekitar 2 meter.
Meski penghuni lantai dasar Rusun Muara Baru seperti Kasiro tak dipungut biaya sewa, ia tetap merasa kurang nyaman.
Bahkan, apabila disuruh memilih, Kasiro lebih baik tinggal di rusun yang mengharuskan penghuninya membayar sewa per bulan, seperti yang ada di atas lantai dasar Rusun Muara Baru.
"Saya sudah tinggal dari tahun 2016. Bilangnya tinggal sementara kalo ada tempat dipindahin lagi. Tadinya mau dipindah ke rusun Marunda tapi saya nggak mau karena saya kerja dan anak sekolah di sini," beber Kasiro kepada TribunJakarta.com.
"Di sini belum ada penarikan biaya apapun sih, tapi menurut saya kurang nyaman, kurang lebar, belum lancar air. Ya kalo saya mah mendingan yang bayar aja yang lebih lebar lagi," imbuh dia.
Lantaran air kurang lancar, Kasiro mengaku dirinya mesti menyalurkan air dari lantai 1 rusun tersebut. Selama sebulan, dia membayar Rp 100 ribu untuk membayar air yang disalurkan tersebut.
"Cuman diisinya tiga hari sekali, dibatesin lah gitu," ucapnya.
Suami Kasiro, Jurita (55) mengatakan, pengelola rusun maupun pemerintah setempat sempat menjanjikan relokasi lanjutan ke lantai lain di Rusun Muara Baru.
Apabila ada salah satu rusun yang disegel, Jurita dan Kasiro dijanjikan bisa pindah. Namun, hingga kini belum ada kejelasan terkait pemindahan tersebut.
"Justru bilangnya cuman tinggal di sini sementara kalo ada lagi mau dipindah ke rumah susun lagi. Ntar kalo ada di atas disegel bisa digantiin bisa cuman nggak ada tuh. Di sini belum ada yang pindah, katanya masih penuh," ujar Jurita.

Pantauan di hunian lantai dasar sementara yang ditempati pasangan suami istri Jurita dan Kasiro, terlihat bangunan itu seperti tempat usaha dengan pintu geser di bagian depannya.
Memasuki pintu depan, terdapat semacam ruang tamu kecil dengan beberapa barang elektronik.
Ruangan itu disekat menggunakan tirai dengan bagian belakangnya yang adalah kamar mandi buatan.
Jurita membuat sendiri kamar mandi itu lantaran kamar mandi di lantai dasar rusun itu memang di luar adanya.
Untuk tempat tidur, Jurita memasang papan kayu di bagian atas rumahnya. Papan kayu itu memanjang sampai ke bagian belakang rumahnya, dengan tangga kecil dipasang di bagian depan.