Dilaksanakan Hari Ini, Begini Bacaan Niat Sholat Rebo Wekasan atau Sholat Tolak Bala Serta Artinya

Dilaksanakan hari ini, begini bacaan niat sholat Rebo Wekasan atau Sholat Tolak Bala dalam Bahasa Arab serta artinya.

Editor: Kurniawati Hasjanah
tribunkaltim.com
Ilustrasi 

TRIBUNJAKARTA.COM -   Bacaan niat sholat sunnah Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir atau Hari Rabu terakhir di bulan safar.

Rabu (7/11/2018) ini adalah Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan. Salat sunah tolak bala rebo wekasan atau arba mustakmir merupakan salat tak wajib yang dilaksanakan setelah terbitnya matahari.

Walau menurut sejumlah ulama, Rasulullah SAW tak pernah melakukannya, konon melaksanakan sholat tolak bala di rebu wekasan atau arba mustakmir menjauhkan semua bala yang akan datang kepada diri sendiri, keluarga.

 

Niatnya :

اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Saya sholat sunnah untuk tolak bala dua rakaat karna allah".

Setiap rakaat ba’da fatihah membaca :

- Surat al-Kaustar 17 kali,

- Surat al-Ikhlash 5 kali,

- Surat al-Falaq dan an-Nas masing-masing 1 kali

Sebelum melaksanakan sholat membaca istighfar :

اَسْتَغْفِرُالله الْعَظِيمْ اَلَّّذِيْ لَاإِلَهَ إلاَّ هُوَالْحَىُّ الْقَيُّومُ وَاَتُوبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لآيَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا ولآنَفْعًاوَلآمَوْتًا ولآحَيَاتًا وَلآنُشُورًا

Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Do’a setelah shalat lidaf’il Bala:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمْ يَاشَدِيْدُالْقُوَّى وَيَاشَدِيْدَالْمِحَالِ اّللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُبِكَ بِكَلِمَتِكَ التَّّآمَّاتِ كُلِّهَا مِنَ الرِّيحِ الْاَحْمَرِ وَمِنَ

الدَّاءِ الْاَكْبَرِ فِي النَّفْسِ وَالدَّمِّ وَاللَّحْمِ وَالْعُظْمِ وَالْْجُلُوْدِ وَالْعُرُوقِ سُبْحَانَكَ إِذَاقَضَيْتَ اَمْرًا أَنْتَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونَ , اَللهُ اَكْبَرْ

اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ برحمتك يآارحم الرّا حمين

Artinya : “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.

Apa itu Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan?

Dikutip dari Wikipedia, Rebo Wekasan, Rabu Wekasan, atau Rebo Pungkasan, adalah nama hari Rabu terakhir di bulan Safar pada kalender penanggalan Jawa.

Pada Rebo Wekasan biasanya dimulainya rangkaian Upacara Adat Safaran yang nanti akan berakhir di Jumat Kliwon bulan Maulid (Mulud).

Seperti upacara Sedekah Ketupat dan Babarit di daerah Sunda kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Kaesang Pilih Jualan Pisang Saat Dituding Pegang Bendera PKI, Gibran Rakabuming: Minimal Tes DNA Lah

Wali Kota Jakarta Timur Dijadwalkan Hadiri Peletakan Batu Pertama Ikea Cakung

Keistimewaan Rebo Wekasan adalah karena inilah satu satunya hari yang tidak tergantung pada hari pasaran dan neptu untuk melakukan suatu upacara adat.

Catatan dalam adat Kejawen, hari pasaran dan neptu adalah sangat penting demi keselamatan dan berkah dari acara, kecuali pada hari Rebo Wekasan.

Tradisi tolak bala di Tangkarau Luar Kelurahan Barabai Timur RT 06, Barabai, Hulu Sungai Tengah, Minggu malam (30/9/2018).
Tradisi tolak bala di Tangkarau Luar Kelurahan Barabai Timur RT 06, Barabai, Hulu Sungai Tengah, Minggu malam (30/9/2018). (Hanani)

Konon Rebo Wekasan adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.
Halaman selanjutnya 

Maka rata-rata upacara yang dilaksanakan pada hari Rebo Wekasan adalah bersifat tolak bala.

Contoh-contoh upacara adat pada hari Rebo Wekasan di Tanah Jawa:

1. Sedekah Ketupat, Sidekah Kupat, di daerah Dayeuhluhur, Cilacap.

2. Upacara Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

3. Ngirab, di daerah Cirebonan.

4. Safaran di beberapa daerah.

Selain upacara adat pada hari Rebo Wekasan, banyak orang Muslim tertentu yang melakukan sembahyang tertentu.

Makanan yang dibuat untuk upacara biasanya di antaranya ketupat, apem, dan nasi tumpeng.

Sang Ayah Jadi Orang Terkaya Paling Muda Se-Indonesia, Putri Tanjung Pilih Makan Tempe Saat Sekolah

Ramalan Zodiak Rabu 7 November 2018, Taurus Dapat Keberuntungan, Cancer Hati-hati Mengambil Langkah

Dikutip dari SyariahIslam.com, Rebo Wekasan bersumber dari pernyataan dari orang-orang soleh (Waliyullah).

Penulis kitab sama sekali tidak menyebutkan adanya keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan Rebo Wekasan.

Sedangkan sumber syariat Islam adalah Alquran dan sunnah Nabi SAW, tentunya Rebo Wekasan tidak lantas kita percaya.

Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Warga Cangkring dan Tasan Panyi, Kelurahan Rantau Kanan, Kecamatan Tapin Utara menggelar acara tolak bala, Selasa (25/7/2017) malam.
Warga Cangkring dan Tasan Panyi, Kelurahan Rantau Kanan, Kecamatan Tapin Utara menggelar acara tolak bala, Selasa (25/7/2017) malam. (Banjarmasinpost.co.id/Ibrahim Ashabirin)

Meyakini datangnya malapetaka atau hari sial di hari Rabu terakhir bulan Safar (Rebo Wekasan) termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang, karena ini merupakan perilaku dan keyakinan orang Jahiliyah.

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

"Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa." (HR Bukhari, 5387, dan Muslim, 2220).

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan:

"Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.

Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

 
Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang." (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).

Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari pernah ditanya tentang hukum Rebo Wekasan dan beliau menyatakan:

"Semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’). Umat Islam juga dilarang menyebarkan atau mengajak orang lain untuk mengerjakannya." (TribunTimur)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved