Kisah GKR Hemas Saat Pertemuan dengan Calon Sultan yang Sedang Beli Bakmi
Inilah wawancara paling mendalam yang berhasil menggali secara utuh sosok luar-dalam wanita cantik tersebut, juga pemikiran-pemikirannya.
Karena selama di Jakarta orangtua saya tinggal di kawasan Kebayoran Baru (Jalan Limau. Red) dan kemudian pindali ke kawasan Cipete, di dua daerah itu pulalah sebagian kepribadian saya terbentuk oleh lingkungan.
Bapak saya menjadi tentara sejak perang melawan Belanda. Dalam suasana itu, Bapak dan Ibu acap berpindah kota.
• Tips Mengecilkan Paha dengan Tiduran 3 Menit, Intip Caranya!
• 10 Film Indonesia Terlaris Selama Tahun 2018, Dilan 1990 Tempati Urutan Pertama!
Maka kakak saya yang pertama lahir di Malang. Dan yang kedua lahir di Wates (daerah sebelah barat Yogyakarta, Red).
Ketika keadaan sudah mulai tenang, masa di sekitar kemerdekaan, Bapak pindah ke Jakarta. Di situlah saya lahir, pada Jumat Pon.
Mungkin Bapak dan Ibu senang, karena bayi yang ketiga ini perempuan. Weton (sistem hari penanggalan Jawa, Red) saya kebetulan sama dengan Bapak.
Karena itu, berdasarkan adat, saya untuk sejenak "dibuang". Ini adalah upacara yang cukup sederhana, di mana saya untuk sesaat tidak tinggal di rumah, tapi "dibuang" dan dipungut oleh orang lain.
Namun sebentar kemudian saya sudah dikembalikan lagi kepada orangtua. Pokoknya syarat sudah dilaksanakan, sesuai adat.
Bocah nakal
Sekolah Dasar saya di Tarakanita. Demikian pula SMP, di sekolah yang sama. Sekolah tersebut terkenal dengan disiplinnya yang tinggi.
SMA pun saya melanjutkan di sekolah tersebut, tapi hanya sampai kelas 1. Kemudian saya meneruskan ke sekolah lain.
Boleh saya kemukakan, masa itu saya tergolong anak yang tidak bisa diam. Mungkin tepat saya disebut bandel. Dalam arti, nakal, senang main.
Juga, tidak terlalu pintar di sekolah. Buktinya, SMA, saya tidak naik ke kelas 2. Itu sebabnya saya pindah dari Tarakanita.
Dan, betapa badungnya saya, dalam setahun, saya pindah sekolah tiga kali. Pernah di SMA 11, SMA 6, dan SMA 24.
Oh, akhirnya saya bisa juga lulus dari SMA. Kemudian saya melanjutkan ke Universitas Trisakti, jurusan Arsitektur Pertamanan. Kalau tidak salah tahun 1971, atau 1972.
Sultan datang sendiri