Pilpres 2019

Arah Dukungan Keluarga Gus Dur, Beda Sikap GusDurian dan Kepedean Prabowo-Sandi

Konsorsium Kader Gus Dur dukung Jokowi-Ma'ruf tapi tidak dengan GusDurian. Kendati begitu kubu Prabowo-Sandi tetap pede.

Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid
Bakal cawapres Sandiaga Uno saat berkunjung ke kediaman istri (Alm) Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid di daerah Ciganjur, Jakarta Selatan, Senin (10/9/2019) siang. 

GusDurian adalah sebuah gerakan kebangsaaan yang tidak ikut serta dalam politik kekuasaan.

"Gerakan @GUSDURians sudah menetapkan bahwa kami adalah gerakan kebangsaan.

Tidak ada strategi politik kekuasaan.

Program2 bela petani, kegiatan lintas iman, promosi toleransi, penguatan demokrasi, dilepaskan dari siapa yang berkuasa baik nasional maupun daerah," tulis Alissa Wahid.

Presiden Jokowi menemui Istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid
Presiden Jokowi menemui Istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid (Warta KOta/Alex Shuban)

Tak hanya itu menurut Alissa Wahid, GusDurian merupakan gerakan sosial yang tidak dipengaruhi politik lima tahunan.

"Karena itulah, ke teman2 di lapangan saya selalu sampaikan: @GUSDURians bukan gerakan politik elektoral, tapi gerakan sosial.

Juga bukan lembaga dana. Karena sikap tegas inilah, justru kami berkembang pesat.

Tidak dicemaskan akan dikooptasi utk kepentingan politik 5tahunan," tulis Alissa Wahid.

Sementara itu Konsorsium Kader Gus Dur yang dipimpin Yenny Wahid adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi politik ala Gus Dur.

"Malah bagus, ada kesempatan memperjelas beda watak gerakannya. Biar publik lebih paham.

Intinya, kalau mau menyalurkan aspirasi politik elektoral ala GusDur, ikutlah @yennywahid.

Sedangkan @gusdurians biarlah tetap perjuangan sosial kemasyarakatan non politis,"

Hal tersebut disampaikan Yenny Wahid melalui media sosial, Twitter pada Kamis (27/9/2018).

Alissa Wahid menjelaskan gerakan sosial dan gerakan politik harus dibedakan.

Ia lantas mengungkapkan mengapa hal tersebut harus terjadi.

"Kenapa begitu? Karena watak gerakan sosial kemasyarakatan dengan gerakan politik memang berbeda.

Kalau semua dipolitikkan, ya blaen.

Nanti polarisasi & serang-menyerang makin kuat.

Tidak ada ruang tengah. Nanti rumah ibadah pun jadi ruang rebutan. Padahal tugasnya memandu umat," tulis Alissa Wahid.

PKS klaim Sandiaga lebih unggul

Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sara menghormati keputusan Yenny Wahid dan keluarga Gus Dur memilih untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Prabowo Subianto di Rumah Gus Dur, Kamis (13/9/2018)
Prabowo Subianto di Rumah Gus Dur, Kamis (13/9/2018) (Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com)

Mardani menyadari dukungan itu akan punya dampak ke Prabowo-Sandiaga. Terlebih kubu Prabowo-Sandiaga sedang mengincar suara milenial NU.

Ia tak terlalu khawatir, sebab ada efek lain yang menurutnya lebih besar dari seorang Yenny Wahid. Terutama dalam upaya menggaet pemilih milenial.

"Ada efeknya (dari keputusan itu), tetapi sekarang ini efek Sandi jauh lebih kuat," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

"Sandi ini luar biasa. Kami melihat wah efek Sandi hasil kami keliling ini luar biasa," sambung Mardani.

PKS menyatakan tidak kecewa dengan keputusan Yenny Wahid dan keluarga Gus Dur merapat ke Jokowi-Ma'ruf Amin.

Mardani masih yakin dengan kekuatan kubu Prabowo-Sandiaga yang berbasiskan kekuatan jaringan para relawan dari pusat hingga ke daerah-daerah.

"Relawan kami kerjanya luar biasa. Trennya adalah tren milenial, emak-emak militan dan keumatan. Tiga itu tidak terlalu banyak berkaitan dengan teman-teman yang dukung Jokowi," kata dia.

Sudah dapat ditebak

Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku tidak kaget dengan piliham keluarga Gus Dur.

Menurut Dahnil, Yenny Wahid, sejak awal memang lebih dekat dengan Jokowi.

"Keputusan Mbak Yenni tersebut tidak mengagetkan, memang beliau sejak awal lebih dekat dengan Pak Jokowi," ujar Dahnil saat dihubungi, Rabu (26/9/2018) malam.

Dahnil menghormati sikap politik keluarga Gus Dur tersebut. Ia menilai adanya keputusan itu, kontestasi di Pilpres 2019 akan diwarnai dengan adu gagasan tanpa menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah itu memprediksi masa kampanye akan diisi pertarungan ide dan gagasan dengan tetap merawat toleransi serta keberagaman.

"Kontestasi pilpres kali ini dipenuhi dengan pertarungan ide dan gagasan, dengan tetap merawat toleransi dan keberagaman Indonesia," kata Dahnil.

"Setidaknya saya bisa beradu gagasan dengan Mbak Yenni di kubu Jokowi dan saya bisa membantu Pak Prabowo," ucapnya.

Jokowi tahu dari awal

Presiden Jokowi bersyukur atas dukungan keluarga Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kepadanya dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Kendati demikian, Presiden Jokowi mengaku tidak terkejut dengan deklarasi dukungan itu.

Sebab, Yenny Wahid, putri sulung Gus Dur, sejak awal sudah memberitahukan soal dukungan tersebut kepada Presiden Jokowi.

"Ya alhamdulillah karena Mbak Yenny sejak awal sudah sampaikan ke saya, hanya saja 'Pak mohon tunggu momentum yang tepat'," kata Jokowi kepada wartawan usai menghadiri Rapimnas Partai Persatuan Pembangunan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Presiden Jokowi pun sudah mengetahui Yenny Wahid telah mengumumkan dukungannya tersebut kepada publik. Ia menyambut baik deklarasi dukungan tersebut.

"Sudah disampaikan langsung (ke publik) oleh beliau, tentu saja ini menambah semangat," kata Presiden Jokowi.

Kubu Prabowo-Sandi tetap pede

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meyakini pihaknya bakal memenangkan Pilpres 2019.

Hal itu disampaikan Mardani menanggapi hasil survei Indikator terkait Pilpres 2019.

Dalam survei tersebut pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dengan elektabilitas 57,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 32,3 persen.

“Kami semakin optimistis rilis lembaga Burhanuddin Muhtadi tentang persaingan capres 2019, Insya Allah #2019GantiPresiden dan #2019PrabowoSandi,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Kamis (27/9/2018).

Ia mengatakan, kehadiran Sandiaga saat ini mampu meningkatkan elektabilitas Prabowo hingga tiga persen.

Mardani menambahkan, elektabilitas petahana sebesar 57,7 persen masih jauh dari aman. Apa lagi, kata dia, dalam rilis survei indikator hanya sebesar 30 persen responden yang menganggap kondisi ekonomi baik.

Sedangkan sisanya sisanya 44 persen sedang, 21 persen Buruk, 3 persen sangat buruk.

Karena itu, ia menilai, isu ekonomi menjadi sorotan terbesar masyarakat selama 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK.

Ia juga mengatakan, strategi impor pemerintah menjadi preseden buruk belum optimalnya kerja pemerintah.

Karena itu, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga masih sangat optimistis menatap survei tersebut.

Selain itu, papar Mardani, semakin banyak pula relawan yang bergabung dalam gerakan #2019GantiPresiden.

Karena itu pula, Mardani mengatakan, Prabowo-Sandiaga menargetkan kemenangan hingga 60 persen.

“Kami masih memiliki waktu 7 bulan untuk menaikkan elektabilitas pasangan PAS. Khususnya pada penerimaan generasi milenial, emak-emak dan keumatan. Kami akan terus mengkampanyekan dengan cara milenial, cerdik dan santun," kata dia.

"Sehingga yang tadinya kurang suka politik mulai tertarik dengan hadirnya generasi muda sebagai cawapres,” lanjut Mardani. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com/Kompas.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved