Cerita Isa Buruh Pekerja Harian Lepas di Waduk Pluit, Tetap Semangat Meski Sudah Tak Muda Lagi

Isa (60) petugas kebersihan di Taman Kota Waduk Pluit terhitung sudah enam tahun bekerja untuk mempercantik kawasan waduk yang dulunya kumuh tersebut.

Editor: Mohamad Afkar Sarvika
TribunJakarta.com/Afriyani Garnis
Isa (60) Petugas kebersihan yang sudah enam tahun bekerja di Taman Kota Waduk Pluit, Senin (5/11/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis 

TRIBUNJAKARTA.COM, PLUIT - Isa (60) petugas kebersihan di Taman Kota Waduk Pluit terhitung sudah enam tahun bekerja untuk mempercantik kawasan waduk yang dulunya kumuh tersebut.

Usianya yang senja dan tubuhnya yang sedikit membungkuk tidak menyurutkan semangatnya bekerja.

"Kalau nggak kerja mau makan apa?," keluh Isa pada wartawan TribunJakarta.com, Senin (5/11/2018).

Isa mengatakan, hanya pekerjaan inilah yang diharapkannya untuk menyambung hidup.

Kakinya kerap sakit, karena reumatik yang dideritanya. Selain itu, faktor usia yang sudah senja juga membuat fisiknya tidak sekuat petugas yang lebih muda.

"Saya kakinya suka sakit, reumatik ini. Sudah diobati kesana kemari ngak sembuh juga. Makanya kalau kerasa saya duduk dulu," ceritanya.

Saat ditemui di Taman Kota Waduk Pluit, Isa sedang duduk sambil memegangi sapu, serokan dan plastik sampah yang dibawanya.

Isa (60) Petugas kebersihan yang sudah enam tahun bekerja di Taman Kota Waduk Pluit, Senin (5/11/2018).
Isa (60) Petugas kebersihan yang sudah enam tahun bekerja di Taman Kota Waduk Pluit, Senin (5/11/2018). (TribunJakarta.com/Afriyani Garnis)

Tatapan matanya hanya tertuju pada sampah-sampah yang masih berserakan di sekitarnya .

"Duh masih banyak sampahnya tuh, orang yang datang kok pada buang sembarangan," gerutunya.

Isa mengatakan, sampah di area tersebut akan terasa lebih banyak pada Sabtu, Minggu dan Senin.

Menurutnya, pengunjung cenderung lebih senang membuang sampah di area taman dibanding membuang langsung ke tempatnya.

"Yang datang kesini orangnya ngak mau buang sampah di tempatnya, banyak yang buang di taman, di bunga-bunga," papar Isa.

Isa saat ini hanya tinggal seorang diri dengan mengontrak sebuah kamar  seharga Rp 400 ribu di sekitar kawasan Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Sedangkan ketiga anaknya telah berumah tangga dan tinggal berjauhan dengan dirinya.

Analisis KNKT: Pesawat Lion Air PK-LQP Pecah di Permukaan Air, Kecepatan Cukup Tinggi

Satu Rumah di Jalan Menteng Sukabumi Jakpus Terbakar, Diduga Akibat Kebocoran Selang Gas

Jika dalam sebulan penuh Isa bekerja, ia mendapat upah sekira Rp 2 juta.

Dalam sehari setidaknya Rp 50 rb dikeluarkannya untuk biaya ongkos dan makan. Sisa dari upah yang didapatnya ia gunakan seperlunya.

"Saya kerja dari pagi diupah Rp 2 juta sebulan, buat kontrakan Rp 400 ribu, Ongkos 20 ribu, belum makannya kira-kira Rp. 30 ribu, sisanya ya saya hemat-hemat," kata Isa.

Setiap hari Isa bekerja sejak pukul 06.00 - 14.30 WIB, membersihkan kawasan Waduk Pluit dari berbagai sampah plastik, dedaunan yang mengotori kawasan tersebut.

"Saya bangun sekira pukul 05.00 WIB, sholat dulu kemudian baru berangkat. Sekiranya pukul 06.00 WIB saya kesini sampai pukul 14.30 WIB," kata dia.

Satu Rumah di Jalan Menteng Sukabumi Jakpus Terbakar, Diduga Akibat Kebocoran Selang Gas

Pemkot Bekasi Sabet Delapan Penghargaan Tingkat Provinsi dan Nasional

Isa yang sejak kecil berada di Jakarta, sebenarnya berkeinginan memiliki kampung halaman seperti masyarakat pada umumnya.

Menurutnya, kehidupan di kampung yang memiliki lahan pertanian dan bertani, dirasa lebih baik dibandingkan dirinya yang bekerja menjadi buruh.

"Saya ingin punya kampung, sepertinya enak punya lahan sama sawah bisa dibuat bertani, mending seperti itu. Kalau kayak saya harus kerja terus, kalau ngak kerja gaji dipotong," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved