Asian Para Games 2018

Kisah Paralympian David Jacobs yang Sempat dipandang Sebelah Mata

Puncaknya, pada tahun 2000, David mampu menjuarai kejuaraan tenis meja nasional yang pesertanya adalah atlet-atlet dengan kondisi tubuh yang normal.

Editor: Wahyu Aji
Tribunnews/Abdul Majid
Paralympian Indonesia, David Jacobs saat ditemui disalah satu acara di Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (18/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNJAKARTA.COM, SEMANGGIDian David Michael Jacobs atau yang juga dikenal dengan David Jacobs adalah paralympian tenis meja Indonesia yang juga kerap mengharumkan Indonesia.

Terlahir dengan keadaan tangan kirinya yang lebih kecil dari tangan kanannya tak membuat David merasa minder.

David kecil yang kala itu tinggal di Kota Batang, Jawa Tengah – ikut orang tuanya pindah dari Ambon, sudah mulai tertarik dengan olahraga.

Mulanya, David melihat di dekat rumahnya ada permainan tenis meja.

Tanpa merasa malu, David ikut mencoba bermain olahraga tersebut dengan orang-orang yang mempunyai kondisi tubuh sempurna.

Bakat David pun terus terasah dengan sempurna hingga akhirnya ia dimasukan orang tuanya ke klub tenis menja.

“Saya lahir dengan kondisi tangan kanan kecil sejak lahir. Saya mainnya kidal. Pas pertama main sama orang normal, kemudian masuk klub umum hingga akhirnya pinda ke Jakarta dan masuk klub juga,” kata David saat membagi kisahnya di salah satu acara di Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Berkat kegigihannya, David yang sebelumnya dipandang sebelah mata atas kondisinya itu pun akhirnya bisa membuktikan bahwa kekurangan bukanlah hambatan.

Puncaknya, pada tahun 2000, David mampu menjuarai kejuaraan tenis meja nasional yang pesertanya adalah atlet-atlet dengan kondisi tubuh yang normal.

Pencapaian itu lah yang membawa David tak lagi dianggap sebelah mata hingga akhirnya masuk ke dalam timnas tenis meja Indonesia.

“Dengan dukungan doa dan semangat pantang menyerah, akhirnya saya di tahun 2000 bisa juara nasional untuk orang umum. Saat itu saya kalahkan pemain terbaik normal di Indonesia,” kata David.

“Sebelumnya mereka meragukan saya karena tangan saya kecil, tapi setelah saya buktikan dengan juara nasional akhirnya mereka panggil saya untuk masih ke timnas Indonesia,” sambungnya.

Setelah itu, David dipercaya turun di ajang SEA Games. Pada 2001, David bersama Yon Mardiono memenangkan satu-satunya medali emas Indonesia pada pertandingan SEATTA di Singapura.

Dalam ajang tersebut, mereka mengalahkan atlet Thailang Phucong Sanguansin dan Phakphoom Sanguansin.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved