Hari Pahlawan

Alasan Laksamana Muda Maeda Biarkan Rumahnya Jadi Tempat Menyusun Naskah Proklamasi

Alasan di Balik Laksamana Muda Maeda Biarkan Rumahnya Jadi Tempat Menyusun Naskah Proklamasi

Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Menjelang perayaan hari Proklamasi 17 Agustus, sejumlah pedagang bendera mulai bermunculan di Kota Bekasi. 

Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya pada kekuatan kita sendiri.

Demikian amanat Bung Karno mendahului pembacaan Proklamasi menurut almarhum Prof. Moh. Yamin SH dalam bukunya Dari Proklamasi sampai Resopim.

Ada perbedaan pebdapat antara golongan Soekarno-Hatta dan golongan pemuda pada masa itu tentang unsur Jepang.

Golongan Pemuda tak mau tahu Jepang, mereka menolak sama sekali kemungkinan adanya kesan seakan-akan kemerdekaan yang akan diproklamasikan adalah “hadiah” Jepang.

Golongan Soekarno-Hatta juga tetap bersandar pada kekuatan sendiri, tetapi mereka memandang unsur kekuatan Jepang yang masih ada, sebagai realitas yang tak dapat diabaikan, justru untuk menyusun organisasi dan kekuatan revolusi selanjutnya.

Keduanya tetap hendak mempergunakan Panitia Persiapan Kemerdekaan yang ditambah dengan unsur Pemuda dan unsur-unsur lain sebagai tempat musyawarah dan penyalur.

Karena itu diputuskan berapat pada tanggal 16 Agustus jam 10 agi di kantor Dewan Sanyo Pejambon 2.

Pertemuan itu urung, karena hari itu jam 4 pagi Bung Karno dan Bung Hatta oleh pemuda-pemuda Sukarni-Chairul Saleh dibawa ke Rengasdengklok.

Di antara pejabat-pejabat tinggi Jepang tokoh Laksamana Muda Maeda dari Kaigun sungguh menarik.

Oleh historicus Belanda H.J. De Graaf, Maeda dilukiskan sebagai seorang perwira Angkatan Laut yang karena lbeih banyak melihat dunia dalam tugasnya, lebih luas, dan lebih terang pandangannya terhadap situasi yang sebenarnya daripada perwira-perwira Angkatan Darat.

Ia berusaha mengadakan kontak dengan masyarakat a.l. melalui Kantor Penerangan yang pimpinannya dipegang oleh Subardjo SH.

Sayuti Melik dari semua tertarik oleh sikap Laksamana Muda Maeda. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang banyak makan garam, ia tak lantas percaya akan sikap baik perwira tinggi itu.

Ia mencari motifnya. Motif yang ia peroleh dari Maeda begitu bersifat manusiawi, sehingga ia dapat menerimanya.

Menurut Sayuti motif itu ialah: Setelah Jepang kalah, Maeda percaya tamatlah riwayat negara dan dirinya. Berakhirlah hidupnya.

Apakah ia membantu kemerdekaan bangsa Indonesia atau tidak, bagi dirinya sendiri sama ialah tamat riwayatnya.

Sumber: Intisari
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved