Mengenal SK Trimurti, Tokoh Kemerdekaan Kelahiran Boyolali yang Pernah Menolak Jadi Menteri
Mengenal SK. Trimurti, Tokoh Kemerdekaan Kelahiran Boyolali yang Pernah Menolak Jadi Menteri
Trimurti yang gerah terus di rumah, lalu menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Bedug, kemudian berganti nama menjadi Terompet.
Merasa tak bebas bergerak jika terus tinggal di rumah orangtua, Trimurti pindah ke Yogya.
Bersama temannya, Sri Panggihan, ia mendirikan majalah Suara Marhaeni.
Saat itu ia mulai menambahkan nama Trimurti di belakang namanya sehingga menjadi S.K Trimurti.
Tahun 1936, karena membuat pamflet antipenjajahan, Trimurti dipenjara 9 bulan di Penjara Bulu, Semarang.
Di dalam bui ia merasa sebal, menyaksikan perbedaan perlakuan antara bumiputera dengan orang Eropa.
Pada 1937 Trimurti berkenalan dengan seorang pejuang eks Digul, Sayuti Melik yang kelak menjadi suaminya dan menikah menikah di Solo pada 19 Juli 1938.
Belakangan, Sayuti Melik diingat orang sebagai pengetik naskah Proklamasi.
Sebelum Jepang mendarat di P. Jawa, Trimurti bekerja di surat kabar Sinar Selatan yang dipimpin seorang warga Jepang.
Masalah muncul ketika Trimurti memuat artikel kiriman seseorang yang dianggap meresahkan, bertajuk "Pertikaian Tentara Jepang dan Tiongkok".
MENYUSUI BAYI DARI BALIK PENJARA
Pada 11 April 1939 lahir putra pertama mereka.
Saat putranya hampir berumur 5 bulan, barulah datang surat keputusan pengadilan untuk mengeksekusi Trimurti.
Tak ada pilihan, ia terpaksa membawa bayinya ikut "masuk penjara".
Belakangan diketahui, penulis artikel itu adalah Sayuti Melik.