Liga 1 2018

Penjelasan Lengkap Kemenpora dan PSSI Soal Pembekuan Liga 1, Hingga Disebut Keputusan Keliru

Dalam hal yang lebih luas, logikanya barangkali sama dengan membubarkan DPR hanya karena ada segelintir anggotanya yang korupsi.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Wahyu Aji
Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
Skuat Persib Bandung saat berkabung di tempat tewasnya Haringga Sirla, Senin (25/9/2018) 

TRIBUNJAKARTA.COM - Meninggalnya Haringga Siria (23) sungguh menimbulkan duka sekaligus sesal yang mendalam.

Betapa fanatisme, yang seharusnya menjadi energi positif yang berbuah kebaikan, seketika bisa menjadi malapetaka karena ego dan kebodohan. Haringga bukan yang pertama.

Kekecewaan yang begitu dalam bahkan membuat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, spontan berujar bahwa bagi dia lebih baik tak ada liga sepak bola jika mengorbankan nyawa manusia.

Dan, sejatinya, tak ada fanatisme yang sebanding dengan nyawa, terlebih sekadar dalam pertandingan sepak bola.

Namun, keputusan meniadakan liga karena ada segelintir suporter yang gelap mata menganiaya suporter klub lain akibat fanatisme buta, seperti melarang semua orang berdagang rujak hanya karena ada seorang pembeli sakit perut hingga tewas karena terlalu banyak memberi bumbu pedas pada rujaknya.

Dalam hal yang lebih luas, logikanya barangkali sama dengan membubarkan DPR hanya karena ada segelintir anggotanya yang korupsi.

Kita tentu tak bisa bilang, "Lebih baik tak ada DPR jika masih ada uang rakyat yang dikorupsi."

Ketimbang membubarkan liga yang sedang berjalan, pembubaran organisasi-organisasi suporter seperti yang diusulkan kiper Persib era 1986, Wawan Hermawan, pascatewasnya Haringga, tampaknya lebih masuk akal.

Sekalipun poinnya sama: pembubaran, usulan Wawan paling tidak lebih mendekati identifikasi masalah yang benar.

Tragedi menyesakkan di lapangan parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api tempo hari berawal dari fanatisme yang berlebihan dan membutakan.

Karena berlebihan inilah, maka jalan keluarnya tentu adalah pengurangan.

Layaknya booster, organisasi-organisasi suporter inilah yang selama ini berperan sangat besar dalam menguatkan fanatisme dan jiwa korsa.

Hilangkan booster-nya, maka yang berlebih itu otomatis juga akan hilang.

Cara lain, kalau mau tak tanggung-tanggung, kita juga bisa meniru apa yang dahulu dilakukan UEFA menyusul rusuh berdarah para suporter di Stadion Heysel, Brussel, saat Liverpool menghadapi Juventus pada Piala Champions (sekarang Liga Champions), Mei 1985.

Karena peristiwa ini, semua tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama lima tahun, dan tambahan tiga tahun khusus untuk Liverpool, meski kemudian dikurangi menjadi hanya setahun tambahan.

Hukuman ini langsung berdampak pada semua klub sepak bola di Inggris, terlebih karena mada masa itu mereka sedang jaya-jayanya.

Hukuman juga memberi pelajaran penting bagi suporter bahwa semua tindakan anarkistis bodoh yang mereka lakukan itu akan selalu berdampak pada klub yang mereka cintai. Jangan berbuat bodoh karena itu sama saja dengan menghancurkan klub.

Namun, ketimbang opsi-opsi di atas, opsi menghukum klub dengan keharusan bermain tanpa penonton selama, katakanlah lima tahun, tampaknya akan jauh lebih efektif dan masuk akal untuk mencegah tragedi Haringga terulang di masa depan.

Untuk kasus ini, tentu bukan hanya Persib yang dihukum, tapi juga Persija.

Putusan PSSI, semalam, yang akhirnya menghentikan Liga 1 tanpa batas waktu karena kasus meninggalnya Haringga sungguh terasa mengecewakan.

Kenapa tak sekalian saja bubarkan PSSI-nya karena terbukti tak bisa menyelenggarakan kompetisi dengan aman? (Editorial Tribun Jabar (Arief Permadi/TribunJabar.id)

Keputusan PSSI

Adanya tragedi berdarah saat laga Persib Bandung kontra Persija Jakarta di GBLA, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk menghentikan Liga 1 sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi seusai menggelar rapat dengan Exco PSSI di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (25/9/2018).

"Kami memutuskan menghentikan Liga 1 senior dalam pertandingan putaran kedua di 18 klub sampai batas waktu yang tidak ditentukan," kata Edy Rahmayadi.

Edy menjelaskan, keputusan ini adalah bentuk keprihatinan PSSI atas tewasnya anggota The Jak Mania, Haringga Sirla, jelang pertandingan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, pada Minggu (23/9/2018).

"Ini adalah salah satu bentuk keprihatinan kami dan rasa belasungkawa kami terhadap almarhum," tutur Edy.

Dalam masa penghentian Liga 1, Edy menyatakan, PSSI akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, yakni PT LIB, klub, dan fans.

"Kami juga akan melaporkan hal ini kepada AFC dan FIFA," ujarnya.

Sebelumnya, keputusan untuk menghentilan Liga juga disuarakan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi.

Dia secara resmi menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan terhitung sejak hari ini, Selasa (25/9/2018).

Keputusan Imam Nahrawi ini terkait dengan insiden meninggalnya Haringga Sirla.

Pernyataan ini dikatakan Imam Nahrawi saat jumpa pers di Kantor Kemenpora, Jakarta Selatan.

"Kejadian ini bukan lagi tragedi sepak bola, tetapi nasional. Atas kejadian ini, kami sebagai pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan," ucap Imam Nahrawi.

"Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada korban. Selain itu, selama liga dihentikan, kami akan melakukan evaluasi besar dan melihat langkah-langkah yang diambil PSSI sebagai pemegang tanggung jawab," tutur Imam.

Pernyataan Menpora

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, juga secara resmi menghentikan sementara Liga Indonesia.

Semua itu terkait kasus pengeroyokan anggota suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla.

Meski sudah sempat memberikan komentar terkait kasus ini, Menpora Imam Nahrawi baru pada Selasa (25/9/2018) mengeluarkan pernyataan resmi.

Hal ini dikatakan melalui jumpa pers di Kantor Kemenpora, Jakarta Selatan.

”Kejadian ini bukan lagi tragedi sepak bola, tetapi nasional. Atas kejadian ini, kami sebagai pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan," ucap Imam Nahrawi dikutip dari Superball.id dari yang berjudul "Menpora Hentikan Sementara Liga Indonesia Pasca Insiden Berdarah di GBLA".

"Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada korban. Selain itu, selama liga diberhentikan, kami akan melakukan evaluasi besar dan melihat langkah-langkah yang diambil PSSI sebagai pemegang tanggung jawab.”

Pengeroyokan ini terjadi di luar Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung pada Minggu (23/9/2018).

Insiden berdarah terjadi jelang laga Liga 1 antara Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta.

Haringga Sirla menghembuskan nafas terakhir setelah dikeroyok dan dianiaya secara brutal oleh oknum pendukung Persib, Bobotoh.

Selain menyesalkan atas apa yang terjadi kepada Haringga Sirla, Imam Nahrawi juga mengungkapkan kekecewaannya.

Karena, panitia pertandingan (panpel) Persib masih tetap menggelar pertandingan antara Persib kontra Persija.

Sebelumnya memberikan pernyataan resmi, Imam Nahrawi mengungkapkan kekecewaannya itu melalui unggahan di akun Instagram pribadi pada Senin (24/9/2018).

Dalam unggahan tersebut, Imam Nahrawi menyampaikan ucapan bela sungkawa atas insiden mengerikan itu.

”Turut berduka cita atas meninggalnya Haringga Sirla, karena dikeroyok suporter pada laga Persib vs Persija," tulis Imam Nahrawi.

”Tak ada satu pun pertandingan yang seharga nyawa. Saya sangat kecewa karena kita tahu ini bukan yang pertama.”

Ridwan Kamil: Buat Apa Ada Liga Kalau Ada yang Mati

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengecam aksi biadab sekelompok suporter yang mengeroyok Haringga Sirla hingga korban meninggal dunia.

Haringga tewas dikeroyok saat menonton laga Persib Bandung kontra Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Minggu (23/9/2018) kemarin.

"Seperti yang saya tulis kalau ada kematian seperti ini buat apa ada liga sepak bola. Kalau harus mengorbankan nyawa manusia saya sangat sedih," ucap Emil, sapaan akrabnya, saat ditemui di Gedung Sate, Senin (24/9/2018).

Emil jelas menyesalkan insiden tersebut. Apalagi tindakan anarkistis itu mencoreng kemenangan Persib.

"Saya menyesali, dari kebanggaan kemarin menang jadi rasa malu luar biasa. Saya sangat berduka cita kepada individu, Haringga yang menjadi korban kebiadaban dari oknum penonton," katanya.

Klasemen Sementara Liga 1

Klasemen Sementara Liga 1
Klasemen Sementara Liga 1 ()

Emil mengaku saat itu baru mendapat informasi bahwa keluarga korban bersal dari Indramayu, Jawa Barat.

"Yang saya baru dapatkan informasinya Haringga ini ternyata keluarganya warga Jabar, maka dimakamkannya di Indramayu. Dia adalah warga Indramayu yang hijrah ke ibu kota," tuturnya.

Sebagai bentuk rasa bela sungkawa, ia pun memberikan santunan kepada keluarga korban.

"Dari pribadi saya juga akan memberikan santunan kepada keluarga korban, karena pada dasarnya pemprov tak ada tupoksi terhadap olahraga profesional. Tapi ini sebagai tanggung jawab saja supaya situasi jauh lebih baik," jelasnya. (TRIBUNJABAR/KOMPAS.COM/SUPERBALL.ID)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved