Persija Jakarta
Suka Duka Ahmad Aditya saat Menjadi Masseur Tim Persija Jakarta Selama Tiga Tahun Terakhir
Dengan berbagai pertimbangan, Sapri akhirnya memutuskan untuk menerima pinangan menjadi seorang masseur di Persija Jakarta
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ahmad Aditya (25) sudah lama menekuni pekerjaan sebagai masseur di klub Persija Jakarta.
Masseur atau yang lebih dikenal dengan tukang pijat di Indonesia memang biasa dikerjakan oleh pria yang sudah berusia lanjut.
Pekerjaan menjadi seorang masseur saat ini ditekuni oleh Ahmad Aditya untuk menyambung hidup sehari-hari.
Adit, sapaan akrabnya, bercerita awal mula dirinya bisa bergabung menjadi seorang masseur di skuat Macan Kemayoran.
"Awal gabung jadi masseur Persija Jakarta ditawari sama senior, kebetulan Persija lagi butuh saat itu," buka Adit kepada TribunJakarta, Senin (1/10/2018).
Adit pertama kali gabung menjadi masseur di Persija pada musim 2016/2017. Saat ini dirinya sudah menginjakan tahun ketiga menjadi masseur di skuat Macan Kemayoran.
"Pas awal gabung disini dulu pas bangat saya abis sidang skripsi kuliah, kebetulan ada tawaran disini lumayan," ujarnya.
Sebelum gabung bersama Persija, Adit pernah dihadapakan dalam situasi sulit.
Dirinya harus mendapatkan dua pilihan tempat yang menginginkan jasanya.
Dengan berbagai pertimbangan, Adit akhirnya memutuskan untuk menerima pinangan menjadi seorang masseur di Persija Jakarta.
"Dulu sempat bingung karena ada dua pilihan Persija atau PON Kaltim, tapi akhirnya saya pilih Persija karena beberapa pertimbangan," ucapnya menambahkan.
Kesan saat Massage Pemain Persija Jakarta
Pria kelahiran Jakarta, 3 Juli 1993 itu bercerita pengalaman unik pada saat memijat pemain Persija.
Dalam sehari, biasanya Adit sanggup massage sebanyak 3-4 pemain.
Untuk durasinya, biasanya satu pemain dipijat selama satu jam lamanya.
"Biasanya sebelum latihan ngasih peregangan kepada pemain, baru abis latihan biasanya ada pemain yang minta di massage," kata Adit.
Adit mengungkapkan jika ada salah seorang pemain Persija yang sangat sulit saat di massage.
"Paling susah dan paling keras buat di massage itu Mas Gun (Gunawan Dwi Cahyo). Badannya sih biasa saja, tapi kakinya gede dan keras banget," ucapnya sambil tertawa.
Berbeda dengan sebelumnya, ada beberapa pemain Persija yang mudah dan menjadi langganannya untuk di massage.
Para pemain senior Persija sangat menyukai gaya pijatan yang dilakukan oleh Sapri.
"Pemain yang enak di massage itu pemain senior seperti Bang Andrytany, Maman, Ismed, dan Ramdani," ungkapnya.
"Kalo pemain asing Jaime, Osas, Rohit enak lah orangnya sambil becanda," katanya menambahkan.
Selain menjadi seorang masseur, Adit nyatanya sudah menyiapkan bekal untuk masa depannya.
Dirinya berencana untuk beralih profesi dari seorang masseur menjadi seorang pelatih kedepannya.
"Selain kadi masseur, saat ini saya juga kebetulan udah ngambil lisensi pelatih. Ya lumayan lah itu buat bekal kedepannya," pungkasnya.

Suka dan Duka Masseur Persija Jakarta
Selama bergabung bersama Persija Jakarta, Adit sudah banyak merasakan suka duka.
Selama tiga tahun ini Adit sudah mengunjungi tempat-tempat baru yang belum pernah ia datangi.
Adit bercerita keseruan dirinya bisa mendatangi kota-kota baru dan berkeliling Indonesia bersama Persija.
"Udah pernah ngerasain keliling Indonesia gara-gara jadi masseur Persija, itu enaknya," ujar Adit.
"Senang bisa ke tempat-tempat baru yang belum pernah saya kunjungi sekalian jalan-jalan," ucapnya menambahkan.
Namun dibalik kesenangannya itu nyatanya tersimpam beberapa hal yang tak disukai Adit.
Dalam beberapa kesempatan, dirinya pernah dibuat kesal oleh pemain Persija Jakarta.
Adit kerap diperintahkan untuk mengambil barang-barang sang pemain dengan nada perintah tidak sopan.
"Kadang sering juga disuruh-suruh sama pemain. Kesel juga sih kan saya masseur bukan pembantu," ujar Adit mengeluh kondisinya.
Dirinya mengaku sudah jenuh dengan pekerjaan yang dijalani selama tiga tahun terakhirnya tersebut.
Adit berencana untuk mencari pekerjaan baru andai saja tidak diperpanjang kembali oleh Persija Jakarta di akhir musim.
"Dukanya paling itu jenuh juga kerjaannya gini-gini doang. Pengen nyoba suasana baru sih," ungkapnya.
"Paling nanti kalo udah keluar dari sini pengennya ngajar lagi aja, kan saya dari jurusan olahraga harus mengabdi lagi lah kalo bisa," pungkasnya.
Pengalaman unik di Persija
Selama berkarier tiga tahun menjadi masseur di Persija, Adit mempunyai banyak pengalaman unik.
Dirinya membagikan beberapa cerita unik saat bekerja di Persija.
Saat itu, kebetulan Sapri akan melaksanakan wisuda hasil jerih payahnya berjuang di masa perkuliahan.
Namun pada saat bersamaan Sapri tengah berjuang bersama Persija mengikuti sebuah turnamen di Bali.
"Dulu pas kebetulan mau wisuda kuliah, saya lagi di Bali ikut Persija tanding. Saya langsung minta izin ke pelatih sama bos untuk pulang duluan mau wisuda. Akhirnya diijinkan untuk wisuda dulu baru balik lagi ke tim," ujar Adit kepada TribunJakarta.
Akhirnya Adit diperbolehkan mengikuti proses wisuda terlebih dahulu oleh para petinggi Macan Kemayoran.
Namun selang beberapa hari dirinya harus kembali ke skuat Persija di Pulau Dewata.
Cerita lainnya adalah Adit kerap menjadi teman curhat beberapa penggawa Persija Jakarta.
Beberapa pemain Persija membagikan isi hatinya kepada Adit saat di massage.
"Biasanya pemain sering curhat pas lagi di massage. Biasanya mereka curhatin suasan latihan, persaingan, dan masalah-masalah lainnya," ujarnya sambil bercerita.
"Enggak ada yang aneh-aneh kok curhatnya seadanya saja," pungkasnya.
• Pelatih Persija Jakarta Izinkan Sandi Darma Sute Lihat Keluarganya di Palu
• Coach Teco Manfaatkan Penghentian Liga 1 2018 Untuk Perkuat Fisik Pemain Persija Jakarta
Frustasi
Kisah Adit menjadi seorang masseur Persija Jakarta nyatanya tak selalu menyenangkan.
Pria yang kini berusia 25 tahun itu pernah mengalami masa-masa sulit saat menjadi masseur di Persija.
Di tahun kedua bergabung dengan Persija Jakarta, Adit pernah merasakan frustasi.
Prestasi Persija Jakarta di musim 2017/2018 terseok-seok membuat suasana tim tidak kondisif.
Selain itu, faktor tekanan dari dalam dan luar lapangan membuatnya geram dan frustasi bekerja menjadi masseur di skuat Macan Kemayoran.
"Pernah frustasi jadi masseur disini pas di tahun kedua kebetulan prestasi Persija lagi turun, kalah terus, dan kondisi tim lagi drop," ungkap Adit melanjutkan cerita.
Akibat tekanan itu, Adit mencoba-coba untuk mencari pekerjaan baru dan sudah berniat untuk keluar dari Persija Jakarta.
"Saya disitu udah coba-coba cari kerjaan lagi di luar, cari kerjaan ngajar," tambahnya.
Namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya Sapri memutuskan untuk bertahan dan melanjutkan kariernya di Persija Jakarta.
"Tapi dengan berbagai pertimbangan saya putuskan bertahan. Saya di telpon lagi dan kontrak saya diperpanjang di Persija," tambahnya.
Pria lulusan Olahraga Rekreasi, Universitas Negeri Jakarta itu bercerita pendapatan gajinya menjadi seorang masseur di Persija.
Saat awal pertama kali gabung bersama Persija, pendapatan yang diterima Adit tak terlalu tinggi.
Namun, setiap tahunnya terus mengalami kenaikan tergantung situasi dan kondisi tim Persija.
"Awal gaji saya saat jadi masseur di Persija Rp 3 juta. Di tahun kedua naik sejuta, dan allhamdulillah di tahun ketiga saat ini Rp 5 juta," ujar Adit tentang gajinya.