Dapat Lapak di Jembatan Penyeberangan Multiguna, Pedagang Tanah Abang Khawatir Sepi Pembeli
Ia meminta Pemprov DKI Jakarta untuk tidak membiarkan para PKL berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya karena takut penghasilannya menurun.
Penulis: Suci Febriastuti | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Suci Febriastuti
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pedagang kaki lima (PKL) khawatir dagangannya semakin sepi saat berjualan di jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau skybridge Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Satu diantara pedagang yang akan berjualan di JPM, Lis, mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus lebih mementingkan pedagang yang telah mendapatkan lapak.
Ia meminta Pemprov DKI Jakarta untuk tidak membiarkan para PKL berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya karena takut penghasilannya menurun.
"Kalau pemerintah tetap ngebiarin pedagang jualan disini (trotoar), ya sama aja. Pembeli bakal lebih suka belanja di bawah sini dong. Nanti penghasilan saya menurun kalau saya pindah ke atas," kata Lies di lokasi, Rabu (14/11/2018).
Ia pun tak keberatan jika harus membayar biaya retribusi sewa lapak sebesar Rp 500.000 per bulan.
"Saya sih gak masalah kalau ada harga sewa karena dari awal sudah diberi tau kalau lapak itu cuma sewa. Tapi yang paling penting dagangan saya makin laris aja," ujar Lies.
"Kalau bisa pembeli juga diarahkan ke skybridge biar mampir ke lapak saya. Kalau gak diarahin, mereka bakal tetap belanja di pedagang disini (trotoar)," lanjut dia.
Amsar, pedagang pakaian yang juga mendapat lapak mengatakan hal demikian.
Ia berharap tidak ada lagi PKL yang berjualan di trotoar sehingga para pembeli bisa langsung menuju skybridge.
• Piala AFF 2018: Skuat Merah Putih di Bangkok yang Dicemaskan Thailand dari Indonesia
• Viral Air Rebusan Pembalut Buat Peminum Rasakan Sugesti, BNN Sebut Seperti Tenggak Air Comberan
"Siapa sih yang gak senang dapat tempat jualan yang gak bakal dilarang sama satpol PP. Tapi, saya juga khawatir sih kalau pembeli makin sepi terus saya gak bisa bayar uang sewa itu," kata Amsar.
Meskipun mendapat lapak, ia merasa kecewa karena lapak yang disediakan ukurannya kecil.
Ia khawatir para pembeli akan mengalami kesulitan untuk memilih pakaian yang diinginkan.
"Ukurannya kan juga kecil tuh, nanti pembeli jadi gak bebas buat memilih. Saya takut mereka lebih senang belanja di bawah (trotoar)," kata dia.
"Jadi, pemerintah tolong cari jalan lah gimana enaknya buat pedagang. Kalau saya sih sudah cukup senang," lanjutnya.