Gempa di Donggala

Gempa Donggala Tahun 2018, Ingatkan Kakek Ini Pada Kejadian 50 Tahun Silam  

"Waktu itu saya keluar rumah rupanya warga Desa Balaesang itu sudah pada mengungsi kesini dia karena desa itu sudah hancur terkena gempa," katanya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA
Penga, korban gempa di Donggala sedang memberi makan sapinya di dekat pengungsian di Desa Lompio, Sirenja, Donggala. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, DONGGALA - Bencana ‎gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, mengembalikan ingatan Penga (62) pada peristiwa yang ia alami 50 tahun lalu.

Kala itu, di tahun 1968, tanah kelahiran Penga di Desa Lompio, Kecmatan Sirenja, Kabupaten D‎onggala juga luluh lantak diguncang bencana gempa.

Dirinya masih ingat kala itu gempa terjadi di pagi hari saat dirinya masih tertidur pulas.

Saat itu, Penga masih duduk di sekolah dasar.

"Sebelum ini memang ada gempa besar tahun 1968. Waktu itu kejadiannya subuh. Saya waktu itu masih duduk di‎ kelas enam SD," kata Penga kepada wartawan TribunJakarta.com, saat ditemui di Tenda Pengungsian Sirenja, Minggu (15/10/2018).

Pria ini mencoba memutar kembali ingatannya tentang kejadian tahun 1968.

‎Penga yang panik karena terbangun akibat gempa itu pun langsung berlari menuju keluar rumah.

Saat itu, ia melihat warga sudah berkumpul sambil menyelamatkan anggota keluarga mereka.

Doa dan dzikir terus dipanjatkannya agar selamat dari bencana itu.

Beberapa warga dari Desa Balaesang ‎juga sudah mengungsi ke desa Penga untuk menyelamatkan diri.

"Waktu itu saya keluar rumah rupanya warga Desa Balaesang itu sudah pada mengungsi kesini dia karena desa itu sudah hancur terkena gempa," kata Penga.

Menurut Penga, gempa yang terjadi pada 28 September 2018 ini lebih besar dibanding yang dialaminya pada 1968.

"Lebih besar yang sekarang ini, korbannya juga lebih banyak dan wilayah yang kena itu juga lebih besar sampai ke Palu, Donggala dan Sigi," kata Penga.

‎Saat gempa yang terjadi pada akhir September lalu, Penga sedang berada di rumahnya di Desa Lompia sambil menunggu waktu adzan Maghrib tiba.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved